IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 07 Agustus 2012

MISTERI PUISI DALAM RIBUAN TAHUN SEJARAH TIONGKOK (5): SHAO YONG - MEIHUA SHI

Apakah ini hanya untuk mendidik kita bahwa "aneka masalah di dunia fana ini tak kunjung habis, takdir dari langit maha luas tak dapat terhindarkan", ataukah memperingatkan kita bahwa sang Pencipta dengan kekuatan supranatural-Nya yang tak terbatas, mengendalikan setiap langkah kemajuan sejarah?

Kira-kira 250 tahun setelah Li Chunfeng menghasilkan karya Tui Bei Tu (Ilustrasi Mendorong Punggung), Zhu Wen, seorang jenderal besar yang licik dan kejam telah melengserkan Kaisar Tang Zhaoxuan dan mengangkat diri sendiri sebagai kaisar, sekaligus mengubah nama Dinasti Tang menjadi Dinasti Liang, mulailah masa 5 Dinasti 10 Negara (907-959) yang berlangsung selama 50 tahun lebih.

Tahun 960, Zhao Kuangyin melakukan pemberontakan di Chenqiao, anak buahnya memakaikan jubah kekaisaran kepada Zhao, selanjutnya Zhao mendirikan Dinasti Song Raya (960-1126, umumnya disebut Dinasti Song Utara, dan dilanjut oleh Song Selatan 1127-1279) dan menyatukan seluruh wilayah yang terdiri dari beberapa kerajaan kecil peninggalan masa lalu.

50 tahun kemudian, tepatnya pada tahun ke-4 Kaisar Zhenzhong Dinasti Song Utara, di Hebei lahirlah seorang ahli Ilmu Yi Jing yang agung bernama Shao Yong. Ia dengan 10 puisi telah meramal peristiwa besar dalam sejarah, dimulai dari masa dinasti selanjutnya hingga sekarang, kemudian dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul Mei Hua Shi (Puisi Bunga Plum).

Dinasti Song merupakan dinasti yang paling lemah di tengah dinasti yang dapat menyatukan seluruh wilayah pada waktu itu. Dinasti Song baru saja didirikan telah melepas wilayah Yanyun yang meliputi 16 prefektur.

Pada masa akhir Dinasti Song Utara, etnis Nuzhen (etnis nomaden kuno di daerah timur laut Tiongkok) bangkit dan mendirikan Kerajaan Jin (1115-1234). Setelah mengalahkan kerajaan Liao (907-1125), 2 tahun kemudian (1127) berhasil menawan kaisar ke-2 Dinasti Song, dengan demikian Dinasti Song Utara lenyap dari bumi.

Adik kaisar Song ke-2 Zhao Gou mendirikan Dinasti Song Selatan di kota Nanjing, lalu dipindahkan ke Kota Hangzhou. Kira-kira 150 tahun kemudian, Dinasti Song Selatan ditaklukkan oleh Dinasti Yuan (1271-1368).

Pada 1279 karena tidak mau tertawan oleh pasukan musuh yang mengejar, Perdana Menteri Lu Xiufu menggendong Kaisar kecil Dinasti Song Selatan, Zhao Bing, bunuh diri melompat ke laut. Para prajurit yang mengawalnya serta para selir juga lenyap di tengah laut ditelan badai.

Sepotong sejarah tersebut tercatat sebagai prediksi di dalam kitab Mei Hua Shi sebagai berikut: "Walaupun gunung dan sungai bagus namun tidak sempurna" yang dimaksud adalah peristiwa melepas wilayah Yanyun yang meliputi 16 prefektur.

"Tidak percayakah Emas kuning merupakan bibit malapetaka." Di sini emas kuning berarti Dinasti Jin (Jin bermakna emas) yang ibukotanya di Gedung Naga Kuning. Selanjutnya "Selama 300 tahun berakhir di satu hari", kalimat ini menunjukkan Dinasti Song Utara didirikan pada tahun 960 dan berakhir pada tahun 1279, bertahan selama 300 tahun lebih, "Air biru sepanjang langit membentang penuh dengan desahan." Ini melukiskan PM Lu menggendong Kaisar kecil terjun ke laut.

