Aksara Tionghoa 一 (Yi) awalnya berarti nomor satu, tetapi dalam melambangkan hubungannya dengan 大 (Dà), adalah sebagai jepit rambut, yang selalu dikenakan oleh kaum pria tradisional. Rambut panjang di Tiongkok kuno, seperti di banyak negara lainnya, tidaklah lazim bagi kaum pria. Bukan hanya wanita yang berpikir bahwa rambut adalah benda milik yang berharga, tetapi pria merawat rambut mereka juga.
Dengan demikian, ada banyak gaya rambut. Sering kali, berdasarkan gaya rambut, orang dapat mengenali posisi sosial orang tersebut. Petani dan pekerja sering mengikat rambut mereka ke atas karena sering bekerja keras secara fisik. Oleh karena itu, mereka sering kali memakai gaya sanggul, yang dipasangkan bersama dengan jepit rambut.
Aksara kedua 丈 (Zhàng) adalah penambahan dan penekanan kesan maskulin, serta satuan panjang dari tiga setengah meter. Jadi 丈 (Zhàng) menunjukkan ukuran dan kekuatan dari suami. Aksara 夫 (Fū) pada dasarnya mencerminkan sikap Orang Tiongkok kuno dan setara dengan aksara yang saat ini digunakan 男 (Nán). Aksara 男 (Nán) terdiri dari tanda 田 (Tián) untuk ladang dan 力 (Lì) untuk kekuatan. Seorang suami itu harus menjadi besar dan kuat karena ia harus menumbuhkan ladang atau lahan pertanian untuk memberi makan keluarganya.
Sangat membingungkan bagi para pelajar bahasa mandarin yang non penduduk asli, sebab 夫 (Fū) juga terlihat sangat serupa untuk banyak aksara Tionghoa lainnya, seperti 天 (Tiān), 夭 (Yāo), 矢 (Shǐ), 末 (Mò), 未 (Wèi), dan 失 (Shī). Banyak dari mereka yang berkisar pada aksara 大 (Dà), tetapi semua memiliki makna sendiri-sendiri. [Teo Ai Ping / Jakarta]