Tong Pi adalah seorang dokter terkenal pada masa Dinasti Han Timur. Dia tinggal di Distrik Xindu, sekarang dikenal sebagai daerah Anguo di Propinsi Hebei, China. Dia adalah orang yang sangat bijaksana, ahli strategi militer, dan mahir menulis artikel yang sangat persuasif.
Dia juga adalah salah satu tokoh pendiri kerajaan dari Kaisar Liuxiu, dan dihormati secara luas karena keterampilan medis dan etika profesionalnya.
Saat merawat pasien, Dr. Tong Pi sering lupa untuk beristirahat atau makan makan malam. Dia memberi perhatian yang sama kepada orang kaya dan orang miskin. Dia menyediakan pengobatan gratis untuk orang miskin dan kadang-kadang membantu mereka dalam hal lainnya. Ketika ia menangani raja atau pejabat tinggi, dia tidak akan mengenakan biaya lebih banyak dari biaya yang biasanya.
Suatu waktu, dia pernah mendiagnosis Putri Kaisar menderita gangguan pencernaan kronis. Setelah meminum obat yang telah diresepkan oleh Dr. Tong Pi, Sang Putri mengalami mual keras, kemudian muntah. Dia kemudian mulai minum banyak air. Beberapa hari kemudian, selera makan sang putri kembali pulih dan keadaan wajahnya kembali membaik.
Dr. Tong Pi khawatir bahwa kaisar akan menjodohkan Tuan Putri kepadanya, maka ia buru-buru kembali ke kampung halamannya. Setelah itu kaisar menganugerahkan gelar kehormatan kepada Tong Pi karena merasa berhutang budi kepada dokter Tong Pi. Kaisar memberinya gelar kehormatan "Raja Pengobatan".
Suatu hari, Tong Pi mendapat berita tentang wabah yang merebak di daerah Bian, di bagian selatan China. Dia segera mengumpulkan sejumlah persediaan dan menuju ke pusat daerah bencana. Tak lama setelah ia meninggalkan rumah, ibunya jatuh sakit. Tidak peduli obat apa yang ibunya coba, kondisinya tidak kunjung membaik. Merasa putus asa, adik Tong Pi memutuskan untuk menulis surat kepada kakaknya.
Meskipun Tong Pi merasa cemas atas kondisi ibunya, Dia tidak bisa meninggalkan daerah selatan, karena ada terlalu banyak pasien untuk ditangani. Jadi, sebagai gantinya, saudaranya memutuskan untuk membawa ibu mereka untuk mengunjungi Tong Pi.
Namun, tidak peduli berapa banyak obat yang Tong Pi resepkan untuk Ibunya, dia tak kunjung membaik juga. Keluarganya memutuskan bahwa akan lebih baik jika adik Tong Pi mengajak pulang ibu mereka. Dengan berlinang air mata, Tong Pi berkata kepada ibunya:
"Bukan berarti bahwa saya tidak berbakti, tapi saya tidak cukup bijak untuk menemukan obat yang tepat. Meskipun saya dapat menyembuhkan begitu banyak orang, saya tidak bisa mengobati ibu. Obat untuk penyakit ini sangat sulit ditemukan di dunia manusia. Hanya dengan belas kasih para Dewa, dan sebagai hadiah bagi usaha saya untuk menolong orang, akan ditemukan obat yang tepat untuk Ibu. Mohon jaga diri Ibu dengan baik. "
Dalam perjalanan pulang, ibu mereka sangat haus, tapi mereka jauh dari desa terdekat. Saudaranya kemudian meninggalkan ibunya di pinggir jalan, dan pergi mencari air. Di dalam hutan yang dipenuhi pohon kayu besar, adik Tong Pi tanpa sengaja menemukan genangan air hujan di tengah tengkorak. Ketika ia melihat lebih dekat, ia melihat dua ular kecil yang tampak seperti naga, bermain di air. Adik Tong Pi mengusir ular pergi dan membawa air itu untuk ibunya.
Suatu hari, ketika mereka melewati sebuah desa kecil, ibunya merasa sangat lapar, tetapi tidak ada tempat untuk makan. Jadi saudaranya terpaksa mengemis di jalanan untuk memperoleh makanan. Ketika seorang wanita buta dan suaminya yang lumpuh mengetahui keadaan ini, pasangan ini menawarkan semangkuk beras gandum (jelai) dan telur untuk mereka.
Setelah makan semangkuk nasi, dan telur yang ternyata telah dikocok dua kali, Ibu Dr.Tong Pi merasa penuh energi, dan ingin melanjutkan perjalanan pulang mereka. Segera setelah tiba di rumah, ibunya sembuh dari penyakit sepenuhnya. Kemudian saudaranya yang menerima surat dari Tong Pi, menanyakan tentang kondisi ibu mereka, dan didalam surat itu, Tong menulis hal berikut:
"Jika ibu kita bisa minum air segar dari alam, dengan dua naga kecil bermain di atasnya, dan makan telur yang telah dikocok dua kali dengan beras gandum (jelai), maka penyakit Ibunya akan sembuh. Namun, "obat" ini sangat sulit ditemukan, dan hanya dengan sebuah "kebetulan" penyakit Ibu dapat disembuhkan."
Adik Tong Pi sangat terkejut menyadari bahwa keadaan yang ia dan ibunya alami dalam perjalanan pulang, memungkinkan mereka dengan tepat mendapat bahan-bahan yang terkandung dalam "obat" yang Tong Pi resepkan. Dia dengan penuh semangat membalas surat Tong Pi, menceritakan tentang pengalaman ajaib yang mereka alami dalam perjalanan pulang.
Ketika Tong Pi menerima surat adiknya, ia tak kuasa menahan air mata bahagia dan berkata, "Jadi memang benar bahwa orang-orang baik akan mendapat balasan yang baik Tuhan, terima kasih atas obat yang menyembuhkan ibu saya. Saya, Tong Pi, akan terus mengikuti hukum Langit; berbuat lebih banyak hal baik, dan membantu lebih banyak orang." [Li Sien / Pontianak]
Dia juga adalah salah satu tokoh pendiri kerajaan dari Kaisar Liuxiu, dan dihormati secara luas karena keterampilan medis dan etika profesionalnya.
Saat merawat pasien, Dr. Tong Pi sering lupa untuk beristirahat atau makan makan malam. Dia memberi perhatian yang sama kepada orang kaya dan orang miskin. Dia menyediakan pengobatan gratis untuk orang miskin dan kadang-kadang membantu mereka dalam hal lainnya. Ketika ia menangani raja atau pejabat tinggi, dia tidak akan mengenakan biaya lebih banyak dari biaya yang biasanya.
Suatu waktu, dia pernah mendiagnosis Putri Kaisar menderita gangguan pencernaan kronis. Setelah meminum obat yang telah diresepkan oleh Dr. Tong Pi, Sang Putri mengalami mual keras, kemudian muntah. Dia kemudian mulai minum banyak air. Beberapa hari kemudian, selera makan sang putri kembali pulih dan keadaan wajahnya kembali membaik.
Dr. Tong Pi khawatir bahwa kaisar akan menjodohkan Tuan Putri kepadanya, maka ia buru-buru kembali ke kampung halamannya. Setelah itu kaisar menganugerahkan gelar kehormatan kepada Tong Pi karena merasa berhutang budi kepada dokter Tong Pi. Kaisar memberinya gelar kehormatan "Raja Pengobatan".
Suatu hari, Tong Pi mendapat berita tentang wabah yang merebak di daerah Bian, di bagian selatan China. Dia segera mengumpulkan sejumlah persediaan dan menuju ke pusat daerah bencana. Tak lama setelah ia meninggalkan rumah, ibunya jatuh sakit. Tidak peduli obat apa yang ibunya coba, kondisinya tidak kunjung membaik. Merasa putus asa, adik Tong Pi memutuskan untuk menulis surat kepada kakaknya.
Meskipun Tong Pi merasa cemas atas kondisi ibunya, Dia tidak bisa meninggalkan daerah selatan, karena ada terlalu banyak pasien untuk ditangani. Jadi, sebagai gantinya, saudaranya memutuskan untuk membawa ibu mereka untuk mengunjungi Tong Pi.
Namun, tidak peduli berapa banyak obat yang Tong Pi resepkan untuk Ibunya, dia tak kunjung membaik juga. Keluarganya memutuskan bahwa akan lebih baik jika adik Tong Pi mengajak pulang ibu mereka. Dengan berlinang air mata, Tong Pi berkata kepada ibunya:
"Bukan berarti bahwa saya tidak berbakti, tapi saya tidak cukup bijak untuk menemukan obat yang tepat. Meskipun saya dapat menyembuhkan begitu banyak orang, saya tidak bisa mengobati ibu. Obat untuk penyakit ini sangat sulit ditemukan di dunia manusia. Hanya dengan belas kasih para Dewa, dan sebagai hadiah bagi usaha saya untuk menolong orang, akan ditemukan obat yang tepat untuk Ibu. Mohon jaga diri Ibu dengan baik. "
Dalam perjalanan pulang, ibu mereka sangat haus, tapi mereka jauh dari desa terdekat. Saudaranya kemudian meninggalkan ibunya di pinggir jalan, dan pergi mencari air. Di dalam hutan yang dipenuhi pohon kayu besar, adik Tong Pi tanpa sengaja menemukan genangan air hujan di tengah tengkorak. Ketika ia melihat lebih dekat, ia melihat dua ular kecil yang tampak seperti naga, bermain di air. Adik Tong Pi mengusir ular pergi dan membawa air itu untuk ibunya.
Suatu hari, ketika mereka melewati sebuah desa kecil, ibunya merasa sangat lapar, tetapi tidak ada tempat untuk makan. Jadi saudaranya terpaksa mengemis di jalanan untuk memperoleh makanan. Ketika seorang wanita buta dan suaminya yang lumpuh mengetahui keadaan ini, pasangan ini menawarkan semangkuk beras gandum (jelai) dan telur untuk mereka.
Setelah makan semangkuk nasi, dan telur yang ternyata telah dikocok dua kali, Ibu Dr.Tong Pi merasa penuh energi, dan ingin melanjutkan perjalanan pulang mereka. Segera setelah tiba di rumah, ibunya sembuh dari penyakit sepenuhnya. Kemudian saudaranya yang menerima surat dari Tong Pi, menanyakan tentang kondisi ibu mereka, dan didalam surat itu, Tong menulis hal berikut:
"Jika ibu kita bisa minum air segar dari alam, dengan dua naga kecil bermain di atasnya, dan makan telur yang telah dikocok dua kali dengan beras gandum (jelai), maka penyakit Ibunya akan sembuh. Namun, "obat" ini sangat sulit ditemukan, dan hanya dengan sebuah "kebetulan" penyakit Ibu dapat disembuhkan."
Adik Tong Pi sangat terkejut menyadari bahwa keadaan yang ia dan ibunya alami dalam perjalanan pulang, memungkinkan mereka dengan tepat mendapat bahan-bahan yang terkandung dalam "obat" yang Tong Pi resepkan. Dia dengan penuh semangat membalas surat Tong Pi, menceritakan tentang pengalaman ajaib yang mereka alami dalam perjalanan pulang.
Ketika Tong Pi menerima surat adiknya, ia tak kuasa menahan air mata bahagia dan berkata, "Jadi memang benar bahwa orang-orang baik akan mendapat balasan yang baik Tuhan, terima kasih atas obat yang menyembuhkan ibu saya. Saya, Tong Pi, akan terus mengikuti hukum Langit; berbuat lebih banyak hal baik, dan membantu lebih banyak orang." [Li Sien / Pontianak]