* Liu Bowen: Shaobing Ge (Pujian Kue Kering)

Kubilai, raja kerajaan Mongolia mengubah kerajaannya menjadi Dinasti Yuan (1271-1368) dan menetapkan Beijing sebagai ibukotanya, setelah menumbangkan Dinasti Song hanya bertahan selama 70 tahun lagi, hingga 1367 Dinasti Yuan dimusnahkan oleh kaisar Dinasti Ming Zhu Yuanzhang. Dengan demikian mulailah dinasti feodal terakhir yang dipimpin oleh etnis Han dalam sejarah Tiongkok yaitu Dinasti Ming Raya.

Penasihat besar kaisar Ming bernama Liu Bowen juga seorang paranormal. Pada suatu hari Kaisar Ming sedang menyantap kue kering, baru tergigit sepotong, mendapat laporan Liu Bowen minta menghadap sang Kaisar, maka Kaisar menaruh sisa kue kering itu di atas meja dengan ditutupi sebuah mangkok, kemudian memanggil Liu masuk.

Kaisar bertanya kepada Liu: "Tuan memahami benar ilmu falak dan matematika, tahukah Anda benda apakah yang ada di dalam mangkok ini?" Liu menghitung dengan jari-jarinya lalu menjawab: "Separuh seperti matahari separuh seperti bulan, pernah digigit sepotong oleh sang naga emas (kaisar di Tiongkok biasa disebut pula Putera Langit atau putera sang Naga dengan warna kuning emas sebagai warna kekaisaran), ini adalah sebuah kue kering."

Kaisar sangat terkejut, tidak disangka ramalan Liu begitu tepat, maka dimulailah menanyakan peristiwa besar yang akan datang. Tanya jawab antara Kaisar dan penasihat tersebut berlanjut hingga peristiwa besar yang akan terjadi dalam sejarah sampai sekarang ini tertuang di dalam sebuah kitab dan dinamakan Shaobing Ge (Pujian Kue Kering).

Meneliti sejarah Tiongkok, seakan-akan ia menyimpan sebuah rahasia besar. Mulai dari Qiankun Wannian Ge (Pujian Jutaan Tahun Alam Semesta) pada Dinasti Zhou, Ma Qian Ke (Pelajaran di Depan Kuda) pada Dinasti Han, Tui Bei Tu (Ilustrasi Mendorong Punggung) pada Dinastri Tang, Mei Hua Shi (Puisi Bunga Plum) pada Dinasti Song hingga Shao Bing Ge (Pujian Kue Kering) pada Dinasti Ming, setiap dinasti yang tentram dalam jangka waktu lama yang pimpin oleh etnis Han telah mewariskan kepada kita sebuah ramalan sistematis yang akurat. Lebih misterius lagi adalah Jiang Ziya dari Dinasti Zhou, Zhangliang dari Dinasti Han, Xu Maogong dan Li Jing dari Dinasti Tang, Miao Guangyi dari Dinasti Song hingga Liu Bowen dari Dinasti Ming, semua penasihat pendamping kaisar itu juga merangkap pendeta Tao.

Di bumi Tiongkok penuh misteri yang disebut "Bumi Dewata" ini, apakah benar adalah bumi pilihan Dewata, dengan prediksi yang telah dirancang secara cermat satu per satu sebagai cetak biru, disini telah dipentaskan drama sejarah selama 3.000 tahun lebih dengan tanah (dari sungai) Kuning sebagai panggung dan langit biru sebagai layarnya?

"Dewa telah pergi namum masih akan kembali lagi." Apakah Dewa benar-benar telah pergi? Ataukah Dewa menjelma seperti kita manusia di dunia ini, sekali dan sekali lagi datang sesuai ikrarnya, membantu kita menulis sejarah, selangkah demi selangkah membimbing kita menuju ke sebuah peristiwa sejarah besar yang pada akhirnya pasti akan terjadi, dan akan bumi dan langit gonjang-ganjing? [Teo Ai Ping / Jakarta / Tamat]

***
HEMAT IMPORT KARGO !!!
Kami melayani import borongan FCL & LCL dari Guangzhou, China ketujuan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang & Bekasi. Kontak "transwaycargo.com" Telp: 021-2626 4750 Fax: 021-2626 4860 Hp: 0812-9855 8800, 0856-755 0123, 0819-0880 2000 Email: pttci@yahoo.co.id
.

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA