Ilmu pengetahuan alam modern, dengan moral sepertinya sama sekali tidak ada hubungannya, ia sama sekali tidak pernah benar-benar menyelidiki hakekat objektif dan peran dari "Moral".
Misalkan, dibicarakan dari yang paling mendasar. Anda mengeluarkan niat baik, 1+1 = 2, air mencapai suhu 0°C akan menjadi es, sumsum tulang Anda bisa menghasilkan 500 ribu sel darah putih dalam satu jam untuk memasok sistim kekebalan tubuh Anda. Sedangkan Anda memancarkan niat jahat, tidak mengubah 1+1 = 2, air mencapai suhu 0°C akan menjadi es, sumsum tulang Anda akan menghasilkan 500 ribu sel darah putih dalam satu jam untuk memasok sistim kekebalan tubuh Anda.
Dengan demikian Anda sedang melakukan perbuatan baik, tidak ada pengaruh langsung yang harus terjadi bagi alam semesta, sedangkan dalam kehidupan Anda jika harus menikmati ya nikmatilah, jika harus jatuh sakit ya sakit; Jika Anda berbuat jahat, dalam alam semesta juga seperti sediakala, Anda harus menikmati tetap menikmati, harus sakit ya sakit.
Lagi pula kebaikan dan kejahatan dalam dunia yang dilukiskan oleh ilmu pengetahuan tidak bisa mendapatkan penjabaran dan batasan yang sangat baik. Namun, jika dilihat dari pengaruh terhadap dunia, benarkah kebaikan dan kejahatan itu sederajat dan simetris?
Sebagian orang yang sok pintar acapkali mengeluarkan suatu contoh untuk mengejek orang-orang yang memiliki keyakinan:
Seorang umat bertanya kepada pendeta: "Bolehkah saya merokok ketika berdoa?" Permintaan umat tersebut mengalami kecaman keras dari pendeta. Dan seorang umat yang lain bertanya kepada pendeta: "Bolehkah saya berdoa ketika merokok?" Permintaan umat tersebut dikabulkan, maka dengan santainya ia merokok.
Orang yang senang membicarakan lelucon seperti ini acapkali akan mengeluarkan sindiran berdasarkan cerita tersebut: Keyakinan dalam hati manusia tulus atau tidak, moralitas baik-buruk, tulus dan palsu, semua ini tidak dapat dipercaya, dari permukaan tidak bisa menemukan standar konkrit untuk mengukurnya.
Mereka beranggapan: dilihat secara objektif, merokok sambil berdoa dan berdoa ketika merokok merupakan dua hal yang sederajat. Namun keadaan sesungguhnya belum tentu demikian. Keadaan secara permukaan memang benar mirip, tetapi sikap dan kecenderungan yang diwujudkan, dalam banyak hal adalah sama sekali berlawanan, dan hal tersebut juga merupakan kenyataan secara "objektif".
Misalnya seperti berdoa ketika merokok, kemungkinan orang tersebut ketika merokok, terpikir olehnya akan bertobat, kemudian ia mulai berdoa dan memulai hidup baru, ini merupakan awal orang tersebut keluar dari kebiasaan buruk. Dan ketika berdoa, karena merasa jemu dan tidak bisa berkonsentrasi, dan kemudian tidak segan-segan untuk merokok, hal tersebut merupakan langkah awal dari kebejatan.
Seperti es mencair menjadi air dan air membeku menjadi es kedua proses ini, ketika berada pada 0°C, sama-sama mempunyai keadaan singkat dimana air dan es eksis bersamaan. Dilihat dari permukaan, kedua proses tersebut memang benar ada tahapan seperti ini, lagipula keadaan dari dua tahapan tersebut sama persis, tetapi pada kenyataan tendensinya sama sekali berlawanan. Begitu masa peralihan singkat tersebut terlewati, satu sisi sama sekali hanya tinggal air, yang satunya lagi sama sekali hanya tinggal es.
Tadi kita dari moral dan niat pikiran manusia, menjulur keluar contoh air dan es, di bawah ini marilah kita mengingat kembali artikel sebelumnya yang membicarakan tentang inspirasi dari percobaan kristal air dan nasi.
Sebenarnya mengenai percobaan dari daya pikiran kecuali bisa dibuat sebagai pembuktian bahwa spirit bisa berpengaruh langsung terhadap materi, selangkah lebih maju telah mengungkapkan satu masalah penting dalam dunia spiritual, mengenai batasan objektif tentang moral kebaikan dan kejahatan. Materi, sebenarnya bisa langsung "merasakan" niat pikiran baik maupun jahat dari manusia, kebaikan dan kejahatan itu mempunyai perbedaan secara objektif.
Moral dan sikap hati dari seseorang bisa berpengaruh langsung terhadap hal-hal di sekitar orang tersebut, dan bukan seperti yang ditulis dalam buku pelajaran politik paham Marxisme yang mengatakan itu adalah reaksi "tidak langsung" dan reaksi "sampingan". Dan dilihat dari niat pikiran jahat yang menyebabkan air tidak bisa membentuk kristal heksagonal (segi enam) teratur, kebaikan dan kejahatan itu sama sekali tidak identik dan tidak simetris.
Hal tersebut telah mengingatkan kepada kita, dua hal kebaikan dan kejahatan ini bisa ditemukan standar perbedaan yang sebenarnya dalam dunia objektif, dan tidak akan selamanya masing-masing membicarakan kebenaran sendiri, karena dilihat dari sifat keteraturan dan sifat simetris dari kristal, dua hal kebaikan dan kejahatan ini dalam dunia objektif selamanya juga tidak akan dicampur-baurkan. [Teo Ai Ping / Jakarta]
Bersambung ...
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id