IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 19 Juni 2013

PANDANGAN SEJATI TENTANG PERADABAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA (32): TAOISME DALAM SEJARAH TIONGKOK

Marilah kita menelusuri sumbernya: Sesungguhnya apa perbedaan secara hakiki antara orang Tiongkok zaman dahulu dengan orang-orang di daratan Tiongkok zaman sekarang ini?

Sebenarnya ada satu perbedaan yang sangat mencolok, yaitu orang Tiongkok zaman dahulu sangat mengutamakan Taoisme.

Menurut yang dikutip dari Wikipedia, inti pengajaran Taoisme adalah "Dao" (dibaca: Tao, 道) yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De (dibaca: Te, 德). Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan bersifat abadi. Keabadian manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang Dewa.

Sejak dahulu orang Tiongkok mulai dari kaum maha bijak hingga rakyat jelata, pada umumnya mempercayai dan mentaati prinsip langit dan manusia menyatu, manusia menyatu dengan langit dan bumi secara harmonis dan eksis dengan saling berketergantungan.

Hukum langit tidak berubah, senantiasa bersirkulasi secara teratur; bumi mematuhi pengaturan waktu langit, 4 musim terbagi dengan jelas; manusia menghormati langit dan bumi, merasa bersyukur dan menyayangi berkah, semua ini seperti apa yang disebut "Waktu yang tepat, tanah yang pas dan manusia yang benar".

Dalam konsepsi orang Tionghoa, seluruh aspek dalam ilmu Astronomi, geografi, kalender, kedokteran, sastra hingga konstruksi masyarakat, satu sama lain saling berkaitan dengan pemikiran: "Bertindak mengikuti Tao (hukum) langit".

Dari "Tao" berkembang luas, orang kuno Tiongkok selalu memerhatikan masalah-masalah di ruang multi-dimensi yang tidak berbentuk, mengutamakan "internal", "spirit"dan lain-lain, misalnya seperti konsepsi"Meridian", "Qi (Energi) Darah","spirit","Jiwa","2 energi Yin (Negatif) dan Yang (Positif)"dan lainnya, dalam kebudayaan kuno, semua hal tersebut di atas memenuhi atmosfir dan terdapat dimana-mana.

Fu Xi (pertengahan abad 29 SM), kaisar zaman kuno Tiongkok melalui "Mendongak mengamati fenomena langit, menunduk mengamati hukum bumi" telah menciptakan "Ba Gua" (ilmu meramal 8 Trigram) tujuannya adalah "Dengan pikiran yang dapat berhubungan dengan kearifan dewata, untuk mengklasifikasi seluruh masalah duniawi".

Sejarawan Sima Qian (135SM-86SM) dalam buku karangannya "Shiji, Wu Di Ben Ji Di Yi (Catatan Sejarah,Catatan Orisinal 5 Kaisar Nomor 1)" mengambil contoh sebuah prestasi besar Kaisar Kuning (Huang Di, 2696SM-2598SM) adalah sebagai berikut: "Menuruti hukum 4 musim dunia, mengestimasi perubahan Yin dan Yang, menjelaskan prinsip kehidupan, berwacana sebab-musabab kelangsungan hidup dan kematian).

Laozi (dibaca: Lau Ce) di dalam "Daode Jing" (dibaca: Tau Te Cing, Kitab Moral) mengatakan: "Tao besar, langit besar, bumi besar, manusia juga besar. Dalam wilayah ini ada 4 besar, manusia merupakan satu diantaranya. Manusia mentaati hukum bumi, bumi mentaati hukum langit, langit mentaati hukum Tao, Tao mentaati hukum alam."

Laozi juga mengatakan: "Tidak sesuai dengan Tao akan lebih cepat meninggal." Ketika Konghucu berkunjung ke Laozi, Laozi memberi wejangan dengan wanti-wanti: "Langit dan bumi tiada yang mendorong berjalan dengan sendirinya; matahari dan bulan tiada yang menyulut, bersinar dengan sendirinya; bintang-bintang tiada yang menata, teratur dengan sendirinya; hewan tiada yang menciptakan, berkembang-biak dengan sendirinya; semua ini adalah ciptaan alam, kalau begitu bagaimana dengan manusia? Manusia dilahirkan, dapat meninggal, dapat memperoleh kemuliaan dan terhina, semuanya tergaris dalam Tao alam. Melaju mengikuti prinsip alam, bertindak mentaati Tao alam, maka dengan sendirinya negara akan terurus dengan baik, manusia pun dapat membenahi diri dengan baik."  

Manusia arif nan agung Konghucu, seumur hidupnya menelusuri "Maha Tao", berdasarkan pemahamannya atas "Tao", ia telah menyusun seperangkat hubungan etika ortodoks yang lengkap yakni: "Kebajikan, solider, kesopanan, kebijaksanaan dan integritas", budaya konfusianisme dimulai dari kaisar Hanwu (156 SM-87 SM) dinasti Han Barat dan telah menjadi budaya ortodoks Tiongkok.

Setelah itu, agama Buddha menyebar masuk ke Tiongkok, menghormati Buddha dan berkultivasi Buddha lantas menjadi tren yang kemudian telah menciptakan para ahli filsafat dan manusia berbudiluhur secara turun temurun, meskipun agama Buddha nyaris lenyap dari tempat asalnya di India, namun telah berakar dan bersinar cemerlang di bumi Tiongkok yang respek terhadap ajaran sang Buddha dan Taoisme. [Teo Ai Ping / Jakarta]

Bersambung ...

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

PANDANGAN SEJATI TENTANG PERADABAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA (31): MENGENAL DUNIA SECARA TEPAT

Walaupun kekuatan Negara Tiongkok sepanjang zaman juga naik turun, akan tetapi kedudukkannya di tingkat internasional sebagian besar waktu adalah sangat menonjol....

Perlu dicatat, penemuan-penemuan Tiongkok zaman kuno yang bisa kita dapatkan sekarang ini hanyalah merupakan sebagian dari keberhasilan cemerlang dalam sejarah Tiongkok. Peradaban Pra Dinasti Qin (peradaban sebelum Dinasti Qin didirikan pada 221 SM) telah terjadi pemutusan besar dalam bidang kebudayaan karena peristiwa pembakaran buku besar-besaran oleh Kaisar Qin (dibaca: jin. Kitab yang sekiranya membahayakan tahta Qin dimusnahkan, termasuk buku tentang ilmu pengetahuan).

Ilmu ramalan tumbuh subur pada Dinasti Han (202 SM – 220). Di dalam buku ramalan itu, terdapat pula sejumlah besar ilmu pengetahuan alam, tapi demi kepentingan penguasa untuk memperkuat otokrasinya, buku-buku ramalan tersebut kemudian dilarang dan dimusnahkan oleh penguasa Dinasti Wei dan Jin (220 – 589), dengan demikian sejumlah besar penemuan iptek sebelum Dinasti Qin dan Han telah hilang tak terwariskan. Di bawah ini sebuah contoh pembuktian.

Pada 1 Maret 1994, galian patung no.2 dari patung-patung prajurit dan kuda yang dikubur mendampingi jenazah Kaisar Qinshihuang yang tersohor, mulai digali. Di dalam galian ditemukan sejumlah pedang perunggu dengan panjang 86 cm, pada bilah pedang terdapat 8 buah bidang pertemuan yang setelah diukur oleh para arkeolog menggunakan jangka lengkung, didapati selisih antara 8 sisi tajam setiap pedang tidak sampai sehelai rambut. 19 pedang perunggu yang telah tergali semuanya adalah demikian.

Struktur internal sejumlah pedang perunggu tersebut sangat halus dan padat, bilah pedang mulus berkilau, kurai poles pada sisi tajam pedang sangat halus, tekstur atau kembangannya rapi dan presisi. Mereka telah terkubur di dalam tanah selama 2.000 tahun lebih, ketika digali tetap cemerlang seperti baru dan luar biasa tajam.

Setelah dilakukan pengujian oleh para peneliti ditemukan, pada permukaan pedang terdapat selapis senyawa garam kromium setebal 10 mikron (1 micron = 0,001 millimeter). Namun yang mengherankan, kromium merupakan sejenis logam langka yang sangat tahan korosi, kandungan kromium di dalam tambang bumi sangat rendah, juga sangat tidak mudah diekstraksi.

Lagi pula kromium juga merupakan sejenis logam yang tahan suhu tinggi, titik leburnya mencapai 1.907 derajat. Yang lebih sukar dibayangkan lagi adalah, metode pengolahan oksidasi garam kromium tersebut merupakan teknologi canggih yang baru muncul pada zaman sekarang. Sebuah teknologi yang baru tercipta di Jerman pada 1937 dan disusul AS pada 1950, dan kedua negara itu telah mengajukan hak paten.

Akan tetapi, kejutannya tidak berhenti sampai di situ. Ketika membersihkan lubang galian no.1, peneliti menemukan sebuah pedang perunggu telah melengkung tergencet oleh sebuah patung tembikar seberat 150 kilogram. Tingkat kelengkungannya melebihi 45°. Di saat patung tembikar dipindahkan dari atas pedang, terjadi sebuah keajaiban yang mengejutkan, pedang perunggu yang relatif sempit dan tipis tersebut, dalam sekejab terpental menjadi lurus rata, pulih secara alami.

Shape memory alloy (bentuk memori logam campuran) yang didambakan oleh ahli metalurgi zaman kini, ternyata muncul di dalam makam zaman kuno yang berusia lebih dari 2.000 tahun.

Jika kita sekarang sudah dapat menguasai teknik tersebut dan diterapkan pada mobil, ketika penyok terjadi benturan, begitu dipanasi sedikit atau ditangani sebentar secara mekanikal, maka bentuknya akan segera kembali ke asalnya!

Kecanggihan kebudayaan kuno Tiongkok memperoleh pujian di seluruh dunia, walaupun Tiongkok setelah diperintah oleh PKT sejak 1949 para penelitinya belum memperoleh hadiah Nobel dalam bidang teknologi, namun terutama lembaga penelitian ilmiah di negara-negara asing masih tetap menyambut kehadiran mereka.

Lagi pula sejumlah fisikawan dari daratan Tiongkok begitu hengkang dari RRT, tak lama kemudian sudah memperoleh hadiah Nobel. [Teo Ai Ping / Jakarta]

Bersambung ...

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

Selasa, 28 Mei 2013

KEKUATAN BERTOBAT

Pada zaman dulu, bertobat dianggap sebagai perilaku yang selalu dipegang teguh oleh seseorang yang bermoral tinggi dan bijaksana, yang dalam kehidupan nyata tidak membawa makna apa pun. Bertobat ibarat sebuah vas bunga yang indah, dipenuhi dengan kehidupan yang runyam.

Jika membaca cerita sejarah, terkadang kita melihat kata-kata "bertobat", hati terasa bergolak perlahan, dan meninggalkan jejak dalam benak. Ketika jalan kehidupan terus bergulir, mau tak mau timbul rasa penasaran, seberapa besarkah kekuatan tobat yang berasal dari lubuk hati paling dalam?

***
Yang patut dibahas adalah kisah Raja Ashoka yang merupakan raja generasi ketiga dari Dinasti Maurya (Dinasti Merak) kerajaan India kuno. Menurut catatan sejarah, demi merebut tahta, Raja Ashoka membunuh saudara dan saudari kandungnya sendiri kemudian dinobatkan menjadi raja perampas tahta, juga merupakan penguasa yang kejam.

Delapan tahun setelah berkuasa, Ashoka menyerang Kerajaan Kalinga di Timur Laut, Ashoka menyaksikan sendiri 150.000 orang dalam perang itu menjadi tawanan, 100.000 orang tewas terbunuh, terutama kematian warga sipil yang mengenaskan, bencana dan penderitaan yang dialami rakyat akibat perang, membuatnya menyesal dan galau. Penyesalan yang mendalam itu membuat Ashoka menghentikan perluasan wilayah dengan kekuatan militer, dan kemudian menjadi pengikut Buddha.

Saat Ashoka menghimbau rakyatnya untuk menjalani kehidupan yang bermoral, ia juga menuntut dirinya dengan ketat, menjalani kebajikan dan taat pada norma-norma, tidak hanya banyak menderma bagi fakir miskin dan para pelayannya, juga mendirikan rumah sakit serta taman ramuan herbal bagi rakyat di negaranya; tidak hanya menghapus hiburan beringas berupa adu hewan di seluruh negeri, juga tidak mengizinkan menyembelih atau menggunakan hewan sebagai korban persembahan. Ia juga membatasi permainan berburu di kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan.

Respek dan ketulusan Ashoka memperlakukan makhluk hidup telah mengubah citra sebelumnya sebagai seorang diktator kejam dan menjadi seorang raja yang tiada tandingannya dalam sejarah India.

Dalam sejarah, Ashoka memang membunuh dengan beringas, tetapi setelah ia bertobat, kekuatan ini tidak hanya mendukung Ashoka untuk mewujudkan berbagai hal yang tidak dapat diwujudkan oleh banyak raja lain, juga menerapkan pemerintahan yang penuh welas asih di bawah pengaruh agama Buddha, serta memperlakukan rakyatnya dengan baik.

Ashoka menjadikan diri sebagai teladan, dengan niat baik nan tulus, menjalankan kehidupan yang bermoral, telah menggugah kerajaannya sendiri. Kekuatan bertobat sungguh agung, tidak hanya menghasilkan prestasi sebagai raja yang sukses, ia juga memenangkan kehormatan yang cemerlang baginya, dan meninggalkan nama harum sepanjang masa.

***
Di masa PD II, tentara Jerman menyerang Belgia dan menduduki kota peristirahatan Wesly. Mayor Krupp yang baru saja menjabat sebagai komandan garnisun mendapat perintah dari Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Liszt: "Tiba di Rumah Sakit Kehormatan Militer di Belgia, bunuh seekor sapi jantan yang bernama Ritter (Knight)."

Mayor Krupp sangat heran, kenapa seorang jenderal harus berseteru dengan seekor sapi. Wakil jenderal itu memberitahunya, dalam perang di Sungai Sutton pada PD I, Jenderal Liszt yang waktu itu masih berpangkat letnan dua diseruduk oleh seekor sapi hingga buta mata kanannya, ketampanannya pun sirna karena hanya bermata satu, sehingga Liszt sangat membenci sapi itu.

Mayor Krupp terpaksa menuruti perintah atasannya, saat akan menembak, ia justru mendapat protes dari para tawanan tentara Belgia yang marah. Mereka menuntut agar Mayor Krupp memperlakukan sapi itu layaknya tawanan perang, karena sapi itu pernah berjasa dalam perang dan diberikan pangkat kolonel oleh raja. Mayor Krupp pun tertegun seketika: sapi ini ternyata berpangkat militer, dan bahkan lebih tinggi daripada pangkat Mayor Krupp!

Menurut kesepakatan Jenewa, ia tidak berhak menembak mati sapi itu. Dan menurut aturan markas tawanan perang militer Jerman, hanya tawanan perang yang melawan atau melarikan diri yang boleh ditembak mati di tempat.

Karena Mayor Krupp melihat bahwa sapi tua itu tidak hanya mengerti untuk tidak melewati batas garis putih peringatan, meskipun kaki kanan bagian belakangnya patah terkena ledakan ranjau dan diperbudak oleh tentara Jerman, sapi itu tetap tenang, sehingga ia pun takjub melihatnya. Di saat timbul rasa hormat pada sapi itu, ia memutuskan untuk memberikan perlakuan tawanan perang yang sama bagi si sapi, perang manusia tidak seharusnya menjadi alasan untuk membunuhnya.

Oleh karena itu Mayor Krupp didamprat habis-habisan oleh Jenderal Liszt. Jenderal yang geram itu mengirim anjing penjaganya yang bernama Wolf untuk menamatkan sapi itu. Tapi setelah duel sengit antara Wolf dengan sapi, keduanya menjadi teman baik yang tak terpisahkan.

Berita ini semakin membuat Jenderal lebih murka, di tengah kemarahan ia mencabut pistol dan hendak menembak mati sapi yang dibencinya dengan tangannya sendiri, tapi justru dihalangi oleh anjing kesayangannya, Wolf pun mati seketika. Jenderal yang penuh amarah itu sekali lagi mengarahkan pistolnya ke sapi tua, setelah 5 menit saling berhadapan, tangan Liszt yang menggenggam pistol itu pun tertunduk lesu, dan memerintahkan orang-orang di sekitarnya untuk memperlakukan sapi tua itu dengan baik.

Dalam buku hariannya hari itu, Liszt menulis: "Dari sepasang mata seekor sapi, aku melihat cahaya Tuhan." Tiga hari kemudian, seluruh penjara tahanan perang di Belgia menerima surat perintah yang ditandatangani oleh sang Jenderal yang isinya: harus memperlakukan tawanan perang sesuai kesepakatan Jenewa, melarang segala bentuk penyiksaan dan pembunuhan terhadap tawanan perang.

Setelah PDII berakhir, banyak jenderal senior yang ditangkap oleh pemerintah Belgia dan dihukum, sedangkan Jenderal Liszt dimaafkan oleh rakyat Belgia karena perintahnya melindungi para tawanan perang, ia sama sekali tidak dituntut dan melewati masa tuanya dengan tenang di Jerman Barat.

Cerita sejarah, saat dikisahkan, membuat pendengarnya merasakan kekuatan bertobat yang terpancar, yang dapat membantu orang memutar-balik nasib buruk dan akhir yang membahayakan. Merenungkan kembali cerita-cerita ini, saat suatu hari kita memahaminya, baru akan dirasakan betapa besarnya kekuatan bertobat, dan mengubah sama sekali pandangan dungu di masa muda.

Mengumpulkan semua cerita ini, melihat gambaran yang terbuka, kekuatan yang indah itu, saat menggugah hati manusia yang tak sempurna, juga memperkaya hati membuatnya menjadi semakin indah dan semakin baik. Kisah-kisah itu pun seolah memperlihatkan sebuah petunjuk cerah yang memandu kita untuk menelusuri dan merenungkannya. [Elisabeth Wang / Banda Aceh]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

PANDANGAN SEJATI TENTANG PERADABAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA (30): MENGENAL DUNIA SECARA TEPAT

Karakteristik terpenting dari aksara Tionghoa yang membedakan dengan huruf lainnya adalah sifat simbolis dan holografisnya, kapasitas informasi berlimpah yang terkandung dalam setiap huruf itu sendiri...

Selanjutnya kita mencoba menilik sejumlah fakta konkrit dari beberapa ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman Tiongkok kuno.

Bidang Astronomi:

Pengamatan terhadap nova (bintang baru) dan supernova, Tiongkok kuno adalah yang paling awal di dunia, lagipula hasil pengamatannya sangat lengkap dan terperinci. Kalender terpadu Yin-Yang yang paling awal di dunia, setidaknya telah digunakan dalam jangka panjang sebelum Dinasti Shang (abad ke-17 – 11 SM).

Ia menyelaraskan siklus peredaran Matahari, Bumi, Bulan, merupakan sejenis kalender yang memadukan keunggulan kalender umum Yang dan kalender Yin, dan menyelaraskan kontradiksi dua kalender tersebut. (Perhatikan, kalender Tiongkok sekarang pada umumnya disebut "Kalender Yin", namun pada hakekatnya ia adalah sejenis kalender terpadu Yin dan Yang, sedangkan kalender yang umum digunakan di seluruh dunia sekarang ini hanyalah murni kalender Yang atau disebut pula sebagai Kalender Gregorian).

Bidang Teknik:

Kereta penebar benih serba guna yang unik (dapat sekali jalan menyelesaikan penggalian parit, penanaman benih, penebaran pupuk, menutup kembali lubang dan pemadatan tanah), alat peniup sekam padi dan tali pengendali kuda, semua ini menjadi pelopor dunia selama 1.800 – 2.000 tahun.

Teknik inti mesin uap terkemuka di dunia eksis selama 1.200 tahun; proses pembuatan baja jenis Siemens menjadi terkemuka di dunia selama 1.300 tahun; jembatan batu lengkung satu lubang dua sisi pundak jembatan terbuka telah mendahului dunia selama 500 tahun; rantai transmisi terkemuka di dunia selama 800 tahun; pengecoran dan pembuatan baja dan alat peniup hidrolik terkemuka ada di dunia selama 1.900 tahun.

Bidang matematika:

Qin Jiushao (1208 - 1261), seorang ahli matematika zaman Dinasti Song Selatan, pada 1247 menciptakan metode hitung rumus kesamaan tinggi, telah mendahului Horner (1819) dari Inggris 500 tahun lebih.

Bilangan Pi dari hitungan Zu Chongzhi (429 – 500), ketepatannya hingga 7 angka di belakang desimal, 1.000 tahun lebih awal dari negara Eropa. Teori Gou Gu (Teorema Pythagoras) ditemukan oleh ahli matematika Shang Gau di zaman Dinasti Shang (abad 17 SM – abad 11 SM) pada abad 11 SM, mendahului penemu pertama dari negara barat Pythagoras selama 500 tahun.

Ahli Matematika Liu Hui dari Kerajaan Wei (403 SM – 225 SM) berulang kali menggunakan teori Gou Gu untuk menemukan Pi, dalam karyanya "Haidao Suanjing" selangkah lebih maju lagi, telah mengembangkan Teori Gou Gu menjadi Teknik Pengukuran Ulang Perbedaan Teori 4 Pythagoras yang telah 1.000 tahun lebih mendahului negara-negara lain di dunia.

Bidang Aksara:

Aksara dapat menandakan peradaban umat manusia, mewakili cara pemikiran dan taraf perkembangan berbagai bangsa yang berbeda.

Perbedaan karakteristik terpenting aksara Tionghoa dengan huruf lainnya adalah sifat simbolis dan holografisnya, kapasitas informasi yang berlimpah terkandung dalam setiap aksara itu sendiri.

Aksara Tionghoa merupakan sejenis huruf yang menyampaikan artinya, perkataannya singkat namun mengandung arti yang mendalam, menyatu-padukan suara, bentuk serta maknanya, jauh melampaui bahasa Inggris, Prancis dan bahasa lainnya, karena mereka hanya menyampaikan suara huruf, mewakili sejenis suara, tidak mengandung makna yang sesungguhnya.

Sekjen Asosiasi Pendorong Kemajuan Pendidikan (Huruf) Kanji Jepang, Ujikawa Hiroyuki mengatakan, ketika sang ibu mendidik bayi yang masih disusui, jika hanya mengajarkan pelafalannya saja, maka bayi tidak mudah langsung mengingatnya, namun jika dibarengi dengan memperlihatkan hurufnya, maka dapat dengan cepat diingat si bayi, seakan-akan diantara bayi dengan huruf Kanji memiliki daya penghubung bawaan lahir.

Pada Mei 1982, psikiater Dr. Chard Deline menulis buku yang dipublikasikan di majalah Nature, sangat menggemparkan dunia. Ia telah melakukan penyelidikan terhadap IQ anak di lima negara, yaitu Inggris, AS, Prancis, Jerman dan Jepang. Ditemukan bahwa rata-rata IQ anak-anak di 4 negara Barat adalah 100, sedangkan di Jepang rata-rata 111, penyebabnya adalah anak Jepang telah belajar huruf Kanji.

Pencetus teori revitalisasi negara dengan huruf Kanji, peneliti Komite Pendidikan Tokyo, Profesor Ishii, dalam bukunya Cara Mengembangkan Kecerdasan Balita menjelaskan: melalui beberapa kali pengujian ulang, hasilnya menunjukkan, jika huruf Kanji tidak diajarkan kepada anak usia dini, IQ-nya juga akan sama dengan anak orang Barat. Namun setelah belajar huruf Kanji, kondisinya akan berubah: jika diajarkan sejak usia 5 tahun, pada 1 tahun sebelum masuk sekolah, IQ-nya dapat mencapai 110; jika diajarkan sejak usia 4 tahun, belajar 2 tahun, IQ-nya dapat mencapai 120; jika diajarkan sejak usia 3 tahun selama 3 tahun, IQ-nya dapat mencapai 125-130.

Hal ini membuat seorang guru Prancis mengatakan: "Aksara bahasa Tionghoa diajarkan pada anak-anak Prancis, tujuan utama bukan untuk menguasai sebuah alat bahasa lainnya, melainkan adalah melalui belajar huruf Tionghoa untuk mengembangkan kecerdasan anak-anak Prancis."

Dr. Lu Suixian dari Australia juga menemukan: "Tata bahasa Tionghoa paling cocok dengan tata bahasa matematika. Matematika hanya 10 angka sudah dapat memanifestasikan segala nilai angka, pertama adalah melalui penggabungan yang fleksibel secara berlapis-lapis, kedua adalah melalui perubahan urutan simbol, ketiga melalui sebuah istilah multi karakter. Bahasa dan huruf Tionghoa justru bersandarkan 3 poin tersebut, dengan hanya lebih-kurang 7.000 huruf sudah dapat menghadapi segala aspek dari masyarakat modern ini. Inilah satu di antara penyebab utama tingginya IQ matematika anak-anak Tiongkok."

Huruf Tionghoa juga merupakan huruf yang paling mampu meningkatkan kemampuan asosiasi seseorang. Memadukan berbagai aspek di atas, boleh jadi huruf Tionghoa merupakan sebuah mutiara yang sangat berharga dan sebuah keajaiban dalam peradaban umat manusia. [Teo Ai Ping / Jakarta]

Bersambung ...

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
Selanjutnya ->

Sabtu, 18 Mei 2013

PANDANGAN SEJATI TENTANG PERADABAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA (28): MENGENAL DUNIA SECARA TEPAT

Rakyat Tiongkok yang berpenduduk 1 miliar lebih, di bawah sistem Komunis telah berlalu 60 tahun lebih, namun tiada satu pun bidang keilmuan meraih hadiah Nobel. Ada yang berpendapat kreativitas bangsa Tionghoa sebenarnya memang kurang...

Kalau begitu bagaimana baru dapat melaksanakan spiritualitas, moralitas, integritas dan keterbukaan yang sejati? Atau dengan lain kata, bagaimana memegang dengan tepat tingkat pelaksanaan tersebut? Kita dapat melalui sejarah Tiongkok serta kebangkitan dan kemunduran perkembangan iptek sekarang ini sebagai contoh tipikal untuk mencari beberapa petunjuk.

Ada yang berpendapat kreativitas bangsa Tionghoa memang kurang; juga ada yang mulai rendah diri, menganggap bangsa Tionghoa sejatinya memang tidak pintar, rendah IQ-nya; ada juga yang berspekulasi, apa yang disebut "inferioritas" dalam gen bangsa Tionghoa merupakan penyebabnya.

Sesungguhnya semua ini dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sejarah.

Peradaban Tionghoa merupakan salah satu peradaban paling kuno di dunia, juga merupakan satu-satunya peradaban yang terpadu dan berkesinambungan di dunia. Banyak sekali kristal keberhasilan bangsa Tionghoa di tengah proses sejarah yang panjang ini, pernah mendahului Barat beberapa ratus tahun bahkan ribuan tahun, antara lain astronomi, kalender, matematika, teknik mesin serta etika dan filsafat.

Menurut statistik "Kronologi Peristiwa Besar Ilmu Alam" yang diterbitkan oleh Penerbit Rakyat Shanghai pada 1975 tercatat, sebelum abad ke-16, dalam 270 butir penemuan ilmiah penting di seluruh dunia, Tiongkok menyumbang 136 butir. Dalam statistik "Kronik Peradaban Manusia" (Jilid Iptek terbitan 1981) oleh seorang warga Jerman bernama Werner Stein, sebelum abad-16 penemuan ilmiah besar di seluruh dunia berjumlah 152 buah, dua negara pemilik terbanyak masing-masing Yunani (54 buah) dan Tiongkok (24 buah).

Walaupun statistik-statistik tersebut memiliki kecenderungan tertentu, juga belum tentu sangat tepat, namun secara garis besar dapat dijelaskan, dalam bidang Ilmu pengetahuan Alam sebelum abad ke-16, Tiongkok memang benar telah berada di barisan depan dunia.

Pada 1986, berdasarkan bahan dari buku "Sejarah Iptek Tiongkok" karangan Joseph Needham, ilmuwan Robert K. G. Temple menulis sebuah buku "Tiongkok: Negara Penemu dan Pencipta", dalam buku diperkenalkan 100 buah "No.1 di Dunia" dari Tiongkok. Buku tersebut mendapat penghargaan dari Asosiasi Perpustakaan Amerika Serikat, Akademi Ilmu Pengetahuan New York dan lain-lain 5 penghargaan besar.

The UNESCO Courier, koran resmi UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB) pada 1988 pernah menulis sebuah artikel The Chinese Scientific Genius khusus memperkenalkan buku tersebut dan merekomendasikan kepada seluruh dunia, buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam 43 bahasa.

Dalam kata pembukaannya, "Barat Berhutang Kepada Tiongkok" tertera: "Sebuah rahasia terbesar dalam sejarah yang belum diketahui manusia adalah, dunia modern dimana kita juga hidup di dalamnya, merupakan hasil bersama dari peradaban Tiongkok dan Barat, dasar penemuan dan penciptaan dari dunia modern sekarang ini mungkin sebagian besar berasal dari Tiongkok. Namun kenyataan tersebut justru tidak diketahui oleh orang-orang di dunia, termasuk orang-orang Tiongkok dan Barat sendiri. Sejak abad ke-17, setelah para misionaris Barat datang ke Tiongkok, rakyat Tiongkok dikejutkan oleh teknologi Barat, dan lupa terhadap keberhasilan bangsanya sendiri." [Teo Ai Ping / Jakarta]

Bersambung ...

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
Selanjutnya ->

Senin, 13 Mei 2013

PANDANGAN SEJATI TENTANG PERADABAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA (27): BERSIKERAS MENUNJUK JARI SEBAGAI BULAN

Dalam agama Buddha ada sebuah pepatah, "Bersikeras menunjuk jari sebagai Bulan", menyiratkan selapis pengertian sebagai berikut: Jari tangan dapat menunjukkan posisi Bulan, namun jari bukanlah Bulan, memandang Bulan juga tidak harus melalui jari...

Banyak orang mengira pada zaman kuno Tiongkok tidak memiliki ilmu pengetahuan. Memang benar, zaman kuno Tiongkok tidak pernah muncul sistem "Ilmu Pengetahuan" seperti ilmu pengetahuan empiris ala Barat, oleh karena mereka beranggapan di zaman Tiongkok kuno hanya mempunyai beberapa pengetahuan ilmiah yang berserakan dan tidak sistematis, ini hanya dapat dianggap sebagai "teknik" dan bukan "Ilmu Pengetahuan".

Sesungguhnya, justru inilah yang ingin kami tekankan disini, bahwa jalur ilmu pengetahuan bukan hanya satu. Ilmu pengetahuan dalam arti yang luas adalah sebuah jalur yang ditempuh oleh manusia dalam mengenal dunia kemudian digunakan untuk mengarahkan perubahan dunia.

Ilmu pengetahuan empiris dari Barat dewasa ini memiliki keterbatasan dan cacat yang besar, ia sama sekali tidak dapat mewakili seluruh jalur dan metode yang tercakup dalam definisi yang luas ini. Sebenarnya jalur yang ditempuh oleh ilmu pengetahuan zaman Tiongkok kuno adalah jalur lain dalam mengenal dunia, lagi pula ia berkembang dari sebuah titik awal yang lebih sempurna.

Peraih hadiah Nobel ilmu fisika Profesor William Daniel Phillips dalam pidatonya di Konferensi Internasional "Kepercayaan, Ilmu Filsafat dan Ilmu Pengetahuan" yang diselenggarakan oleh Universitas Beijing pada 2010 mengatakan: "Ilmu pengetahuan mutlak bukan satu-satu jendela untuk menjelajahi dunia."

Ilmuwan besar yang sejati seringkali memprakarsai "Berpikir dengan melompat keluar dari bingkai pemikiran" (Think outside the box). Di dalam penelitian ilmu pengetahuan pendahulu kita, yang lebih memiliki makna untuk digunakan sebagai referensi kita, seharusnya adalah metode penelitian dan ideologi pembimbingnya, termasuk semangat mereka dalam mencari kebenaran dan kenyataan, dan bukannya tentang proses penemuan yang konkrit atau definisi, hukum dan teoremanya.

Jangan membatasi diri sendiri dengan bingkai yang dibuat-buat. Teori yang telah usang, akhirnya juga sulit menghindari terobosan, terlampaui atau peningkatan oleh generasi penerus, tidak berguna untuk mempertahankannya, semangat ilmiah dan ideologi pembimbing adalah lebih krusial, harus senantiasa dengan pikiran yang terbuka, mempertahankan semangat mencari dari ilmu pengetahuan, barulah merupakan jalur yang tepat.

Dalam agama Buddha ada sebuah pepatah "Bersikeras menunjuk jari sebagai Bulan", menyirat selapis pengertian sebagai berikut: Jari telunjuk dapat menunjukkan posisi Bulan, namun telunjuk bukanlah Bulan, memandang Bulan juga tidak harus melalui jari telunjuk. Jangan dengan cara pertimbangan yang salah, hanya melihat telunjuk tanpa memandang Bulan. Jika misteri dunia diumpamakan Bulan, maka kesimpulan dan hukum terdahulu hanya merupakan telunjuk yang tidak mutlak diperlukan.

Kenyataan dari banyak aspek telah memperingatkan kita: duduk dalam sumur melihat langit dan pandangan pendek bagaikan myopia atau terlihat oleh mata baru mau mengakuinya. Semua ini tidak dapat ditolelir, bila ingin mengenal dunia dengan ilmu pengetahuan yang sejati, memerlukan pikiran yang terbuka, dan perlu mendorong "kerohanian". Sehingga dipandang dari keseluruhan Ilmu Pengetahuan Barat modern, secara konkrit pada aspek mana saja pemikiran kita perlu dibuka sejenak?

Pertama, ilmu pengetahuan Barat modern seringkali mengutamakan keterulangan dan pembuktian nyatanya, sesungguhnya ini justru merupakan sebuah mulut sumur yang sangat membatasi orang. Dalam dunia objektif banyak sekali fenomena yang tidak dapat dibuktikan dan diulangi, namun mereka benar-benar eksis secara objektif.

Umpama pada suatu saat dalam pikiran kita timbul sebuah pikiran sekilas, mungkin ide tersebut dalam seumur hidup hanya terpikir sekali itu saja. Maka jika ide tersebut sudah tidak dapat terulang lagi, sehingga ilmu pengetahuan empiris modern sama sekali tidak mampu membuktikannya. Selain itu, pengalaman banyak orang dalam hal yang dirasakan langsung atau hal-hal dunia spiritual, itu sendiri memang adalah hal yang sangat tepat. Namun ilmu pengetahuan modern tidak mampu menghadapinya, juga tidak mampu memberi kepastian jelas di dalam internal bingkai yang ditentukan oleh ilmu pengetahuan empiris sendiri. Beberapa hukum dalam lingkup spiritual dan moral yang telah dijelaskan di artikel terdahulu, semuanya tidak mampu dijangkau oleh ilmu pengetahuan empiris modern.

Selain itu, hal-hal tentang ruang waktu dimensi lain dan berbagai hal yang disebut fenomena supranatural, ilmu pengetahuan empiris terlebih lagi tidak memiliki hak bicara. Kalau begitu jika hanya karena ilmu pengetahuan sendiri tidak mampu membuktikan hal-hal tersebut, lalu mengabaikan bahkan mengecam ha-hal yang eksis secara nyata, dan bukannya mengintrospeksi diri, bagaimana memperbaiki alat ilmu pengetahuan yang masih kurang sempurna tersebut, jelas adalah sangat tidak bijaksana.

Dari aspek lain, fondasi yang didirikan untuk ilmu pengetahuan, yaitu berbagai kebenaran umum (aksioma), juga telah menampakkan keterbatasan ilmu pengetahuan. Tentu saja, setelah dijamin ketepatan kebenaran umumnya, penarikan kesimpulan secara logika yang ketat dari ilmu pengetahuan seringkali tidak ada masalah, tetapi pengajuan kebenaran umum sendiri seringkali didirikan atas perasaan, pada hakekatnya juga adalah relatif tidak dapat dibuktikan, dinilai dari kriteria ilmu pengetahuan juga tidaklah "cermat".

Begitu mendobrak aksioma, juga telah menjebol keterandalan dari teorama dan prinsip asal dari dasar aksioma tersebut. Sesungguhnya, melanggar aksioma juga bukanlah suatu hal besar. Kita ambil ilmu ukur sebagai contoh, setelah menjebol kebenaran umum dari ilmu ukur Euclid, masih tetap ada ilmu ukur non Euclidean, juga merupakan ilmu pengetahuan, bukan ilmu pengetahuan semu, hanya saja ia lebih luas, dapat digunakan di luar kebenaran-kebenaran umum tersebut.

Pembuktian nyata dan keterulangan serta fondasi ilmu pengetahuan empiris, yaitu berbagai aksioma, semuanya telah memperlihatkan lingkup yang dapat diterapkan ilmu pengetahuan adalah terbatas. Dalam lingkup yang efektif dari ilmu pengetahuan empiris, kita menaatinya, akan tetapi ketika hal-hal yang kita hadapi telah melampaui lingkup tersebut, di saat sama sekali tidak dapat dibuktikan pada saat ini. Kita juga harus benar-benar menghadapinya secara objektif, dengan sikap mencari kebenaran dari kenyataan, senantiasa dengan pikiran yang terbuka, melakukan analisa secara konkrit dengan spirit "Ilmiah", dan bukan karena tidak dapat dibuktikan, diulang atau dianggap telah melanggar kebenaran aksioma yang ada dalam pikiran kita dewasa ini, maka langsung ditolak mentah-mentah. [Teo Ai Ping / Jakarta]

Bersambung ...

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

Kamis, 09 Mei 2013

MARQUIS WEN DARI WEI, YANG MEMATUHI PRINSIP

Ada sebuah pepatah kuno : "Toleransi memungkinkan seseorang untuk menjadi murah hati, dan kurangnya keinginan membuat seseorang lebih kuat." 

Toleransi adalah sifat yang luar biasa, yang berarti memiliki hati yang murah hati dan keadaan yang penuh dengan belas kasih dan tidak mementingkan diri sendiri.
Ini adalah kebajikan tradisional dari budaya Cina, kualitas mulia yang diturunkan dari Dewa untuk umat manusia. 

Sudah waktunya bagi setiap orang untuk menentukan nilai yang paling penting bagi mereka dan mengambil sikap dalam perjuangan antara baik dan jahat karena manusia sudah mulai melawan arus sejarah, merusak budaya tradisional dan nilai-nilai moral, dan memfitnah prinsip-prinsip universal "Sejati, Baik, dan Sabar." 

Marquis Wen dari Wei Yang Mematuhi Prinsip
 
Pada 403 SM, Han ( salah satu dari Negara-Negara Berperang Tujuh ) meminta penguasa untuk mengirimkan pasukan Wei untuk membantunya dalam menyerang negara Zhao. 

Marquis Wen dari Wei menolak permintaan tersebut dan berkata, "Karena Wei dan Zhao adalah negara persaudaraan, kami telah menandatangani pakta non-agresi timbal balik. Jadi, saya tidak berani memenuhi permintaan Anda.." Setelah mendengar hal ini utusan Han pergi dalam keadaan marah.
 
Ketika orang-orang di Zhao mendengar apa yang terjadi, penguasa Wei diminta untuk menyediakan pasukan untuk membantu serangan Han. Marquis Wen dari Wei menggunakan penalaran yang sama untuk menolak permintaan Zhao. Utusan Zhao pergi dalam kemarahan juga.
 
Setelah itu, baik Han dan Zhao berpikir tentang sikap Marquis Wen yang ramah dan toleran dan bagaimana ia bersahabat terhadap kedua negara mereka. Mereka sangat mengaguminya dan menunjukkan rasa hormat kepada negara Wei. 

Dengan cara ini, maka Wei menjadi pemimpin dari tiga negara yaitu Wei, Zhao, dan Han. Sebagai hasil dari aliansi ini, negara-negara lain tidak pernah bersaing dengan Wei. ( Dari Zizhi Tongjian, yang menceritakan sejarah China dari periode Warring States di 403 SM sampai awal Dinasti Song di 959 AD). [Ernawati H / Medan]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
Selanjutnya ->

Minggu, 05 Mei 2013

PANDANGAN SEJATI TENTANG PERADABAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA (26): INGIN MENGENAL SISTEM, HARUS MELOMPAT KELUAR DARI SISTEM

Pepatah kuno mengatakan: "Tidak mengenal wajah asli Gunung Lu, hanya karena diri sendiri berada di tengah gunung tersebut". Jika ingin mengenal sebuah sistem, maka harus melompat keluar dari sistem tersebut untuk melakukan pengamatan, dan tidak dengan niat disengaja menetapkan bingkai yang berlandaskan pemikiran diri sendiri...

Dalam ilmu biologi, setelah kita dengan sangat percaya diri memastikan bahwa organisme hanya dapat bertahan pada suatu suhu panas batas tertinggi. Namun pada April 2011, sebuah grup studi ilmiah yang dipimpin oleh ahli kelautan Connelly dari Sentra Ilmu Kelautan Nasional Southampton, Inggris, di daerah palung laut Cayman, Laut Karibia, di sebuah "Cerobong Asap Hitam" (daerah aktivitas hydrotermal suhu tinggi yang kaya akan sulfida di dasar laut, dinamakan seperti itu karena bentuk semburan hydrotermal seperti asap hitam) yang terletak 5 kilometer di bawah permukaan laut, ditemukan sejenis varietas baru yakni udang buta "tahan panas", yang dapat bertahan pada suhu tinggi hingga 450°C.

Sebuah contoh lagi, dalam buku pelajaran kita dikemukakan, dari mikroba, tumbuhan hingga hewan, ada 6 jenis unsur kimia utama merupakan unsur kehidupan yang tidak dapat kurang yakni: karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan fosfor. Namun pada 2 Desember 2010, ilmuwan NASA mengumumkan telah menemukan sejenis bakteri yang dapat hidup dalam arsenik konsentrat tinggi, sedangkan genetik bakteri tersebut telah menggunakan arsenik untuk menggantikan fosfor, fosfor bukan lagi merupakan unsur yang harus dimilikinya.

Dalam bidang studi kemampuan tubuh manusia, sejak dahulu banyak ilmuwan berdasarkan tubuh manusia dapat melawan daya rintang udara, dan gaya reaksi berat badan setelah ia beraksi terhadap permukaan bumi dan lain-lain faktor. Telah diperhitungkan bahwa kecepatan maksimum manusia untuk lari sprint 100 meter, yang tidak sampai merusak otot tubuh adalah 9,64 detik.

Pada tahun 70-an abad ke-20, Doktor Bio-mekanik AS, Dr. Gideon Ariel, memprediksi: dari sudut mekanik tubuh manusia, lari dengan kecepatan tinggi kurang dari 9,60 detik menyelesaikan jarak 100 meter, dapat mengakibatkan patah tulang dan jaringan lunak persendian akan terlepas. Namun dalam kejuaraan dunia Atletik yang diselenggarakan di Berlin pada 17 Agustus 2009, atlet Jamaika, Usain Bolt, keluar sebagai juara dengan kecepatan 9,58 detik. Kejadian itu telah mematahkan pernyataan ahli tersebut.

Pada 1900, Kelvin (William Thomson), ahli fisika ternama dari Inggris, dalam sebuah artikel karyanya "Mencari Ilmu Fisika Abad ke-20" mengatakan: "Gedung Ilmu Fisika pada dasarnya telah selesai dibangun, para ahli fisika generasi penerus hanya perlu mengerjakan beberapa pekerjaan pelengkap kecil-kecilan sudah cukup. Namun di kejauhan langit cemerlang Ilmu Fisika masih terdapat 2 buah awan hitam kecil yang mengkhawatirkan."

Dua awan hitam "kecil" yang dimaksud adalah kondisi sulit dalam penelitian Michelson Morley dan studi radiasi hitam yang dialami mereka. Namun 2 buah awan hitam kecil tersebut kemudian masing-masing menjadi "Teori Relativitas "dan "Mekanika Kuantum", hujan badai yang didatangkan oleh mereka mengguncangkan gedung Ilmu Fisika klasik hingga hampir roboh. Lagi pula, seiring dengan tak hentinya perkembangan ilmu pengetahuan, mereka telah membangun kembali sebuah gedung fisika tampilan baru yang lebih kokoh fondasinya, juga telah membawakan kepada manusia sebuah pandangan dunia yang total baru.

Tentang "Teori Relativitas" yang disampaikan oleh Einstein sendiri, putranya bernama Edward pernah bertanya: "Ayah, mengapa Anda begitu tersohor?"

Einstein menjawab: "Kamu melihat di atas bola besar ini ada seekor kumbang yang buta? Ia tidak menyadari jalur yang ia tempuh adalah lengkung, akan tetapi Einstein tahu."

Perkataan ini tersirat makna yang sangat mendalam, orang Tionghoa mengatakan "Tidak mengenal wajah asli Gunung Lu, hanya karena diri sendiri berada di tengah gunung tersebut". Jika ingin mengenal sebuah sistem, maka harus melompat keluar dari sistem tersebut untuk melakukan pengamatan, dan tidak dengan niat disengaja menetapkan bingkai yang berlandaskan pemikiran diri sendiri. [Teo Ai Ping / Jakarta]

Bersambung ...

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
Selanjutnya ->

Jumat, 26 April 2013

PANDANGAN SEJATI TENTANG PERADABAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA (25): ILMU PENGETAHUAN SEJATI TERKANDUNG MORALITAS

Sebuah ilmu pengetahuan yang tidak dapat mengenali dan melukiskan hukum moral, secara fundamental bukanlah ilmu pengetahuan yang sejati, ia benar-benar merupakan ilmu pengetahuan semu...

Sesungguhnya, bicara tentang makna penting moralitas, kita ambil pengobatan tradisional Tiongkok (PTT) sebagai contoh. Dari zaman dahulu hingga kini, tabib besar selalu menandaskan, teknik pengobatan yang sesungguhnya langsung dibatasi oleh standar moral tabibnya, sementara kesehatan tubuh seseorang juga berhubungan erat dengan moralitasnya.

PTT zaman dahulu menganggap kebejatan moral seseorang merupakan penyebab fundamental manusia menderita penyakit. Misalnya buku PTT klasik yang tersohor Kitab Internal Kaisar Kuning (Huang Di Nei Jing) telah mencatat: "Energi positif eksis di dalam, maka energi buruk tidak akan dapat mengganggu".

Dalam Resep Penting Berharga Persediaan Darurat (Bei Ji Qian Jin Yao Fang) hasil karya tabib agung zaman Dinasti Tang bernama Sun Simiao (590-692) juga telah membeberkan secara sistematis tentang spesifikasi moral pengobatan. Orang yang tinggi moralnya, baru dimungkinkan kultivasi diri, sehingga mendapatkan teknik pengobatan yang sangat tinggi; jika tidak, mencampakkan sisi moral dan secara membabi-buta hanya mengembangkan sisi tekniknya saja, intisari dari PTT akan musnah, kita hanya dapat menyandarkan pengobatan Barat yang dikembangkan dari materi paling permukaan saja.

Bagi setiap orang, segala sesuatu terdiri dari dua sisi: materi dan spirit. Moral sebagai sesuatu yang eksis secara objektif, sesungguhnya ia eksis dalam dunia spiritual manusia yang "datang bersamaan di saat manusia dilahirkan". Ini bukanlah sebuah masalah sepele, mungkin saja memiliki sumber muasal yang luar biasa.

Seumpama, pada umumnya setiap orang ketika pertama kali berbuat jahat, seringkali akan merasakan perasaan berbuat dosa atas pelanggaran hati nuraninya. Ada juga yang merasakan kehampaan hati seperti melewati sang waktu dengan siasia. Walaupun perasaan itu tidak dapat dilihat dan diraba, akan tetapi ketika ia muncul, sering kali rasa penyesalan dan menyalahkan diri sendiri tersebut adalah sangat nyata, dan bersumber dari lubuk hati terdalam, secara naluri dan berasal dari "diri sendiri yang sesungguhnya".

Hati nurani bawaan lahir dan perasaan diri sendiri yang sesungguhnya, belum tentu tidak lebih nyata dari "rasa sentuhan" dan "penglihatan", lagipula ia eksis secara umum pada manusia, tidak mungkin eksis tanpa sebab. Kita tidak ada alasan untuk tidak memperhatikan unsur moral yang telah timbul tersebut, karena ini barulah berhubungan langsung dengan "diri sendiri yang sesungguhnya".

Bicara sampai di sini, dengan memadukan dua sisi spiritual dan moralitas tersebut, marilah kita menengok sejenak ilmu pengetahuan modern, terutama ilmu pengetahuan di negeri-negeri komunis dengan pedoman Marxisme. Terdapat sebuah dogma yang tersohor dan tersebar luas, yaitu materi menentukan kesadaran, fondasi ekonomi menentukan supra struktur.

Dilihat dari penjelasan dan bukti-bukti yang telah kita jelaskan sebelumnya, berhubung ilmu pengetahuan modern yang berdasarkan matematika telah menyaring bersih lapisan spiritual dari segala sesuatu. Atau dengan kata lain, ilmu pengetahuan modern sendiri dalam memahami lingkup spiritual telah memiliki hambatan bawaan, sehingga di bawah fondasi demikian, segala upaya menemukan dan studi untuk balik membuktikan materi menentukan spiritual, dan materi adalah sifat pertama, sedangkan spiritual hanya merupakan sifat kedua, semua itu hanyalah akan sia-sia saja.

Ini tak lain adalah diri sendiri telah dibatasi secara tuntas dalam sumur yang telah mengikat dirinya sendiri. Kemudian malalui langit sebesar mulut sumur melakukan pengamatan berulang-ulang puluhan ribu kali, akhirnya mendapatkan sebuah kesimpulan "ilmiah": langit memang sebesar mulut sumur! Sesungguhnya, dimunculkannya teori evolusi yang melangkah menuju ekstrim juga tidak dapat dikatakan tidak memiliki hubungan dengan lapisan spiritual yang telah disaring dalam ilmu pengetahuan alam.

Jika hal tersebut telah dimengerti, maka kita dapat menyaksikan dengan jelas. Argumentasi, "Jika ingin meningkatkan kualitas dan moral rakyat, harus mengembangkan ekonomi terlebih dahulu." Retorika "teori materialisme" semacam itu sebenarnya tidak memiliki dasar yang kokoh, bahkan konyol.

Ia memang dapat memenuhi dan memperbesar keserakahan manusia terhadap uang, juga melanggar hati nurani manusia dengan sifat ilahi, dengan sifat dasar jiwa dan prinsip Langit dalam dunia fana, maka tidak heran sederetan kemerosotan moral dan berbagai fenomena pelanggaran HAM, serta manusia saling memusnahkan telah begitu merajalela. Maka konsep-konsep keliru tersebut telah menyediakan dasar teori bagi ilmu pengetahuan tidak sempurna yang materialistis dan empiris, untuk itu ia memikul tanggung jawab yang tidak terelakkan.

Moral merupakan spiritual, ilmu pengetahuan empiris yang tidak mengenali eksistensi spiritualitas tentu tidak mungkin mengenali hakiki moral dan asal-usul sesungguhnya, apalagi terhadap hubungan sebab-akibat dari "perbuatan baik atau buruk ada imbalannya" apakah eksis, sama sekali tidak memiliki hak menyatakan pendapat, sehingga tidak mampu mengenali peran internal amat besar dari moralitas terhadap kehidupan manusia dan keberadaan serta rotasi hidup-mati alam sejagad.

Dengan demikian di bawah bimbingan ilmu pengetahuan yang selalu mengandalkan "materi" (hal yang nyata) dan ilmu empiris, angkuh, mentransformasi alam dengan membabi-buta, semaunya mengintervensi alam, menggunakan tongkat "ilmu pengetahuan" dengan bengis menggebuk "moral" yang mempertahankan eksistensi umat manusia ini. Bukannya memikirkan bagaimana dapat tercapai antara manusia dan Langit menyatu, bagaimana manusia dapat berkoeksistensi secara harmonis dengan alam, sehingga hanya mendatangkan bencana dan menanggung akibat yang sangat besar terhadap umat manusia.

Maka dari sudut satu ini, dapat dipastikan, ilmu pengetahuan yang tidak dapat mengenali dan melukiskan hukum moral sama sekali bukanlah ilmu pengetahuan yang sejati, ia benar-benar merupakan ilmu pengetahuan semu. [Teo Ai Ping / Jakarta]

Bersambung ...

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

Selasa, 23 April 2013

KENANGAN PENGALAMAN MENDEKATI KEMATIAN: LEBIH NYATA DARIPADA REALITAS ?

Peneliti dari Universitas Liège, Belgia, menunjukkan bahwa mekanisme fisiologis telah dipicu selama proses NDE sehingga menyebabkan persepsi yang lebih jelas tidak hanya bayangan peristiwa dalam sejarah individu, tetapi juga peristiwa nyata yang telah terjadi dalam hidup mereka! Hasil mengejutkan yang diterbitkan dalam PLoS ONE ini diperoleh dengan menggunakan metode asli, dan hingga kini masih memerlukan investigasi lebih lanjut.

Melihat cahaya terang, melewati terowongan, memiliki perasaan berakhirnya sebuah "realitas", atau meninggalkan tubuh sendiri, adalah kondisi yang sangat umum dari fenomena kompleks yang dikenal sebagai Near Death Experiences (NDE – Pengalaman Menjelang Kematian), yang secara spesifik dialami oleh orang-orang yang dekat dengan kematian. Namun apakah ini merupakan produk dari pikiran? Mekanisme pertahanan psikologis? Ataukah halusinasi? Fenomena ini telah banyak didokumentasikan di media dan telah menghasilkan banyak keyakinan dan teori-teori dari setiap bidang. Dari sudut pandang ilmiah, pengalaman ini lebih sulit untuk dipahami karena biasanya muncul pada saat individu berada dalam kondisi yang kacau, dimana tidak mungkin dipelajari pada saat hal itu terjadi. Namun para peneliti dari Universitas Liège ini telah mencoba pendekatan yang berbeda.

Kerja sama antara para peneliti di Coma Science Group (dipimpin oleh Steven Laureys) dan bagian Riset Psikologi Kognitif dari Universitas Liège (Profesor Serge Brédart dan Hedwige Dehon), telah melihat ke dalam memori NDE dengan hipotesis bahwa jika kenangan NDE adalah murni produk dari imajinasi, karakteristik fenomenologis mereka (misalnya, sensorik, referensial diri, emosi, dan detail lainnya) seharusnya lebih dekat dengan imajinasi tersebut. Sebaliknya, jika NDE dialami dalam cara yang mirip dengan realitas, karakteristik mereka akan menjadi lebih dekat dengan kenangan peristiwa nyata.

Para peneliti membandingkan respon yang diberikan oleh tiga kelompok pasien, yang masing-masing telah selamat dari koma (dalam cara yang berbeda), dan sekelompok sukarelawan yang sehat. Mereka mempelajari kenangan NDE dan kenangan dari peristiwa nyata dan peristiwa imajiner dengan bantuan kuesioner untuk mengevaluasi karakteristik fenomenologis dari memori. Hasilnya ternyata mengejutkan. Dari sudut pandang yang sedang dipelajari, bukan hanya NDE tidak mirip dengan kenangan peristiwa imajiner (yang dibayangkan), namun karakteristik fenomenologis melekat pada kenangan peristiwa nyata (misalnya kenangan rincian sensorik) bahkan lebih banyak kenangan di dalam NDE daripada kenangan di dalam peristiwa nyata.

Otak, dalam kondisi kondusif saat fenomena tersebut terjadi, tengah berada dalam kekacauan. Mekanisme fisiologis dan farmakologis benar-benar terganggu, diperburuk, atau sebaliknya, berkurang. Studi tertentu telah mengajukan penjelasan fisiologis untuk komponen tertentu dari NDE, seperti Out of Body Experiences (pengalaman keluarnya roh dari tubuh), yang dapat dijelaskan oleh disfungsi dari lobus parietal temporo. Dalam konteks ini studi yang dipublikasikan di PLoS ONE menunjukkan bahwa mekanisme yang sama juga bisa "menciptakan" persepsi, sehingga akan diproses oleh individu yang berasal dari luar realitas. Mirip seperti otak yang berbohong kepada mereka, layaknya halusinasi. Peristiwa ini menjadi sangat mengejutkan dan sangat penting dari perspektif emosional dan personal. Kondisi ini tampak matang sehingga memori (ingatan) menjadi sangat detail, tepat, dan berlangsung lama.

Sejumlah penelitian telah mempelajari ke dalam mekanisme fisiologis NDE, maupun produksi fenomena ini oleh otak, namun dilakukan secara terpisah, kedua teori tidak mampu menjelaskan pengalaman ini secara keseluruhan. Studi yang dipublikasikan di PLoS ONE tidak mengklaim penjelasan yang unik untuk NDE, namun tetap memberikan kontribusi untuk mempelajari jalur yang memperhitungkan fenomena psikologis sebagai faktor yang berhubungan dan tidak bertentangan. [Rosawati Lim / Mataram]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->
Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA