IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 29 Maret 2012

SEJARAH PERANG TIONGKOK: GUAN DU

Perang Guan Du (baca: kwan tu) merupakan salah satu dari 3 perang besar tersohor dalam sejarah Tiongkok kuno, dimana pihak yang lemah mampu mengalahkan lawan yang jauh lebih kuat.

Ia telah mengokohkan fondasi bagi Cao Cao dalam rangka pemersatuan wilayah utara negeri dan sekaligus membuat Yuan Shao (salah satu adipati) yang angkuh, kalah dengan telak sehingga kehilangan kekuasaannya.

Pada akhir Dinasti Han Timur (25-220, dengan ibu kota Luo Yang), negeri Tiongkok dikuasai para adipati. Pada tahun pertama pemerintahan Jian An (Membangun Keamanan, 196-219), Cao Cao menyandera Kaisar Han Xuan ke kota Xu Chang dengan maksud "menyandera sang putera langit agar dapat memerintah para adipati", sehingga kekuasaan Dinasti Han Timur akan jatuh dalam genggaman Cao Cao.

Pada tahun ketiga Jian An (199), Yuan Shao mengalahkan Gongsun Zan, salah satu adipati besar pada masa itu, dan berhasil menguasai empat wilayah provinsi serta mengancam keberadaan Cao Cao. Karena Yuan Shao memiliki seratus ribu lebih prajurit, sedangkan Cao Cao hanya memiliki puluhan ribu, dengan wilayah terutama di selatan Sungai Kuning, sehingga Yuan Shao secara obyektif berada di atas angin. Lantas timbullah niatan Yuan Shao untuk merebut Xu Chang dan menghabisi Cao Cao, de-ngan demikian kekuasaan Dinasti Han akan berhasil ia rebut.

Pada bulan ke-6 tahun 200, Yuan Shao dengan sikap sangat arogan memimpin pasukannya yang berjumlah 100.000 prajurit, dengan gegap gempita menuju Kota Xu Chang (ibu kota wilayah kekuasaan Cao Cao), maka terbukalah tirai adegan Perang Guan Du.

Berita invasi bala tentara Yuan Shao tersiar ke Xu Chang, para jenderal pasukan Cao Cao semuanya menganggap Yuan Shao terlampau perkasa, dengan kekuatan pasukan Cao Cao yang hanya berjumlah 20.000-an pasti akan sulit ditandingi.

Namun Cao Cao dengan kepala dingin menganalisa, "Saya mengenal kepribadian Yuan Shao yang ambisius tapi kurang cerdas, garang tapi bernyali kecil, penuh curiga dan tidak menyukai orang yang lebih pintar dari dirinya, sehingga meskipun tentaranya berjumlah banyak, namun miskin strategi, para jenderalnya pun congkak, dan seringkali tidak mau menuruti perintah. Meskipun wilayahnya luas, meski bahan pangannya melimpah, tidak membuat saya gentar!" Maka Cao Cao pun memutuskan untuk menyambut serangan Yuan Shao.

Pada bulan ke-12 tahun 200 Masehi, di saat Cao Cao sedang mengatur strategi berperang untuk menghadapi Yuan Shao, justru mendapat serbuan dari Liu Bei yang ingin bersekutu dengan Yuan Shao untuk menggempur Cao Cao.

Cao Cao  menganggap, "Liu Bei ini teramat pintar, jika sekarang dibiarkan, kelak pasti akan merepotkan. Meski Yuan Shao ambisius, tetapi jika urusannya tertunda dan berkembang tidak seperti yang diharapkan, pasti ia akan ambil posisi diam. Maka Cao Cao memimpin sendiri pasukan elit untuk berbalik menghantam Liu Bei. Dengan cepat Cao Cao berhasil menguasai wilayah  Xia Pi dan memaksa Jenderal Guan Yu menyerah, pasukan Liu Bei kalah dan terdesak sampai ke Provinsi He Bei dan kemudian mereka bergabung dengan Yuan Shao.

Ketika itu Tian Feng, ahli siasat Yuan Shao sempat mengusulkan agar pada kesempatan itu menggempur Cao Cao dari belakang, namun dengan dalih sang anak sedang sakit, Yuan Shao menolak usulan Tian Feng dan melepas peluang bagus untuk "menghabisi" Cao Cao. Sehingga Cao Cao yang telah mengalahkan Liu Bei masih dapat kembali dengan aman ke Guan Du guna mempersiapkan perang berikutnya melawan Yuan Shao.

Pada bulan ke-2 tahun 201, Yuan Shao memimpin pasukan besar menyerbu daerah Li Yang dan mengutus Jenderal Guo Tu, Chun Yuqiong dan Yan Liang menyerbu Bai Ma. Kala itu Bai Ma dijaga oleh Liu Yan, namun Cao Cao mengetahui pasukan Liu Yan lemah, dikhawatirkan tidak akan mampu bertahan, maka ia memutuskan untuk memimpin sendiri pasukannya dalam rangka menyelamatkan Liu Yan. Ia menampung usulan ahli siasatnya yang bernama Xun You dan memimpin dulu pasukannya ke daerah Yan Jin, dengan begitu seolah-olah hendak menyeberangi sungai untuk menyerang garis belakang pertahanan Yuan Shao.

Namun sebenarnya itu hanya taktik guna mengalihkan perhatian, agar pasukan Yuan Shao tercerai berai. Dan Cao Cao sekali lagi pada kesempatan tersebut memimpin sebuah pasukan elit bergegas ke timur menolong Bai Ma. Jenderal Yan Liang tak sempat bereaksi sudah keburu terbunuh oleh Guan Yu, Bai Ma pun lepas dari mara bahaya.

Setelah Cao Cao berhasil membebaskan kepungan atas Kota Bai Ma, ia menyuruh penduduk Bai Ma untuk mengungsi, Yuan Shao mengutus Jenderal Wen Chou mengejar dari belakang. Ketika itu Cao Cao hanya bersama 600 pasukan kavaleri, padahal kekuatan Pasukan Yuan Shao sekitar 6.000-an kavaleri. Dalam keadaan terdesak itu tiba-tiba Cao Cao mengeluarkan strategi aneh namun brilian. Sebagian pasukannya diminta melepas pelana dan kudanya, juga dengan sengaja membuang sebagian perbekalan mereka di sepanjang jalan yang hendak dilalui pasukan musuh.

Tak lama, Pasukan Wen Chou tiba dan di saat menyaksikan sejumlah perbekalan dan kuda yang dibuang, mereka pun saling berebut sehingga situasi menjadi kacau. Cao Cao ternyata telah siap menyergap dari arah samping, dan ketika pasukan musuh telah kocar-kacir, ia segera memerintahkan penyerbuan. Pasukan Yuan menjadi sangat terkejut, dan komandan Wen Chou terbacok roboh. Cao Cao pun dengan lancar mundur ke arah Guan Du, setelah berhasil mengalahkan 2 jenderal andalan Yuan Shao, Yan Liang dan Wen Chou, yang membuat pasukan Yuan Shao terguncang hebat. 

Pada bulan ke-8 di tahun yang sama, pasukan Yuan Shao menyerbu sampai ke Guan Du. Kedua pasukan yang berseteru tersebut saling bertahan, kemenangan dan kekalahan terjadi silih berganti. Bulan ke-9, pasukan Cao Cao sekali lagi keluar menyerang, namun tidak berhasil, kala itu pasukan Cao Cao berjumlah tidak sampai 10.000 orang, bahkan 20-30% tentaranya dalam keadaan terluka, maka mereka terpaksa berbalik ke markas untuk bertahan.

Melihat pasukan Cao Cao bertahan, pasukan Yuan Shao menguruk tanah dan membentuk gunung yang dipakai sebagai landasan untuk menghujani panah dari posisi yang lebih tinggi daripada tembok kota Cao Cao, sehingga membuat pasukan Cao Cao terpaksa berjalan di bawah perlindungan perisai. Dan untuk mengimbangi pasukan musuh, Cao Cao telah menemukan semacam kereta "halilintar" yang dapat menyergap pasukan Yuan Shao, kereta itu dapat melontarkan batu ke arah  pasukan Yuan. Pasukan Yuan juga membuat terowongan bawah tanah untuk menyergap pasukan Cao, tetapi pasukan Cao pantang menyerah, maka mereka menggali parit panjang untuk menangkalnya.   

Kedua belah pihak saling berjibaku selama 3 bulan lebih, Cao Cao karena tentaranya kelelahan dan kekurangan bahan pangan, pernah kehilangan percaya diri sejenak. Ia menulis surat ke penasehat Xun Yu, menyatakan hendak mundur balik ke Xu Chang. Tapi surat balasan Xun Yu berhasil membangkitkan kembali kepercayaan dirinya dan ia memutuskan untuk tetap melanjutkan pertempuran melawan Yuan Shao. 

Kemudian, Cao Cao yang mendengar bahan logistik Yuan Shao akan segera terkirim, langsung memerintahkan jenderalnya untuk menghadang dan membakarnya. Pada bulan ke-10, kiriman bahan pangan Yuan Shao tiba lagi, Jenderal Chun Yuqiong memimpin pasukan berkekuatan 10.000 prajurit, mengawalnya dan menyimpan bahan pangan tersebut di Kota Gu Shi dan Wu Chao (Provinsi Hen Nan).

Saat itu, seorang ahli siasat Yuan Shao bernama Xu You berkhianat lantaran tidak dihargai oleh Yuan Shao, bahkan anggota keluarganya juga dijebloskan ke dalam penjara, sehingga ia membocorkan rahasia militer Yuan Shao kepada Cao Cao, bahwa penjagaan atas Kota Wu Chao tidak ketat, bahkan hanya dengan sebuah serangan yang tak terduga sudah dapat ditembus. Dengan 5.000 pasukan kavaleri dan infantri, Cao Cao berhasil menyerang dan membumi-hanguskan Wu Chao. Lantaran tidak mau mendengar saran dari salah seorang jenderalnya, Yuan Shao hanya mengerahkan sedikit bala bantuan untuk menyelamatkan kota Wu Chao, akan tetapi serangannya tertahan oleh pasukan Cao Cao, setelah itu barulah Yuan Shao menyadari bahwa taktiknya keliru.

Tatkala Cao Cao  sedang menggempur Wu Chao, pasukan bala bantuan Yuan sudah semakin mendekat. Penasehat di sekitar Cao Cao menanyakan apakah perlu membagi sebagian prajurit untuk menghadapinya, Cao Cao membentak: "Jangan menunggu pasukan musuh tiba di punggung baru beritahu saya!" Mendengar itu, pasukannya termotivasi dan akhirnya berhasil "menjebol" Wu Chao. Pasukan Yuan Shao runtuh di semua lini dan akhirnya Yuan Shao dengan membawa 800 lebih tentara yang tersisa melarikan diri kembali ke utara, dengan demikian perang Guan Du telah berakhir dengan Cao Cao sebagai pemenangnya.

Melalui pertempuran selama 1 tahun lebih, Cao Cao memperoleh kemenangan di perang Guan Du, juga merupakan landasan kokoh bagi kelak pemersatuannya di wilayah utara. Di dalam perang itu, Cao Cao dengan kekuatan pasukan yang hanya berjumlah 20.000 prajurit berhasil mengalahkan Yuan Shao dengan 100.000 prajuritnya, menjadi salah satu contoh di dalam sejarah Tiongkok, dengan pasukan minim berhasil mengalahkan pasukan berjumlah lebih besar.

Dari pertempuran ini bisa dinilai Cao Cao merupakan orang yang berwawasan luas, bernyali besar, dan mau menerima saran serta bisa menempatkan orang pada posisi yang tepat, itulah dari sekian banyak faktor yang membuatnya berhasil. Dua tahun setelah perang Guan Du, lantaran kalah dengan mengenaskan, akhrinya Yuan Shao meninggal dalam keadaan depresi. Dengan menggunakan kesempatan ini, Cao Cao memusnahkan sisa kekuasaan Yuan Shao, dan akhirnya daerah utara yang sering terjebak dalam kekacauan perang dalam, berhasil ia satukan. [Shu Ping / Beijing]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA