IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 27 Desember 2011

KASIH SAYANG IBU CEGAH KECANDUAN NARKOBA

Seorang ibu yang mengasuh anaknya dengan penuh perhatian, dapat lebih baik dalam membantu anak-anaknya menahan godaan dari penggunaan narkoba di kemudian hari, menurut sebuah studi pada tikus yang dilakukan oleh Duke University dan University of Adelaide di Australia.

Perhatian seorang induk tikus pada anak usia dini benar-benar mengubah respon kekebalan dalam otak anak-anaknya, sehingga secara permanen mengubah aktivitas genetik, menurut Staci Bilbo, asisten profesor psikologi dan ilmu saraf di Duke, yang memimpin penelitian. Intensitas sentuhan ibu yang tinggi dapat meningkatkan produksi sistem kekebalan yang disebut Interleukin-10 (IL-10), membuat tikus-tikus ini lebih mampu menahan godaan terhadap morfin saat beranjak dewasa.

Untuk memprogram beberapa anak tikus memproduksi IL-10 lebih banyak, para peneliti menggunakan teknik yang disebut "paradigma penanganan," di mana anak tikus yang masih berusia sangat muda dikeluarkan dari kandang ibu mereka selama 15 menit dan kemudian dikembalikan. "Begitu mereka kembali, Ibunya langsung memeriksa mereka dengan penuh semangat. Merawat dan membersihkan anak tersebut," kata Bilbo. Sebagai kelompok pembanding, sekelompok anak tikus tidak pernah diambil dari kandang. Hanya dengan menggunakan variasi alami, beberapa dari mereka memiliki ibu yang lebih perhatian daripada yang lain.

Hewan-hewan itu kemudian diuji di tempat yang disebut "ruang preferensi", yaitu kandang dua-bilik dimana mereka akan diberikan dosis morfin jika mereka masuk satu sisi, atau dosis garam di sisi yang lain. Selama empat minggu berikutnya, tikus dikembalikan ke ruang preferensi tiga kali seminggu selama lima menit, namun tidak pernah diberikan satu dosis morfin. "Awalnya, mereka semua menunjukkan pilihan pada sisi morfin, namun seiring berjalannya waktu, tikus yang lebih diperhatikan oleh ibunya menunjukkan sedikit preferensi, yang menunjukkan keinginan mereka terhadap morfin telah dipadamkan," kata Bilbo.

Sekitar 8 minggu setelah perkenalan pertama mereka terhadap morfin, masing-masing tikus diberi dosis morfin  yang sangat kecil untuk memancing keinginan dan kemudian dikembalikan ke ruang preferensi 2-sisi. Tikus yang tidak diperhatikan oleh ibunya lebih suka menghabiskan waktu di ruang morfin, sedangkan tikus-tikus yang diperhatikan oleh ibunya, tidak menunjukkan pilihan yang jelas.

Morfin mengaktifkan sel-sel glia pada otak untuk menghasilkan molekul inflamasi yang memberikan sinyal pusat otak yang disebut nucleus accumbens. Namun IL-10 dapat bekerja melawan peradangan dan efek dari morfin. Semakin banyak otak menghasilkan IL-10, pengaruh kecanduan morfin semakin berkurang seminggu setelah konsumsi awal.

"Otak dari anak tikus yang mengalami banyak sentuhan dari sang ibu, ditemukan memiliki gen yang lebih aktif untuk memproduksi IL-10 pada sel-sel mikroglial dari otak, yang tampaknya benar-benar menghilangkan perilaku 'mencari obat sebagai pelarian'," kata Bilbo. "Mereka memproduksi sekitar empat kali lipat IL-10. Perhatian dari para ibu benar-benar dapat mengubah hasil," tambahnya.

Ini bukan perubahan dari gen itu sendiri, tetapi dari cara mereka dikendalikan oleh sesuatu yang disebut metilasi, yang dapat menekan aktivitas suatu gen. Tingginya intensitas sentuhan ibu dapat menghilangkan metilasi pada gen IL-10, membuat tikus tersebut memproduksi molekul anti-inflamasi lebih banyak.

Untuk lebih membuktikan bahwa tingkat IL-10 adalah kunci dari kecanduan, para peneliti menggunakan obat yang disebut ibudilast yang meningkatkan produksi IL-10 secara buatan dalam kelompok tikus kontrol (tikus yang tidak mendapatkan perhatian lebih dari sang ibu). Hasilnya, tikus-tikus tersebut juga mengalami penurunan ketagihan sama seperti tikus yang banyak mendapatkan sentuhan ibu.

"Dua hal yang menarik telah ditemukan berdasarkan penelitian inovatif ini," tutur rekan penulis Mark Hutchinson, seorang peneliti di University of Adelaide. "Pertama, kami telah membuktikan sentuhan ibu mengubah fungsi otak, dan kedua, kami telah menunjukkan cara yang menarik untuk mengondisikan siklus penyalahgunaan narkoba."

"Sangat penting untuk dicatat bahwa modifikasi genetik yang diciptakan oleh ibu tidak mengubah efek awal yang dihasilkan morfin, tetapi mampu mengubah keinginan untuk mendapatkan hal tersebut jauh di kemudian hari," kata Bilbo. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]

Sumber Artikel: Google Search Engine

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA