Dr. Zbik menggunakan teknik baru yang disebut synchrotron-based nano tomography, dapat membuat foto 3-D partikel nano melalui mikroskop-cahaya dan sama sekali tidak merusak contoh yang diambil. Ia menemukan gelembung kaca itu tidak mengandung udara atau uap air seperti gelembung udara Bumi, melainkan dalam benda bulat tersebut dipenuhi dengan jaringan berlubang, jaringan itu terbentuk dari pertikel kaca bentuk asing. Berbeda dengan hukum fisika tradisional, pergerakan partikel nano sesuai dengan doktrin fisika quantum.
Mungkin juga partikel nano tersebut setelah lepas dari gelembung kaca, bercampur dengan unsur dari tanah lainnya, sehingga membuat sifat tanah di Bulan unik. Tanah di Bulan mengandung listrik statis, sehingga ia dapat bergerak melilit pada permukaan Bulan. Ia memiliki aktivitas kimia yang kaya, selain itu juga memiliki tingkat hantaran kalor rendah, sehingga ia dapat eksis pada permukaan Bulan dengan suhu 116°C, namun di suhu minus 40°C ia akan turun 2 meter di bawah permukaan Bulan. Ia juga memiliki sifat sangat lekat dan mudah hancur, sifat-sifat demikian telah membuat tanah Bulan tergores rusak oleh kaca dan logam.
Dengan demikian, karena sifat khusus partikel nano, tanah Bulan memiliki keistimewaan dalam pemantulan dan isolasi terhadap panas yang luar biasa, Sedangkan sifat kelekatannya dapat membuat tanah Bulan bertahan tersebar rata, tidak dapat terbang berhamburan. Sifat tanah istimewa ini merupakan sejenis penguat elektromagnetik, juga sebagai unsur penyangga dalam melindungi Bulan, mungkin juga sebagai stok dari Bulan.
Menanggapi berbagai macam misteri Bulan yang telah dipaparkan dalam tulisan sebelum ini (baca serial bagian ke-8, edisi 281), ada sejenis hipotesa yang cukup berani, yaitu menganggap Bulan merupakan "mesin" buatan manusia (zaman pra sejarah) yang dalamnya kosong, setelah permukaannya diperbaiki dan dipersiapkan. Dengan demikian baru bisa mendapatkan jawaban yang sempurna atas berbagai fenomena ajaib yang ditinggalkan Bulan kepada kita.
Hipotesa tersebut sangat berani, dan tentu menimbulkan banyak perdebatan. Namun sebuah fakta yang tidak dapat disangkal ialah Bulan sepertinya jelas-jelas tidak terbentuk secara alamiah. Bulan bagaikan sebuah mekanik yang rumit, sudut pandangnya juga sebesar Matahari, setiap hari menghadap Bumi pada satu sisi yang sama, kebetulan dapat digunakan sebagai pengganti sinar Matahari pada malam hari, dan menggunakan sisi daya pantul yang kuat dalam menerangi Bumi. Lapisan luar terbuat dari logam campuran yang sangat keras, sanggup menahan gempuran keras batu meteor bertubi-tubi dalam jangka panjang, dan tetap utuh seperti semula. Jika Bulan adalah sebuah planet alami, tidak mungkin memiliki sedemikian banyak ciri khas buatan manusia.
Membuat sebuah planet menyerupai planet alamiah, dan menggunakan daya pantul dari permukaannya (khusus dibuat dari nanomaterial yang tinggi daya pantulnya) untuk menerangi Bumi, pemikiran tersebut sangat sesuai dengan konsep perlindungan lingkungan, karena tidak perlu lagi membangun pembangkit listrik yang akan menghasilkan polusi tinggi, juga sangat pintar, karena satu kali menerangi hampir seluruh sisi gelap Bumi tercakupi.
Walaupun ini merupakan sebuah ide yang sulit dibayangkan, akan tetapi juga bukan tidak mungkin! Jika iptek kita sekarang telah maju hingga tahap demikian, bukankah kita juga dapat melakukan hal yang sama? Jika pada zaman prasejarah di Bumi benar-benar ada manusia dengan teknologi sangat maju, mungkinkah mereka mengorbitkan sebuah Bulan untuk menerangi malam hari yang gelap-gulita? [Teo Ai Ping / Jakarta] Sumber: Epochtimes
Bersambung ...