IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 11 Desember 2011

KISAH JAMU NYONYA MENEER (LAUW PING NIO) YANG SUKSES SEJAK 1919

Salah satu perusahaan yang berusia hampir 100 tahun adalah Jamu Nyonya Meneer. Ada yang menarik di perusahaan keluarga itu. Meski sempat diwarnai beberapa kali konflik internal yang cukup tajam, masalah itu tak terlalu berpengaruh terhadap penjualan produk-produknya. Bagaimana itu bisa terjadi?

Perusahaan Jamu Cap Nyonya Meneer dibangun Lauw Ping Nio. Wanita yang lahir di Sidoarjo pada 1895 itu ketika kecil dipanggil Menir. Jika ditulis, sesuai dengan ejaan zaman Belanda, menjadi Meneer. Nama itulah yang lantas dijadikan merek perusahaan jamu tersebut hingga kini.

''Bu Meneer termasuk figur yang sangat gigih," kata Charles Saerang, presiden direktur PT Nyonya Meneer yang juga ketua umum Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GP Jamu) itu.

Kisah Nyonya Meneer hingga akhirnya mendirikan perusahaan jamu dimulai ketika berusia 17 tahun. Saat itu, dia sudah menikah dengan pria asal Surabaya bernama Ong Bian Wan. Pernikahan itu membuat Meneer harus pindah mengikuti suami ke Semarang.

Beberapa waktu setelah menikah, Bian Wan tiba-tiba sakit. Tak terlalu jelas kala itu penyakitnya apa. Yang jelas, gara-gara sakit dia tergolek lemas di ranjang. Semua dokter di Semarang sudah dikunjungi, namun kondisi Bian Wan tak juga membaik.

Nyonya Meneer kemudian mencoba meramu jamu yang diajarkan orang tuanya. Setelah itu, diminumkan ke sang suami setiap hari selama sebulan penuh. Secara mengejutkan, berkat jamu tersebut, kondisi Bian Wan berangsur membaik hingga akhirnya sembuh.

Kabar kesembuhan Bian Wan berkat jamu buatan istrinya, Ny Meneer, ini langsung tersebar secara luas ke seluruh penjuru Semarang. Sejak itu, banyak orang datang ke Nyonya Meneer dan bertanya soal ramuan tersebut.

Ny Meneer kemudian mengembangkan jamu buatannya untuk penyakit-penyakit lain, mulai yang ringan hingga berat. Sejak itulah, Ny Meneer mulai menjadikan jamu sebagai lahan bisnis. Dalam menjalankan bisnis sederhana itu, dia dibantu ketiga anaknya, Ong Djian Nio (Nonie Saerang), Ong Bwee Nio (Lucie Saerang), dan Ong Han How (Hans Ramana). Hans Ramana inilah ayah dari Charles.

Nyonya Meneer kemudian melahirkan anak keempat, Marie Ong Kalolo. Tak lama berselang, sang suami Bian Wan meninggal.

Selanjutnya, Nyonya Meneer semakin bersemangat mengembangkan bisnis jamu. Distribusi jamunya dilebarkan hingga ke luar Semarang. Dia memasang fotonya di kemasan jamu-jamunya. ''Padahal, saat itu biaya cetaknya mahal. Tapi, pemasangan foto itu dipertahankan untuk menjaga loyalitas dan kepercayaan pembeli,'' cerita Charles.

Pada 1919, secara resmi, industri jamu Cap Portret Nyonya Meneer berdiri. Tempat peracikannya di rumah, di Jl Raden Patah 195, Semarang.

Selain mendirikan pabrik, Ny Meneer membuka toko di Jalan Pedamaran 92, Semarang. Perusahaan keluarga itu terus berkembang dengan bantuan anak-anaknya yang mulai tumbuh dewasa. Pada 1940, Nyonya Meneer punya cabang di Jalan Juanda, Jakarta. Saat itu Nyonya Meneer mempunyai 16 karyawan.

***
Charles mulai masuk ke perusahaan jamu Nyonya Meneer pada 1976. Saat itu, dia baru lulus kuliah di Miami University, Ohio, Amerika Serikat. Charles sebenarnya sudah bekerja di perusahaan asing kala itu. Tapi, sang ayah, Hans Ramana, memanggilnya untuk bergabung ke Nyonya Meneer.

Saat itu Hans Ramana menjadi kandidat komisaris bersama sang tante, Marie dan Lucie. Sedangkan Nonie, putri pertama Nyonya Meneer, menjadi presiden direktur (Presdir) dan Hans Pangemanan (anak Meneer dari suami kedua Nio Tek An) menjadi wakil presdir.

Dia menceritakan, ayah Hans Ramana waktu itu menjadi wakil direktur. Sedangkan Nyonya Meneer menjadi direktur utama (Dirut). Namun, dalam keseharian, Hans Ramana yang menjadi ''putra mahkota'' menjadi pengendali perusahaan. ''Ayah (Hans Ramana, Red) melakukan sejumlah perubahan,'' tutur Charles.

Di tangan Hans, lanjut dia, ada sejumlah perubahan yang dilakukan. "Sebelumnya, Nyonya Meneer hanya fokus kepada jamu tradisional. Ayah saya kemudian menambah produk, seperti minyak rambut,'' kata Charles.

Sayang, Hans Ramana meninggal pada 14 Februari 1976. ''Saat itulah, problem-problem dan konflik mulai bermunculan. Berat, sungguh berat,'' tutur pria kelahiran 20 Februari 1952 itu.

Apalagi, enam bulan kemudian Nyonya Meneer terkena stroke. Dia kesulitan berbicara. Hingga akhirnya, pada 1978, dia meninggal pada usia 83 tahun.

***
Konflik pertama dalam perusahaan tersebut dimulai pada 1985. Kala itu media massa ramai memberitakannya. Bahkan, Menteri Tenaga Kerja Sudomo ikut turun tangan menjadi penengah. Mulanya adalah soal pembagian saham.

Kubu pertama, Charles dan Hans Pangemanan, berhadapan dengan kubu Lucie dan Marie. Setelah tiga bulan proses mediasi oleh Sudomo, pada 20 Maret 1986, akhirnya konflik mereda.

Seluruh pihak menyetujui harga untuk 40 persen saham yang dilepas Lucie dan Marie. Hasil mediasi juga menetapkan Hans Pangemanan di posisi Presdir, Charles sebagai direktur pemasaran, dan Nonie di posisi komisaris perseroan.

Pascakemelut pelik itu dua anak Nyonya Meneer, Lucie dan Marie, memilih menghindar dan hijrah ke Surabaya. Di sana mereka mendirikan perusahaan jamu bermerek Dua Putri Dewi.

Ibarat drama, ternyata konflik belum selesai. Masih ada prahara jilid kedua. Itu terjadi sekitar akhir 1990 hingga 1995. Hans Pangemanan yang semula sekubu dengan Charles justru berseberangan. Kali ini Hans berhadapan dengan Charles yang bergabung dengan Nonie.

Saat konflik sedarah itu kian panas, Charles bahkan sempat hijrah ke Amerika Serikat. Konflik tersebut akhirnya reda setelah kubu Hans Pangemanan setuju melepas sahamnya ke keluarga Nonie dan Charles. Jadi, Nonie dan Charles masing-masing memiliki 50 persen saham perusahaan.

Itu belum cukup. Masih ada prahara jilid ketiga. Konflik jilid ketiga itu berlangsung 1995-2000, antara sang tante versus keponakan: Nonie melawan Charles. Kasus itu bahkan sampai ke ranah hukum. Saling serang dan menjatuhkan terjadi, mulai di tingkat pengadilan negeri hingga Mahkamah Agung.

Akhirnya konflik jilid ketiga tersebut berakhir. Pada 27 Oktober 2000, semua pihak yang bersengketa sepakat melepas sahamnya. Kini seluruh saham Nyonya Meneer resmi dimiliki keluarga Charles Saerang.

Charles menyatakan, semua konflik tentu ada hikmahnya. ''Mungkin, kalau nggak ribut, perusahaan ini bisa lima kali lebih besar daripada sekarang. Tapi, kalau nggak ribut kemarin-kemarin, setelah ini pasti ada ributnya. Mending ribut sekarang daripada ributnya sampai ke cucu atau buyut saya nanti,'' tuturnya.

''Makin banyak kerikil yang kita injak makin kuat langkah kaki kita,'' kata Charles.

Yang menarik, meski dilanda konflik, penjualan jamunya masih stabil. ''Pasar masih butuh. Jadi, seribut apa pun, kalau orang masih butuh, ya penjualan tetap stabil,'' tuturnya.

Bahkan, mereka mampu melebarkan distribusi ke luar negeri, seperti Malaysia, Taiwan, Brunei Darussalam, Belanda, Australia, dan Amerika Serikat. Pada Juli 1992, misalnya. Produk jamu garapan mereka menembus Arab Saudi.

Sepanjang 2007, omzet Nyonya Meneer masih di bawah Rp 500 miliar. ''Dalam lima tahun mendatang, saya targetkan mencapai Rp 1 triliun.''

Produk jamu Nyonya Meneer sebesar 70 persen adalah jamu untuk perempuan. Kini mereka punya lebih dari 270 produk jamu.

Charles yang hobi membaca itu menceritakan segala renik prahara di perusahaannya dalam buku Family Business: A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesia's Most Successful Traditional Medicine Companies. Buku itu diterbitkan Equinox, Singapura, dan dirilis 2007. Sejarah perusahaan tersebut juga bisa disimak di Museum Jamu Nyonya Meneer di Semarang. Museum itu didirikan 18 Januari 1984. [Jeni Wang / Semarang / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA