Dalam konferensi perubahan iklim yang diselenggarakan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat lalu di Afrika Selatan menyebutkan, dalam teori pencerminan, sejumlah sinar matahari akan dikembalikan keluar angkasa sebelum mencapai permukaan Bumi.
Dalam beberapa tahun, suhu global bisa dikembalikan pada tingkat seperti 250 tahun yang lalu, sebelum revolusi industri dimulai dengan membuang Co2 ke udara, mengikat panas dan menyebabkan kenaikkan suhu.
Namun tak ada satupun yang tahu efek samping yang akan terjadi jika memantulkan sinar matahari. Mungkin bisa menyebabkan perubahan pola cuaca dan curah hujan.
"Ide manajemen radiasi sinar matahari mempunyai potensi yang bisa berguna atau membahayakan," disebutkan dalam studi yang dipimpin oleh Britain's Royal Society, the Washington-based Environmental Defense Fund and TWAS.
Laporan akhir ialah klimaks dari dialog panjang para ahli di 22 negara.
Hal itu dipicu oleh kegagalan selama 20 tahun proses negosiasi untuk untuk mengambil tindakan tegas untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, yang berdampak pada perubahan iklim.
"Proses yang lamban dalam negosiasi Internasional terhadap perubahan iklim telah memicu untuk meningkatkan perhatian yang cukup dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang tidak tercapai dalam waktunya untuk menghindari tingkat perubahan iklim yang tidak bisa diterima," dikatakan dalam laporan tersebut, seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (5/12/2011) oleh tionghoanews.com.
Tapi geo-engineering bukanlah alternatif untuk perubahan iklim, kata John Shepherd, ahli kelautan Inggris dari Universitas Southampton yang juga menjadi penulis dalam laporan itu.
"Tidak ada yang berpikir ini memberikan pembenaran untuk tidak mengurangi emisi karbon," kata Shepherd kepada AP.
"Kita harus tetap dengan Rencana A untuk sementara waktu, dan itu bisa menjadi waktu yang sangat lama. Hal ini akan membeli waktu bagi orang untuk membuat transisi ke ekonomi rendah karbon," katanya.
Panel Antar-pemerintah tentang perubahan iklim melihat temperatur naik sebanyak 6,4 derajat Celcius pada tahun 2100. Air laut akan naik karena penambahan air dari es yang mencair dan mengganggu kondisi iklim di seluruh dunia.
Sengaja bermain-main dengan alam untuk melawan pemanasan global hanya bisa menjadi ukuran sementara, dan penuh dengan bahaya, kata laporan itu.
Tindakan seperti penyemprotan sulfur ke udara atau mencerahkan awan dengan air laut untuk mencerminkan lebih banyak sinar matahari harus dapat dipertahankan tanpa batas waktu karena akan ada perubahan iklim yang besar dan cepat jika itu dihentikan tiba-tiba.
Di Amerika Serikat, sekelompok dari 18 ahli AS dari ilmu-ilmu, ilmu sosial dan keamanan nasional meluncurkan sebuah laporan pada bulan Oktober mendesak pemerintah federal untuk memulai penelitian tentang kelayakan dan potensi efektivitas dari geo-engineering. [Irene Ang / Malang / Jatim / Tionghoanews]