Para ilmuwan juga telah menemukan Nocebo effect: karena pasien tidak memercayai keberhasilan terapi, mungkin dapat memperburuk kondisi penyakit. Karena secara psikis menolak obat, padahal hanya minum air putih pun akan timbul fenomena pemberatan kondisi penyakit.
Dari sini dapat kita lihat, terlepas dari efek Placebo maupun Nocebo, semuanya telah membuktikan sebuah perkataan kuno Tiongkok bahwa manusia terkena penyakit adalah "70 persen unsur kejiwaan, 30 persen unsur penyakit", unsur kejiwaan menjadi peran penentu. Tentu saja, manusia di dunia ini besar perbedaannya, orang yang kuat tekadnya, tidak mudah diarahkan oleh isyarat orang lain.
Martin Gardner, seorang psikolog ternama dari Amerika Serikat pernah mengatakan, spirit barulah merupakan tulang punggung sejati suatu kehidupan, begitu seseorang dihancurkan secara psikis, maka jiwa orang itu juga akan mengalami metamoforsa.
Selain penelitian langsung dalam bidang spirit manusia tersebut, hasil penelitian beberapa ilmuwan lainnya juga telah mendapatkan pembuktian yang dapat saling mendukung.
"Eksperimen Kristal Air" merupakan penelitian yang mulai dilakukan pada 1994 di Lembaga Studi IHM (Institute of Hado Medicine) oleh Mr. Masaru Emoto. Ia membekukan air pada minus -25° C yang kemudian menggunakan kamera berkecepatan tinggi merekam proses kristalisasi air yang diperbesar hingga 200-500 kali.
Air dimasukkan ke dalam botol yang ditempeli kertas bertuliskan berbagai macam huruf untuk "dibaca" oleh air, selanjutnya merekam keadaan kristal air yang telah "membaca" huruf manusia tersebut.
Selanjutnya peneliti menempelkan huruf yang berlainan atau foto untuk di "baca" oleh air, akhirnya kristal air yang membaca "terima kasih" dengan sangat jelas menampilkan bentuk segi enam yang indah; kristal air yang membaca tulisan "bajingan" bentuknya hancur berantakan.
Lembaga penelitian tersebut melakukan eksperimen sejak 1994 hingga beberapa tahun ini, tetap mendapatkan kesimpulan yang sama, yaitu air dapat "merasakan" baik dan jahat.
Sebetulnya eksperimen sejenis masih dapat diperluas dengan menggunakan bahan lainnya, misalnya nasi. Menurut laporan Nanfang Dushi Bao (Harian Ibu Kota Selatan) Guangzhou, Tiongkok, pada November 2011 di sekolah dasar murid kelas-3 dan 4 Huacheng, wilayah Tian He, Provinsi Guangdong, dengan hangat memperbincangkan "eksperimen nasi".
Eksperimen tersebut berasal dari pihak sekolah yang pernah menayangkan film dokumenter ilmiah berjudul "Air Mengetahui Jawabannya". Demi membuktikan sendiri tentang perilaku manusia dapat menghasilkan pengaruh yang begitu besar terhadap sesuatu benda, "eksperimen nasi" mulai disebarkan pada murid kelas-3 dan 4, mereka secara sukarela dapat bergabung dalam tim penelitian.
Akhirnya mereka semua sama-sama menemukan suatu hal konsistensi: 2 piring nasi ditempatkan pada kondisi yang sama, satunya setelah dipuji warnanya tetap putih, hanya terlihat sedikit menguning, namun satu lainnya yang dicela warnanya telah lebih cepat berubah menjadi hitam dan berbau busuk.
Pada 2005, di Taiwan eksperimen serupa juga penah diumumkan di "Edisi Khusus Majalah Sekolahan", pembaca yang tertarik juga dapat mencoba melakukan sendiri, tetapi pakar menunjukkan, niat para pelaku eksperimen harus bersih bagaikan anak-anak dan tanpa hambatan prasangka, dengan demikian baru memenuhi persyaratan tentang eksperimen.
Belakangan ini kita terus disuguhi hasil baru dari eksperimen tentang pengendalian niat pikiran. Misalnya pada 8 Juli 2006, di Pameran Riset dan Inovasi Eropa yang diselenggarakan di Paris, ilmuwan AS Peter Brunner mengejutkan para ilmuwan dan penonton, dengan mengenakan 24 pasang topi elektroda, langsung ditempat menggunakan niat pikiran melalui mata dipancarkan ke laptop, di atas layar lebar satu persatu menuliskan huruf "B-O-N-J-O-UR" (halo).
Pada 2009, headset niat pikiran yang diciptakan bersama oleh Universitas Iptek Qin Yi ,Taizhung dan Lembaga Iptek Dabao, Taiwan, begitu dikenakan oleh pemakai dapat mengendalikan gambar film dan benda melalui niat pikirannya.
Jepang, Inggris dan AS serta beberapa negara lainnya sejak lama telah melakukan studi menggunakan niat pikiran untuk pasien kelumpuhan motorik mengedalikan langsung lengan palsu, dan mendapatkan hasil yang menggembirakan, di sini tidak dijelaskan lagi satu per satu. [Teo Ai Ping / Jakarta]
Bersambung ...
--
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah | Kontak
BACA DIBAWAH INI
Di bagian bawah artikel ini kedepan akan ditampikan iklan-iklan baris Maksimal 100 huruf dengan tarif Rp.5.000,- per artikel (Min.100 artikel) dan bagi yang berminat bisa kontak email ini.