IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 22 Februari 2012

MARGA (SNE) TIONGHOA

Dengan mengetahui sne orang bisa menelusur asal usulnya atau disebut xungen yang berarti mencari akar. Sne Tionghoa mencapai ribuan jumlahnya, tapi yang masih ada sekarang, menurut statistik resmi di Tiongkok hanya sekitar 3500. Jangan lupa statistik itu tak tepat, jadi kita tidak tahu berapa tepatnya, hanya tahu sekitar 3500 yang berarti lebih dari 3500. Populasinya sangat tidak merata, ada sne Li nomor satu jumlahnya di Tiongkok, yang jumlahnya sekitar 7,9% penduduk Tiongkok. Dapat dihitung 7,9% kali 1,3 milyar berarti lebih dari 100 juta! Sne Wang, atau ong raja nomor dua, etc.

Ada sne yang sangat sedikit jumlahnya, dan hanya ada di suatu kampung tertentu, hingga orang Tiongkok sendiri banyak yang tak tahu. Misalnya sne Niang (niang dari nona = guniang), baru orang sadar, setelah ada salah seorang anggota Kongres Rakyat Nasional (parlemen) RRT yang bersne Niang. Ada sne Jiu (arak) di Taiwan, yang ketika diwawancarai wartawan, mengatakan mereka sendiri belum pernah bertemu orang sama snenya. Untuk memudahkan dipilih 300 sne terbanyak. Daftar sne ini pernah dimuat di milis ini oleh sdr. King Hian.

Yang menjadi runyam adalah cara membaca sne, ada yang dengan dialek Hokkian, ada yang Konghu, ada yang Kheq, ada Hokchnia dll. Sudah dialeknya tak sama, ejaannya tak sama lagi, misalnya Liao, Liau, Liauw ada Leau, ada Leow dll. Itu baru satu sne. Hal ini menjadi agak mudah kalau kita tahu huruf Tionghoanya. Buku tentang sne dalam bahasa Tionghoa sangat banyak, baik terbitan, RRT, Taiwan, maupun Hongkong. Kalau tidak tahu huruf Tionghoa, agak berabe.

Di Amerika ada orang bertanya melalui mailing-list. Ia adalah orang Tionghoa yang sudah beberapa turunan tinggal di sana, sudah tidak bisa berbahasa Tionghoa, juga sudah tak tahu huruf Tionghoa, ia hanya tahu sne Tiv. Setelah bertanya ke mana-mana, tidak ada yang tahu, karena tidak pernah ada sne Tiv.

Penulis pernah memberi kemungkinan padanya, sebagai berikut: "v" dalam fonetik internasional bisa sebagai konsonan bisa vokal. Vokal "v" berbunyi ketika gigi atas kita ditempelkan pada bibir bawah "v", lalu ucapkan "e". Di negara barat sendiri dahulu kala "v" adalah "u", oleh karena itu huruf "w" yang berasal dari dua "v", yaitu "vv" dinamakan double "u", bukan double "v". Universitas nomor wahid di bidang engineering MIT, di gerbang depannya masih terpampang nama Massachvssetts Institvte of Technology. Dilihat dari segi ini maka Tiv bisa berbunyi mirip Tie (e nya e dalam kata sekolah) atau Tiu. Karena yang paling dulu menyeberang ke luar negeri adalah orang Hokkian, dengan asumsi kemungkinan besar leluhurnya adalah orang Hokkian, maka yang paling mendekati adalah Tio. Tio ini dalam logat Zhangzhou (Ciangciu) dibaca Tio dengan o seperti dalam kata balok, sedang dalam logat Quanzhou (Cuanciu) o dibaca setelah o setengah eu dalam bahasa Sunda. Jadi kemungkinan besar ia sne Tio

Penulis pernah mengumpulkan sne Tionghoa yang ditemukan di Indonesia, baik bertemu sendiri atau dari koran, majalah, undangan, pengumuman, daftar anak sekolah etc. Berhasil dikumpulkan 260 marga lebih, sedang untuk Singapore penulis berhasil mengumpulkan lebih dari 310, jadi masih banyak sne di Indonesia yang tidak tercatat dalam daftar sne yang penulis miliki.

Penulis ingin menerbitkan catatan tersebut agar berguna dari masyarakat, masalahnya adalah penulis mencoba menuliskan dalam bahasa Mandarin dan empat macam dialek lain Hokkian, Kheq, Tiociu dan Konghu. Tujuannya adalah, asal orang tsb tahu, ia termasuk kelompok dialek yang mana, maka ruang gerak penelusuran sudah akan menjadi lebih sempit. Misalnya sne Wong, pertama harus tahu dari dialek mana, dengan demikian dapat dipastikan ia sne apa. Untuk keperluan ini penulis perlu ejaan standar, tanpa ejaan standar, maka bunyi ucapan tetap kacau. Contoh Tio itu di Singapura ditulis Teo, tapi Teo kadang juga mewakili Thio. Di Indonesia Thio harus dibaca bagaimana. Karena Thio banyak, kebanyakan orang membaca benar Tio dengan bunyi hidung, tapi ada yang membaca jadi Tio atau Tio dengan letupan. Oleh karena itu harus dibedakan antara Thio letupan dengan Tnio bunyi hidung.

Di RRT Tio bunyi hidung ditulis Dnio, di Taiwan TLPA menulis jadi Dionn, TMSS menulis Tvio, Xiandaihua Taiyuwen menjadi Dnio. Untuk lebih sesuai dengan logat Indonesia penulis menuliskan menjadi Tnio. Penggunaan D bukan T karena pengaruh Hanyu Pinyin. Penulis ingin membicarakan ejaan standar yang dibuat dengan para moderator, sayang karena penulis tinggal terlalu jauh dari Indonesia, kesempatan itu belum ada, diskusi melalui email tidak sebaik diskusi berhadapan.

Penulis juga bersedia memuat daftar sne yang 260 lebih itu di milis ini, kalau sudah ada kata sepakat tentang ejaannya dengan moderator (maksudnya jangan ganti-ganti lagi sehingga membingungkan orang), penulis juga mengharap masukan kalau ada sne Tionghoa Indonesia yang terlewat dalam tabel itu.
Penulis senang mendengar ada anggota milis yang bersedia memberi perkenalan tiap sne di milis ini, karena waktu yang tersedia tidak memungkinkan penulis berbuat demikian. Karena semua sne Tionghoa di luar negeri berasal dari Tiongkok, maka Baijiaxing Tiongkok boleh menjadi acuan utama.

Inilah salah satu tujuan kita diskusi budaya Tionghoa. [Liang U / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA