Dari buku biografi dan pencatatan oleh generasi penerus, kita mengetahui Kong Zi minimal pada suatu kurun waktu memiliki kemampuan clairvoyance dan meramal.
Sesuai data dari buku biografi, sesudah Kong Zi menanyai tentang Dao kepada Lao Zi, maka setibanya di rumah ia seringkali duduk sila bermeditasi, salah satu murid utamanya Yan Yuan juga berpotensi dalam meditasi.
Suatu hari, dua orang guru dan murid hiking ke gunung Tai (Tai Shan) di wilayah negara Lu 魯, di atas puncak, Kong Zi berkonsentrasi memandang ke arah tenggara, terlihat negara Wu 吳 yang terletak ribuan li (1 li = sekitar ½ km) nun jauh di sana, di luar pintu tembok kota barat kota raja tertambat seekor kuda putih. Ia menunjukkan kepada Yan Yuan dan bertanya: "Apakah kamu melihat pintu barat kota raja negara Wu?" Yan Yuan menjawab: "Saya telah melihat."
Kong Zi bertanya: "Di luar pintu tersebut terdapat apa?" Yan Yuan menjawab: "Sepertinya terdapat sebuah kain sutera berwarna putih tergantung di sana."
Kong Zi menggosok-gosok mata Yan Yuan, dan berujar mengkoreksinya: "Itu adalah kuda putih."
Jarak dari gunung Tai ke kota raja negara Wu ada sekitar 1.000 li lebih, jikalau tidak memiliki apa yang disebut oleh cultivator sebagai kemampuan clairvoyance – mata seribu li, mengandalkan mata telanjang adalah mutlak tak akan dapat melihat sedemikian jauhnya, dua orang guru dan murid tersebut tak lama setelah turun dari Tai Shan, ternyata Yan Yuan yang masih muda belia berubah menjadi kakek beruban dan giginya rontok, tak lama kemudian lantas wafat. Disebutkan dalam kitab kuno bahwa ia "Menggunakan kemampuan mata menerawang ekstrem jauh, telah meludeskan seluruh sari pati hawa murninya" dan wafat. Barangkali saja karena kemampuan (supra natural)nya masih agak dangkal.
Taraf Kong Zi yang meski tak berkultivasi Dao tapi sudah berada di dalam Dao itu, sebagian kemampuan supra natural dengan wajar bisa muncul dari dalam tubuhnya.
Di dalam kitab , pernah dicatat tentang sebuah cerita Kong Zi memiliki kemampuan meramal.
Dikisahkan di negara Song 宋 terdapat seorang yang suka beramal, berperilaku adil, sapi hitam di rumahnya pada suatu hari melahirkan seekor anak sapi putih, merasa heran maka ia berkunjung memohon petunjuk kepada Kong Zi.
Kong Zi tak menyebutkan sebab musababnya, hanya mengatakan kepadanya: "Ini pertanda rejeki! Anda sumbangkan ia kepada sang pencipta!"
Setelah lewat 1 tahun, entah kenapa mata orang tersebut tiba-tiba menjadi buta. Sapi tersebut juga telah melahirkan lagi seekor anak sapi putih, ia lagi-lagi menyuruh anaknya pergi bertanya kepada Kong Zi.
Sang anak berkata: "Tempo hari menayai dia malah telah membutakan mata, buat apa bertanya lagi?"
Sang ayah berkata: "Perkataan dan perilaku orang suci memiliki prinsip yang mendalam, kadangkala omongan mereka terbalik dahulu baru kemudian menyelaraskan, apapun yang terjadi pergilah bertanya lagi!"
Si anak pergi mohon petunjuk lagi kepada Kong Zi.
Kali ini Kong Zi masih saja tidak mengatakan sebab musababnya, idem dengan tempo hari mengatakan kepadanya: "Ini adalah pertanja rezeki, pergilah sumbangkan kepada sang pencipta!"
Si anak pulang melapor kepada ayahnya.
Sang ayah berkata: "Kerjakan sesuai petunjuk Kong Zi."
Setahun telah berlalu, mata si anak entah kenapa juga menjadi buta.
Tak lama kemudian, negara Chu 楚 mengirim pasukan menyerbu negara Song, kota-kota terkepung, para lelaki tua-muda pada ditarik wajib militer guna menyongsong musuh, sebagian besar gugur dalam pertempuran. Sepasang anak-ayah ini karena cacat mata dibebaskan dari wajib militer, malah telah selamat.
Sampai dengan kepungan bisa dipatahkan, penglihatan mereka tahu-tahunya secara gaib pulih seperti sedia kala. Setelah kejadian, sepasang ayah-anak ini baru memahami petunjuk yang diberikan oleh Kong Zi.
Zaman Kong Zi semasa hidup, adalah sebuah zaman yang etikanya merosot, musik melenceng, masyarakat bergejolak, pikiran orang-orang lambat laun berubah buruk dan jahat, maka ia dengan sepenuh jiwa merubah masyarakat untuk mewujudkan idealismenya, meskipun telah semakin jauh meninggalkan jalur/Dao kedewataan dan kebuddhaan, namun telah mewariskan kepada generasi penerus pencapaian ketertiban sempurna di seluruh negeri dari ajaran aliran Khonghucu. [Teo Ai Ping / Jakarta]