IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 28 Mei 2013

KEKUATAN BERTOBAT

Pada zaman dulu, bertobat dianggap sebagai perilaku yang selalu dipegang teguh oleh seseorang yang bermoral tinggi dan bijaksana, yang dalam kehidupan nyata tidak membawa makna apa pun. Bertobat ibarat sebuah vas bunga yang indah, dipenuhi dengan kehidupan yang runyam.

Jika membaca cerita sejarah, terkadang kita melihat kata-kata "bertobat", hati terasa bergolak perlahan, dan meninggalkan jejak dalam benak. Ketika jalan kehidupan terus bergulir, mau tak mau timbul rasa penasaran, seberapa besarkah kekuatan tobat yang berasal dari lubuk hati paling dalam?

***
Yang patut dibahas adalah kisah Raja Ashoka yang merupakan raja generasi ketiga dari Dinasti Maurya (Dinasti Merak) kerajaan India kuno. Menurut catatan sejarah, demi merebut tahta, Raja Ashoka membunuh saudara dan saudari kandungnya sendiri kemudian dinobatkan menjadi raja perampas tahta, juga merupakan penguasa yang kejam.

Delapan tahun setelah berkuasa, Ashoka menyerang Kerajaan Kalinga di Timur Laut, Ashoka menyaksikan sendiri 150.000 orang dalam perang itu menjadi tawanan, 100.000 orang tewas terbunuh, terutama kematian warga sipil yang mengenaskan, bencana dan penderitaan yang dialami rakyat akibat perang, membuatnya menyesal dan galau. Penyesalan yang mendalam itu membuat Ashoka menghentikan perluasan wilayah dengan kekuatan militer, dan kemudian menjadi pengikut Buddha.

Saat Ashoka menghimbau rakyatnya untuk menjalani kehidupan yang bermoral, ia juga menuntut dirinya dengan ketat, menjalani kebajikan dan taat pada norma-norma, tidak hanya banyak menderma bagi fakir miskin dan para pelayannya, juga mendirikan rumah sakit serta taman ramuan herbal bagi rakyat di negaranya; tidak hanya menghapus hiburan beringas berupa adu hewan di seluruh negeri, juga tidak mengizinkan menyembelih atau menggunakan hewan sebagai korban persembahan. Ia juga membatasi permainan berburu di kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan.

Respek dan ketulusan Ashoka memperlakukan makhluk hidup telah mengubah citra sebelumnya sebagai seorang diktator kejam dan menjadi seorang raja yang tiada tandingannya dalam sejarah India.

Dalam sejarah, Ashoka memang membunuh dengan beringas, tetapi setelah ia bertobat, kekuatan ini tidak hanya mendukung Ashoka untuk mewujudkan berbagai hal yang tidak dapat diwujudkan oleh banyak raja lain, juga menerapkan pemerintahan yang penuh welas asih di bawah pengaruh agama Buddha, serta memperlakukan rakyatnya dengan baik.

Ashoka menjadikan diri sebagai teladan, dengan niat baik nan tulus, menjalankan kehidupan yang bermoral, telah menggugah kerajaannya sendiri. Kekuatan bertobat sungguh agung, tidak hanya menghasilkan prestasi sebagai raja yang sukses, ia juga memenangkan kehormatan yang cemerlang baginya, dan meninggalkan nama harum sepanjang masa.

***
Di masa PD II, tentara Jerman menyerang Belgia dan menduduki kota peristirahatan Wesly. Mayor Krupp yang baru saja menjabat sebagai komandan garnisun mendapat perintah dari Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Liszt: "Tiba di Rumah Sakit Kehormatan Militer di Belgia, bunuh seekor sapi jantan yang bernama Ritter (Knight)."

Mayor Krupp sangat heran, kenapa seorang jenderal harus berseteru dengan seekor sapi. Wakil jenderal itu memberitahunya, dalam perang di Sungai Sutton pada PD I, Jenderal Liszt yang waktu itu masih berpangkat letnan dua diseruduk oleh seekor sapi hingga buta mata kanannya, ketampanannya pun sirna karena hanya bermata satu, sehingga Liszt sangat membenci sapi itu.

