IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 22 Juli 2012

MISTERI PUISI DALAM RIBUAN TAHUN SEJARAH TIONGKOK (3): ZHUGE LIANG “MA QIAN KE”

Dinasti Han berkuasa selama 400 tahun, mati suri selama 14 tahun lantaran mengalami kudeta oleh pejabat tinggi bernama Wang Mang (9M-23M). Kemudian Wang Mang tumbang oleh pemberontakan dan salah seorang keturunan Dinasti Han yakni Kaisar Guangwu memulihkan kekaisaran yang disebut Han Timur...
Hingga menjelang akhir Dinasti Han Timur terjadi Pemberontakan Huangjin (pemberontakan petani bersurban kuning, tahun 184-192) dan kerusuhan Dongzhuo pada 198, seluruh negeri kacau-balau, puluhan adipati mempertahankan kekuatan sendiri dan mendirikan kekuasaan di daerah masingmasing.

Diantaranya Liu Bei (masih keturunan Dinasti Han) yang awalnya hanya memiliki kekuatan pasukan tidak sampai 1.000 orang dan hanya didukung 3 jenderal, yakni Guan Yu, Zhang Fei dan Zhao Yun. Kemudian atas saran penasehatnya Xu Shu, mengundang ahli strategi militer Zhuge Liang yang hidup menjauhi duniawi. Setelah berturut-turut berkunjung 3 kali ke desa tempat tinggal Zhuge Liang, melihat ketulusan hati Liu Bei, barulah Zhuge Liang tergerak bersedia membantunya.

Setelah melalui lika-liku perjuangan, Zhuge Liang dapat mengembangkan kecakapannya sebagai negarawan (perdana menteri), maka di seluruh Tiongkok waktu itu tersisa 3 penguasa kuat (Samkok) yang saling berkonfrontasi yakni Shu (dipimpin oleh Liu Bei yang kelak berkuasa di wilayah barat), Wei (penguasa Cao Cao menduduki wilayah utara) dan Dong Wu (di bawah kekuasaan Sun Quan, penguasa dari wilayah selatan Sungai Yangtse).

Pertama-tama, Zhuge Liang merangkul Sun Quan dan berhasil mengalahkan Cao Cao di Pertempuran Chi Bi (kisahnya diusung dalam film Red Cliff), selanjutnya ia menaklukkan wilayah barat dan barat daya Tiongkok (kini provinsi Si Chuan dan wilayah sekitarnya), dengan demikian berhasil mengantar Liu Bei menobatkan diri sebagai Kaisar Shu.

Zhuge Liang memiliki kemampuan supranatural memprediksi hal-hal yang akan terjadi, dalam kitab sejarah pemerintahan kerajaan "Catatan Tiga Negara, Biografi Zhuge Liang" juga tercatat teori briliannya, "Sebelum keluar dari gubuknya, ia sudah terlebih dahulu memastikan Negara Tiongkok akan terbagi menjadi tiga kekuatan atau kerajaan (Samkok).

Generasi selanjutnya sangat mengagumi wawasan strategisnya yang jauh ke depan, namun mereka mungkin tidak mengira Zhuge Liang juga adalah seorang peramal besar seperti Jiang Ziya (guru spiritual kerajaan Zhou pada 1.200 tahun sebelumnya), dan telah menulis sebuah karya Ma Qian Ke (Pelajaran di Depan Kuda), merupakan orang ke-2 dalam sejarah Tiongkok yang secara sistematis memprediksi sejarah perkembangan dinasti-dinasti pasca kekehidupannya. Terdapat 14 diagram di dalam kitab tersebut dan setiap diagram mencatat sebuah dinasti.

Zaman Dinasti Qing, pada masa pemerintahan Guang Xu (dalam bahasa Mancu:

Badarangga Doro) (1875-1908), seorang biksu tua dari Gunung Bangau Putih, Shou Yuan, telah berhasil memecahkan teka-teki makna yang terkandung dalam kitab Ma Qian Ke hingga tahun 1875 sebelum dimulainya era Guang Xu.
Ia memperkenalkan dirinya dengan mengatakan: "Saya biksu tua lahir pada 1806, tahun ini genap 86 tahun, melewati tahun ini, saya tidak berani sembarangan memprediksi."

Andaikan saja sang biksu tua itu bisa menunggu belasan tahun hingga 1911, saat kaisar Dinasti Qing terakhir Xuan Tong mengundurkan diri dengan murung, maka penjelasan satu Pelajaran tersebut akan sempurna secara keseluruhan.

Satu pelajaran tersebut diperuntukkan bagi Dinasti Qing, terdapat di dalam diagram ke-9 Ma Qian Ke. Diagram ke-10 adalah tentang Republik Tiongkok (yang didirikan oleh pemimpin partai nasionalis Sun Yat Sen pada 1911, sedangkan Republik Rakyat Tiongkok di bawah Mao Zedong merebut kekuasaan dari pemerintahan partai nasionalis pada 1949).

Bunyi puisi di dalam diagram 10: Setelah babi sebelum sapi, seribu orang satu mulut. Berdasarkan kalender Shio, tahun setelah babi dan sebelum sapi adalah shio tikus, dapat bermakna tahun shio tikus 1911. "Seribu orang satu mulut" (千人一口), jika dirangkai menjadi 1 aksara membentuk aksara He (和) bermakna: He dari Gong He Guo (Republik) yang mengacu pada Republik pertama dalam sejarah Tiongkok yang didirikan oleh Sun Yat Sen setelah kaisar terakhir Xuan Tong mengundurkan diri. [Teo Ai Ping / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA