IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 26 November 2012

SUN WU DAN STRATEGI PERANG SUN TSU (1)

Sun Wu (dikenal juga sebagai Sun Tsu, ejaan pinyin: Sun Zi, dibaca: Suen Ce) sejak kecil sudah gemar membaca buku-buku tentang strategi perang dan setelah membaca ia memperoleh banyak pemahaman. Sun Tsu muda sudah melahap banyak kitab-kitab tentang "politik kemiliteran" klasik zaman kuno.

Dia hafal betul dengan pengalaman tempur Huang Di [dibaca: hwang ti, Kaisar Kuning (Hanzi: 黃帝), adalah seorang tokoh pemimpin dan diakui sebagai leluhur semua orang Tionghoa. Ia konon memerintah pada tahun 2696 – 2598 SM] disaat memenangkan peperangan dengan empat raja yang lain; serta realitas sejarah yang mencatat bagaimana Yiyi (pejabat tinggi pada awal Dinasti Shang, sekitar abad ke-18 SM), Jiang Taigong (ahli politik dan strategi militer pada zaman Zhou Barat, abad ke-10 SM), Guanzhong (723-645 SM, ahli politik dan militer pada awal zaman Chun Qiu) menggunakan strategi perang; ditambah lagi ia sendiri terlahir pada zaman Chun Qiu yang sarat dengan peperangan, sejak kecil ia sudah menyaksikan beberapa contoh riil peperangan. Waktu itu telah meletakkan dasar yang baik dan kokoh baginya kelak dalam mengarang karya tulis teori kemiliteran dan praktek perang.

Ketika Sun Wu berusia sekitar 20 tahun, orang yang mengenalnya memberikan penilaian yang sangat tinggi dan memujinya sebagai "memahami strategi dari Huangdi hingga Guanzhong", ia adalah seorang ahli militer muda berbakat. Namun, ketika Sun Wu akan memulai karier mengembangkan bakatnya, situasi politik di Negara Qi membuatnya sangat kecewa.

Setelah Raja Huan Gong dari Negara Qi menjadi pemimpin dari negara-negara lain, di dalam Negara Qi berangsur-angsur muncul beberapa marga yang memiliki kekuatan besar. Hingga Negara Qi dipimpin oleh Raja Jing Gong, empat marga yakni marga Gao, Guo, Tian dan Bao, menjadi klan yang paling tenar dan berpengaruh. Saling mengintrik terjadi diantara empat marga besar tersebut, saling mengincar dan bersaing. Diantara mereka saling bertempur berkali-kali, sehingga menyebabkan situasi Negara Qi menjadi tidak aman.

Dalam menghadapi persaingan internal dalam Negeri Qi ini membuat Sun Wu sangat antipati dan ia tidak ingin terlibat di dalamnya. Lalu timbul pemikiran untuk mengembangkan bakatnya di perantauan. Ketika itu Negara Wu yang berada di selatan sejak Shou Meng menobatkan diri sebagai raja, beraliansi dengan Negara Jin menyerbu Negara Chu, sangat kuat dan berpengaruh di kawasan, suatu negara yang sangat dinamis. Sun Wu meyakini, Negara Wu merupakan tempat untuk merealisasikan cita-citanya. Sekitar tahun ke-31 Qi Jing Gong memerintah, Sun Wu meninggalkan Negara Qi dan melakukan perjalanan yang jauh dan sulit untuk bernaung di Negara Wu.

Setelah Sun Wu tiba di Negara Wu, di pinggiran ibukota Negara Wu ia bertemu dan berkenalan dengan Wu Zixu yang berasal dari Negara Chu. Wu Zixu asalnya adalah pejabat ternama di Negara Chu, tahun 522 SM karena ayahnya Wu She dan kakaknya Wu Shang dibunuh oleh Raja Chu Pingwang maka ia melarikan diri ke Negara Wu. Ia bertekad bulat meminjam prajurit untuk menggempur Negara Chu, demi membalas dendam bagi kematian ayah dan kakaknya. Setelah Sun Wu berkenalan dengan Wu Zixu, mereka berdua sangat cocok dan menjalin persahabatan. Saat itu situasi politik di Negara Wu juga dalam pergolakan, dua sahabat ini lalu mengasingkan diri dari urusan duniawi hanya menantikan munculnya kesempatan.

Tahun 515 SM, Pangeran Guang dari Negara Wu menggunakan kesempatan kekosongan dalam negara karena Negara Wu sedang menyerang Negara Chu, memerintahkan Zhuan Zhu sang pembunuh untuk menghabisi Raja Liao dari Negara Wu, lalu menobatkan diri sebagai raja dengan sebutan He Lu. Setelah He Lu bertahta, ia sangat menghormati orang yang berbudi luhur, dan memakai sekelompok pejabat berbudi seperti Wu Zixu dan yang lain-lain.

Ia menunjukkan perhatian kepada rakyat, tidak mengejar kuliner, tidak mendengarkan musik kacau balau dan tidak mata keranjang. Ia mendorong pengembangan pertanian, menyimpan kebutuhan pangan, membangun pertahanan dan melatih pasukan, seluruh negeri menampakkan pemandangan yang makmur, itulah sebabnya ia sangat didukung oleh rakyat.

He Lu juga memerhatikan dan mempekerjakan berbagai orang berbakat, serta bertekad menjadikan Negara Wu lebih kuat dan makmur, untuk memperluas pengaruhnya di aliran tengah Sungai Yangtse, memusnahkan Negara Chu dan menjadi adi kuasa.

Sun Wu yang mengasingkan diri di pinggiran ibukota Negara Wu, mengetahui He Lu mengambil kebijakan memakmurkan negara dan memperkuat angkatan bersenjatanya, ia merasa simpati. Di tempat pengasingannya, Sun Wu sambil bercocok tanam, menulis strategi perang, serta memohon Wu Zixu untuk memperkenalkan dirinya kepada raja. Akhirnya setelah Sun Wu menyelesaikan buku Strategi Perang Sun Tsu sebanyak 13 jilid. Ia menghadiahkan buku strategi perang ini sebagai hadiah perkenalan saat menemui He Lu.

Karya besar telah selesai, peluang telah tiba, melalui rekomendasi berulang-ulang dari Wu Zixu, akhirnya Raja Wu baru menyetujui menemui Sun Wu.

Sun Wu membawa "Strategi Perang" yang baru saja selesai itu menghadap raja Wu. Setelah selesai membaca "Strategi Perang" itu sejilid demi sejilid, raja menjadi kagum sekali. Mendadak di benak raja timbul pemikiran, teori-teori yang dikatakan di dalam buku "Strategi Perang" itu sangat masuk akal, tetapi apakah benar-benar bisa dipraktekkan? Bagaimana baru bisa membuktikan bahwa ia adalah orang yang selaras dalam ucapan dan tindakan?

Raja Wu lalu berkata kepada Sun Wu: "Buku Strategi Perang itu, saya sudah membaca sejilid demi sejilid, benar-benar bermanfaat. Saya ingin mengetahui hasilnya jika direalisir, bolehkah diadakan latihan dalam skala kecil, agar menambah pengalaman kami?"

Sun Wu menjawab: "Tentu boleh." Raja Wu bertanya lagi: "Anda berencana memakai orang yang bagaimana untuk berlatih?"

Sun Wu menjawab: "Sesuai kehendak Baginda Raja saja, menggunakan orang apapun boleh. Tidak peduli tinggi rendah, kaya atau miskin, juga tidak peduli pria ataukah wanita, semuanya boleh."

Raja Wu ingin melihat kemampuan sebenarnya dari Sun Wu, ia lalu mengutus para dayang istana mengikuti latihan. Raja Wu memerintahkan mengumpulkan 100 lebih wanita cantik yang berada dalam istana pergi ke lapangan pelatihan milik kerajaan dan menyerahkan mereka kepada Sun Wu untuk dilatih.

Sun Wu memisahkan para dayang menjadi dua baris, sebelah kanan dan kiri dan menunjuk dua selir kesayangan Raja Wu sebagai pemimpin barisan kanan dan kiri, untuk memimpin para dayang melakukan latihan.

Sun Wu mengumumkan tata kedisiplinan kepada para dayang, dan menempatkan perkakas pelaksanaan hukuman seperti golok dan kapak di lapangan pelatihan. Ia berulang-ulang menjelaskan dan menerangkan disiplin militer, bersamaan itu, ia menunjuk kusir dan pengikutnya menjadi pejabat militer yang bertugas melaksanakan hukuman militer. [Teo Ai Ping / Jakarta / Bersambung]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA