IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 30 Juli 2012

MISTERI PUISI DALAM RIBUAN TAHUN SEJARAH TIONGKOK (4): LI CHUNFENG DAN YUAN TIANGANG

Setelah Zhuge Liang moksha, negara yang terbagi 3 bagian dipersatukan kembali. Selanjutnya disusul dengan zaman Kekacauan 8 Raja dari Dinasti Jin Barat sehingga negara melemah.

Bangsa Hun (nomaden) di utara menggunakan kesempatan ini menghancurkan Dinasti Jin Barat, dengan demikian Tiongkok memasuki zaman Kekacauan Perang 100 tahun yang dimulai dari 5 Suku Hun di utara saling berebut dan di selatan bersarang Dinasti Jin Timur (sisa Kerajaan Jin Barat). Berikutnya adalah Dinasti Selatan dan Utara yang berhadapan selama 160 tahun.

Pada 581, Yangjian merebut kekuasaan dan mendirikan Dinasti Sui, 26 tahun kemudian, lantaran kaisar saat itu Sui Yang gemar hidup kelewat mewah dan sewenangwenang, seorang bernama Li Yuan memimpin pemberontakan di Kota Taiyuan dan pada tahun yang sama berhasil mendobrak ibu kota (kala itu) Chang An, 1 tahun kemudian Dinasti Sui akhirnya dilengserkan oleh Dinasti Tang (Li Yuan sebagai kaisar leluhur Tang).

Maka peristiwa ini sesuai dengan ramalan Ma Qian Ke (Pelajaran di Depan Kuda) yang berbunyi: "18 putra, dimulai dari Taiyuan." Dengan makna terselubung dalam aksara: 18 Putra (十八男兒) apabila dirangkai dan ditumpuk sama dengan aksara 李 (dibaca: Li). Li Yuan bermarga Li dan mulai pemberontakannya dari Kota Taiyuan.

Li Chunfeng dan Yuan Tiangang: Tui Bei Tu (Ilustrasi Mendorong Punggung) Betapapun prediksi yang sangat tepat dari puisi-puisi Qian Kun Wan Nian Ge (Pujian Puluhan Ribu Tahun Alam Semesta) atau Ma Qian Ke (Pelajaran di Depan Kuda) cukup membuat orang sangat kagum, namun budaya dalam sejarah Tiongkok yang begitu luas dan mendalam serta sangat lama itu, budayawan yang amat mulia seperti ini bahkan pada setiap dinasti pasti muncul seseorang!

Kaisar Tang Taizhong bernama Li Shimin, (627-649) adalah putra kedua Li Yuan, merupakan seorang kaisar yang paling terkemuka dalam sejarah Tiongkok. Ia berhasil menertibkan perbatasan utara dan kekacauan suku minoritas di dalam negeri, mengubah nama tahun kekaisaran sebagai Wu De (Moralitas Perkasa), mengakui ilmu sastra sebagai kurikulum pendidikan negara, mendirikan paviliun untuk mengenang jasa 23 pejabatnya yang berjasa, mengangkat orang-orang bijak sebagai perdana menteri, sehingga pemerintahan berjalan dengan tertib dan penuh kedamaian serta tanpa ketimpangan sosial.

Li Chunfeng dan Yuan Tiangang sebagai pejabat Lembaga Astronomi yang berada langsung di bawah Kaisar Tang Taizhong bersama-sama telah menulis buku puisi Tui Bei Tu (Ilustrasi Mendorong Punggung).
Pada tahun-tahun Dinasti Tang (618-907) dan Lima Dinasti (907-979) Kitab Tui Bei Tu beredar sangat luas di kalangan rakyat, Buku sejarah resmi Kitab Catatan Dinasti Tang Lama mencatat: Kaisar Tang Taizhong membaca buku Catatan Rahasia yang tertera: "Setelah kaisar ke-3 Dinasti Tang, maka pemilik Dinasti adalah seorang wanita generasi Raja Wu."

Maka dipanggillah Li Chunfeng untuk dimintai keterangan. Li menjawab: "Menurut perhitungan ramalan saya, hal itu tersebut sudah menjadi ketetapan, lagipula orang tersebut sekarang berada di dalam istana Baginda, dia adalah sanak keluarga Baginda, 30 tahun kemudian menjadi kaisar dan akan mengeksekusi anak cucu Baginda."

Kaisar mengatakan: "Kalau begitu kita bunuh semua orang yang mencurigakan, bagaimana?" Li menjawab: "Ini adalah takdir yang tidak dapat ditolak, lagipula bila si calon raja tersebut jika lolos dari kematian, akan menjadi sangat sia-sia telah membunuh banyak orang yang tidak berdosa. Nanti pada 30 tahun mendatang, usia orang tersebut telah lanjut, dia akan menjadi lebih murah hati. Jika sekarang dibunuh, Dewa masih akan tetap memberinya kesempatan untuk bereinkarnasi menjadi kaisar dan 30 tahun kemudian dia sedang dalam usia dewasa, sifatnya akan lebih ganas, anak-cucu Baginda pasti akan habis dibunuh semua."

Kaisar merasa perkataannya masuk akal, maka tidak lagi mempermasalahkan hal tersebut.
Li Chunfeng selanjutnya terus meramal masa yang akan datang hingga seribu tahun lebih, kemudian diserahkan kepada Kaisar untuk dibaca. Ramalan tercatat dalam bentuk terdiri dari tiga bagian: ramalan, puisi pujian dan ilustrasi.
Marilah kita simak terbitan yang paling populer, penjelasan dan tafsir Kitab Tui Bei Tu yang ditulis langsung oleh Jin Shengtan, seorang sarjana berbakat pada Dinasti Qing.

Dalam Tui Bei Tu ilustrasi ke-34, ramalannya sebagai berikut: "Kepala ada rambutnya, pakaiannya takut berwarna putih, ketika dalam keadaan aman (Taiping), para raja saling membunuh." Puisi pujiannya tertulis: "Pada keadaan aman (Taiping) terlihat pula semburan darah, lencana 5 warna menjadi baju mantel, dalam air bah (Hong) yang dahsyat pembibitan (Xiu) tak akan muncul, di wilayah Dataran Tengah pernah (Zeng) menyaksikan mimpi yang sama sekali (Quan) tidak benar."

Pada awal 1851, Hong Xiuquan (1814-1864) memimpin peberontakan petani di Kota Jintian, Provinsi Guangxi, kemudian pada 1853 mendirikan Negara Taiping Tianguo (1853-1872) dan ia menobatkan dirinya sebagai Raja Langit.

Tahun 1856 terjadi kekacauan dalam negeri Taiping Tianguo, Raja Utara yang berbendera putih membunuh sekeluarga Raja Timur dan pasukannya sebanyak 20 ribu orang, selanjutnya Hong Xiuquan sendiri menghukum mati Raja Utara serta 200 lebih pengikut kepercayaannya, Kitab Tui Bei Tu ke-34 justru tentang memprediksi sepotong sejarah tersebut.

"Kepala ada rambutnya…" bermakna, penduduk Negara Taiping Tianguo berambut gondrong, mereka tidak menuruti aturan Dinasti Qing bahwa semua pria diwajibkan dikuncir-kepang. "Pakaiannya takut berwarna putih" dan "ketika dalam keadaan aman (Taiping), para raja saling membunuh" serta "…dalam air bah yang dahsyat pembibitan tak akan muncul", semua ini melukiskan perihal Raja Langit Hong Xiuquan membiarkan Raja Utara membunuh Raja Timur. "Lencana 5 warna menjadi baju mantel", arti kalimat tersebut menunjukkan simbol Negara Taiping Tianguo adalah bendera 5 warna. "Di wilayah Tengah pernah (mandarin dibaca Zeng) menyaksikan mimpi yang sama sekali tidak benar." Bermakna: Negara Taiping Tianguo akhirnya dikalahkan oleh pasukan Hunan pimpinan Zeng Guofan (1811-1872, pejabat tinggi Dinasti Qing, sebagai gubernur 3 provinsi).

Jin Shengtan yang meninggal pada awal Dinasti Qing tentu saja tidak dapat menjelaskan serentetan peristiwa besar yang terjadi pada 200 tahun penuh setelah kepergiannya, namun mengapa Li Chunfeng dan Yuan Tiangang 900 tahun sebelumnya memiliki prediksi yang begitu mendalam dan presisi terhadap sejarah, ini merupakan sebuah teka-teki paling besar.

Seakan-akan bagi mereka, para "Nabi" yang memiliki kemampuan menjelajah ruang waktu, secara sekilas dapat mengetahui secara keseluruhan masa yang akan datang. [Teo Ai Ping / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA