Di China, setiap wilayah memiliki tempat pemujaan untuk Tu Di Gong. Ia adalah seorang dewa yang berkuasa untuk mengatur kejadian atas wilayah tertentu. Pada masa tradisional, wilayah yang dimaksud biasanya berhubungan dengan pertanian atau cuaca. Dewa ini tidak sepenuhnya berkuasa, tetapi ia adalah seorang birokrat langit yang rendah hati yang mana penduduk dapat menyampaikan harapan pada saat kekeringan atau kelaparan.
Sekarang ini, ia masih dipuja oleh masyarakat Tionghoa, dengan tempat pemujaan kecil beserta penggambarannya, biasanya diletakkan dibawah altar, atau di bawah dekat pintu rumah. Banyak pemuja berdoa kepadanya untuk kemakmuran dan kesejahteraan. Ia juga biasanya disembah sebelum pemakaman jenasah guna berterima kasih atas penggunaan lahan dan mengembalikan tubuh mereka ke bumi.
Penduduk biasa seringkali menyebut Tu Di Gong, "Kakek", yang menggambarkan kedekatan hubungan dengan masyarakat awam. Tu Di Gong digambarkan sebagai seorang lelaki tua dengan jenggot putih yang panjang, mengenakan topi hitam atau keemasan dan jubah merah atau kuning, yang menegaskan kedudukannya sebagai seorang birokrat. Ia membawa tongkat kayu di tangan kanannya dan batang logam emas di tangan kirinya.
TU DI PO : DEWI BUMI
Pada kawasan pedesaan, ia seringkali digambarkan memiliki seorang istri, Tu Di Po (土地婆; tǔ dì pó, secara harafiah berarti Dewi Bumi), pada altar -berada disebelahnya. Ia dinilai sebagai seorang dewi yang setara dan penuh kebaikan seperti suaminya, atau sebagai seorang wanita tua yang menggerutu yang menunda doa suaminya, hal ini menjelaskan mengapa seseorang tidak selalu mendapatkan perlakuan adil atas kelakuan yang baik.
Cerita lain menyampaikan bahwa Tu Di Po seharusnya adalah seorang wanita muda. Setelah Tu Di Gong menerima peringkat langit, ia memberikan segala sesuatu yang masyarakat minta. Ketika salah satu dari dewa turun ke Bumi untuk melakukan pemeriksaan, ia melihat bahwa "Tu Di Gong membagikan berkat tidak seperlunya. Segera setelah itu, dewa tersebut kembali ke Istana Langit dan menyampaikan kepada Kaisar.
Setelah Kaisar mendengar berita tersebut, ia mengetahui bahwa ada seorang wanita yang akan dibunuh, tetapi wanita itu tidak bersalah. Oleh karena itu, Kaisar memerintahkan seorang dewa untuk turun ke Bumi dan membawa wanita tersebut ke langit. Ketika wanita itu dibawa ke langit, Kaisar menganugerahinya sebagai istri Tu Di Gong.
Ia diperintahkan untuk memantau seberapa banyak berkat yang dibagikan oleh Tu Di Gong dan berkat tersebut tidak seharunya dibagikan secara sia-sia. Hal inilah yang menyebabkan banyak penganut tidak ingin menyampaikan doa kepada Tu Di Po karena takut jika Tu Di Po tidak memperbolehkan Tu Di Gong memberikan berkat kemakmuran yang banyak kepada mereka. [Soina Lin / Kijang]
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com