Mayor Krupp terpaksa menuruti perintah atasannya, saat akan menembak, ia justru mendapat protes dari para tawanan tentara Belgia yang marah. Mereka menuntut agar Mayor Krupp memperlakukan sapi itu layaknya tawanan perang, karena sapi itu pernah berjasa dalam perang dan diberikan pangkat kolonel oleh raja. Mayor Krupp pun tertegun seketika: sapi ini ternyata berpangkat militer, dan bahkan lebih tinggi daripada pangkat Mayor Krupp!

Menurut kesepakatan Jenewa, ia tidak berhak menembak mati sapi itu. Dan menurut aturan markas tawanan perang militer Jerman, hanya tawanan perang yang melawan atau melarikan diri yang boleh ditembak mati di tempat.

Karena Mayor Krupp melihat bahwa sapi tua itu tidak hanya mengerti untuk tidak melewati batas garis putih peringatan, meskipun kaki kanan bagian belakangnya patah terkena ledakan ranjau dan diperbudak oleh tentara Jerman, sapi itu tetap tenang, sehingga ia pun takjub melihatnya. Di saat timbul rasa hormat pada sapi itu, ia memutuskan untuk memberikan perlakuan tawanan perang yang sama bagi si sapi, perang manusia tidak seharusnya menjadi alasan untuk membunuhnya.

Oleh karena itu Mayor Krupp didamprat habis-habisan oleh Jenderal Liszt. Jenderal yang geram itu mengirim anjing penjaganya yang bernama Wolf untuk menamatkan sapi itu. Tapi setelah duel sengit antara Wolf dengan sapi, keduanya menjadi teman baik yang tak terpisahkan.

Berita ini semakin membuat Jenderal lebih murka, di tengah kemarahan ia mencabut pistol dan hendak menembak mati sapi yang dibencinya dengan tangannya sendiri, tapi justru dihalangi oleh anjing kesayangannya, Wolf pun mati seketika. Jenderal yang penuh amarah itu sekali lagi mengarahkan pistolnya ke sapi tua, setelah 5 menit saling berhadapan, tangan Liszt yang menggenggam pistol itu pun tertunduk lesu, dan memerintahkan orang-orang di sekitarnya untuk memperlakukan sapi tua itu dengan baik.

Dalam buku hariannya hari itu, Liszt menulis: "Dari sepasang mata seekor sapi, aku melihat cahaya Tuhan." Tiga hari kemudian, seluruh penjara tahanan perang di Belgia menerima surat perintah yang ditandatangani oleh sang Jenderal yang isinya: harus memperlakukan tawanan perang sesuai kesepakatan Jenewa, melarang segala bentuk penyiksaan dan pembunuhan terhadap tawanan perang.

Setelah PDII berakhir, banyak jenderal senior yang ditangkap oleh pemerintah Belgia dan dihukum, sedangkan Jenderal Liszt dimaafkan oleh rakyat Belgia karena perintahnya melindungi para tawanan perang, ia sama sekali tidak dituntut dan melewati masa tuanya dengan tenang di Jerman Barat.

Cerita sejarah, saat dikisahkan, membuat pendengarnya merasakan kekuatan bertobat yang terpancar, yang dapat membantu orang memutar-balik nasib buruk dan akhir yang membahayakan. Merenungkan kembali cerita-cerita ini, saat suatu hari kita memahaminya, baru akan dirasakan betapa besarnya kekuatan bertobat, dan mengubah sama sekali pandangan dungu di masa muda.

Mengumpulkan semua cerita ini, melihat gambaran yang terbuka, kekuatan yang indah itu, saat menggugah hati manusia yang tak sempurna, juga memperkaya hati membuatnya menjadi semakin indah dan semakin baik. Kisah-kisah itu pun seolah memperlihatkan sebuah petunjuk cerah yang memandu kita untuk menelusuri dan merenungkannya. [Elisabeth Wang / Banda Aceh]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA