Cang Jie sebagai seorang ahli dalam aksara Mandarin, menciptakan aksara menurut bentuk dan rupa. Ling Lun seorang ahli musik telah membagi musik menjadi 12 tangga nada, serta menyusun komposisi musik. Li Shou yang mahir dalam ilmu hitung, menetapkan berbagai jenis alat dan satuan pengukur. Da Nao yang ahli dalam bidang ilmu kalender dan matematika, telah menetapkan metoda penghitungan tahun dengan siklus 60 tahun (Jia Zi Ji Nian Fa) dan lain sebagainya.
Zaman Huang Di merupakan zaman yang sangat agung, zaman yang memiliki makna yang bersifat terobosan, menurut logika orang modern sekarang, pada masa itu masyarakatnya masih primitif, kacau dan masih bodoh yang baru saja terlepas dari kehidupan tidak beradab, mengapa bisa memiliki pemikiran yang bersifat mendobrak dan telah menciptakan begitu banyak benda-benda penemuan yang melampaui zamannya, berasal darimanakah sumber daya pemikiran yang begitu besar?
Dalam catatan kitab kuno Shi Ji. Feng Chan Shu muncul sedikit petunjuk dan sudah memberikan jawaban.
Huang Di sambil berperang, belajar ilmu kebatinan dan penempaan diri menjadi dewa. Agar rakyatnya tidak sembarangan menghujat karena ketidak-mengertian yang akan menodai jalan ketuhanannya, maka ia mengambil kebijakan tegas yakni menghukum mati orang-orang yang berani memfitnah keyakinannya.
Bertahun-tahun kemudian, Huang Di mampu berkomunikasi secara langsung dengan para Dewa. Dipastikan Huang Di bukanlah seorang kaisar biasa seperti yang dikenal pada umumnya. Sejak zaman dahulu ia merupakan satu-satunya orang suci, seorang kaisar bijaksana sekaligus sebagai orang yang telah mencapai kesejatian.
Orang suci yang dikenal oleh orang Tionghoa selama ini adalah orang suci yang bisa mengatur negara seperti Zhou Gong (dibaca: cou kung, ahli politik, militer dan filsafat/peletak dasar ajaran Konfusius, penguasa pada awal Dinasti Zhou Barat sekitar abad 11 SM) dan Konfusius (551SM-479SM, pemikir, politisi dan pendidik pada zaman Chunqiu akhir, pendiri ajaran Konfusius). Sedangkan orang suci yang bisa mengatur negara dan bersamaan itu mendapatkan jalan kesempurnaan menjadi Dewa, hanya ada dua orang yakni Huang Di dan Lao Zi (dibaca: lau tse, filsuf dan pendiri ajaran Taoisme pada zaman Chunqiu akhir, sezaman dengan Konfusius).
Sebagian besar kehidupan Huang Di dilewatkan dalam proses bertapa menjadi Dewa. Saat-saat yang paling gemilang dalam hidupnya, adalah di saat ia mendirikan pertambangan pertama dan berhasil membuat tungku perunggu di Gunung Jin Shan. Setelah tungku berhasil dicetak, konon turun seekor naga untuk menjemput Huang Di. Menurut catatan dalam kitab kuno Shi Ji. Feng Chan Shu, setelah akhirnya Huang Di berhasil dengan pertapaannya, ia memperoleh jalan kesempurnaan dan berubah menjadi Dewa.
Seorang cikal bakal dan pionir untuk zaman baru yang memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan bagai seorang Dewa, maka tindak tanduk dan tutur katanya terhadap sistem organisasi negara, strategi memerintah, kriteria penggunaan orang, adat-istiadat, kebudayaan dan lain-lain pasti akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar.
Telah kita saksikan, negara yang didirikan Huang Di berlandaskan dan mengutamakan kehendak Dewa dan di bawah pengaturan Dewa yang sangat cermat dan teratur, berbagai jenis penemuan bermunculan, mulai dari pakaian, makanan, tempat tinggal, kendaraan hingga mengangkat para pejabat serta mendirikan kelembagaan. Kehidupan rakyat dari kuantitas hingga kualitas, dari formalitas hingga isinya mengalami perubahan yang sangat besar.
Masyarakat telah berkembang, pemikiran dan tingkah laku masyarakat juga mengalami peningkatan hakiki. Saat itu, gambaran kehidupan yang ditunjukkan di relief bagaikan taman firdaus adalah, "Petani tidak saling berebut sawah, nelayan tidak saling berebut area tangkapan, tidak ada orang yang memungut barang yang bukan miliknya, jujur dalam perdagangan."
Huang Di sangat lama berkuasa, menurut penelitian ketika Huang Di moksha (mencapai kesempurnaan) usianya sudah hampir seratus tahun, ialah kaisar yang paling lama berkuasa di daratan Tiongkok. Karismanya sebagai penguasa yang rajin, peka dan bijaksana telah menciptakan zaman yang paling makmur sebelum air bah, sebuah negara kuno beradab yang kuat, stabil dan berbudaya.
Demi memperingati Huang Di, orang-orang mendirikan kompleks petilasan di saat Huang Di moksha, di sebelah barat Kota Jiao Shan, Kabupaten Huang Ling, Provinsi Shanxi, mereka menyebut makam Huang Di sebagai "makam nomor wahid dunia".
Setiap tahun pada tanggal 3 bulan ketiga kalender Imlek adalah hari kelahiran Huang Di, setiap tahun pada Hari Qing Ming (Cingbing) juga adalah waktu upacara besar untuk bersembahyang kepada Huang Di yang dewasa ini sudah berkembang menjadi "Upacara besar nomor satu di daratan Tiongkok". [Teo Ai Ping / Jakarta / Bersambung]
PESAN DARI ADMIN
Mari kita dukung kiriman artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan ke dalam halaman facebook, twitter & googleplus Anda, serta pastikan Anda juga bisa mengirim artikel berita kegiatan / kejadian tentang Tionghoa di kota tempat tinggal Anda atau artikel bermanfaat lainnya ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id