Sejarah telah berkembang hingga hari ini, ada sekelompok orang dengan wawasan luas dan asal-usul berbeda, dalam situasi dan latar belakang berbeda, serta melalui pengalaman dengan perenungan independen, telah memperoleh sebuah kesimpulan yang memuaskan diri masing-masing, selain itu sedikit demi sedikit dalam kehidupan sehari-hari mereka, mempraktekkan sendiri jawaban tersebut dan mewujudkan makna sebenarnya dari kehidupannya sendiri.
Dalam artikel agak panjang ini, kami dari sudut pandang yang unik, membicarakan sejenak apakah sebenarnya jawaban dari pertanyaan abadi yang ditanyakan oleh orang-orang tersebut? Bagaimanakah sebenarnya gaya hidup mereka pada saat ini?
Sebelum memasuki topik ini, pertama-tama saya akan mengusung sebuah fenomena relatif baru yang sekarang ini ditemukan dunia iptek guna memperluas pemikiran kita dan membantu kita untuk berpikir tentang kehidupan manusia, jiwa dan dunia kita ini, dari berbagai perspektif.
Bab I: Teori Evolusi – Sebuah "Hipotesa" Abadi
Selama bertahun-tahun, teori Evolusi selalu menempati posisi penting dalam buku pelajaran biologi kususnya di daratan Tiongkok; sebagai salah satu pilar dari tiga dasar Marxisme, dalam buku-buku jenis politik ia bahkan dianggap sebagai kebenaran universal.
Namun, menurut pendapat pribadi penulis, berdasarkan berbagai pengalaman sosial, perhatian saya tak dapat dihindarkan lagi untuk melihat kembali teori evolusi: Apakah manusia benar-benar berevolusi dari kera? Makna kehidupan apakah benar-benar hanya semacam bentuk keberadaan protein? Benarkah moralitas hanyalah sebuah benda ilusi non obyektif? Benarkah perjuangan kelas adalah satu-satunya kekuatan pendorong kemajuan sosial? Dalam rangka meningkatkan moralitas rakyat, yang harus lebih didahulukan adalah kemajuan ekonomi?
Mencoba mengurai simpul-simpul pertanyaan tersebut, sekarang, kita mulai dulu dengan tiga sudut pandang untuk menelaah beberapa fakta tentang teori Evolusi, dan kemudian mengeksplorasi signifikansi sosial dari teori evolusi.
1. Evolusi Tidak Dapat Menjembatani Jurang Antara Spesies
Di sini kita harus membedakan antara dua konsep: mikro-evolusi dan makroevolusi. Linnaeus mengusulkan dua sistem sektor klasifikasi sebagai contoh, sebagian besar makhluk hidup dibagi menjadi dua sektor utama: dunia tumbuh-tumbuhan dan dunia binatang. Pemecahan masing-masing sektor tersebut dilakukan selangkah-demi-selangkah dan kemudian secara mendetail.
Berangkat dari "fenomena terkait" biologis, ahli biologi telah menetapkan beberapa tingkatan besar sebagai berikut, dari tingkatan tinggi ke tingkatan rendah, masing-masing disebut Phylum (hewan) / Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili (Suku), Genus (Marga) dan Species (Jenis, bukan Varietas, Varietas lebih rendah daripada Jenis). Semakin rendah tingkatannya semakin mirip.
Seperti anjing dan serigala sama-sama spesies tetapi tidak sama varietasnya, sedangkan anjing dan ikan, sama-sama satu Phylum (subphylum yang sama, subphylum vertebrata) tapi berbeda Kelas. Terlihat jarak antara anjing dan serigala, lebih dekat daripada anjing dan ikan.
Jadi yang disebut mikro-evolusi adalah keturunan dari reproduksi biologis tidak identik dengan generasi sebelumnya, ada perubahan mini, maka atas perbedaan lembut ini, hal itu disebut evolusi mikro, misalnya bisa terdapat perbedaan antara orang tua dan anak-anak. Variasi genetik yang dapat diamati saat ini hanya perubahan dalam lingkup Jenis, Mikro-evolusi tidak dapat melebihi ruang lingkup dari Spesies.
Yang berlawanan dengan mikro-evolusi adalah makro-evolusi. Makro-evolusi dianggap sebagai variabilitas genetik biologis, jika diberikan waktu yang cukup dan jumlah keturunannya cukup banyak, selain bisa menyeberangi spesies, juga bisa menyebrangi Marga, lintas Suku, lintas Bangsa, lintas Kelas, lintas Phylum dan lintas Kerajaan. Maka apa yang disebut teori evolusi adalah Makro-evolusi.
Fenomena terkait dari taksonomi seperti tersebut di atas, dipandang sebagai hubungan kekerabatan oleh teori Evolusi, dan dengan demikian mereka dianggap memiliki nenek moyang yang sama. Dan bahwa semua makhluk hidup di alam dapat dimulai dari satu sel tunggal, setelah melalui ratusan juta tahun evolusi buta. Selama satu setengah abad ini, bukti-bukti yang diusung oleh kaum neo-Darwinisme tidak melampaui tingkat Mikro-evolusi.
Sebenarnya para ilmuwan biasanya tidak dalam polemik dengan Mikro-evolusi, namun para pendukung Makro-evolusi yakni kaum Evolusionis, berusaha dengan menggunakan bukti-bukti dari mikro-evolusi untuk membangun teori makroevolusi. Itulah mengapa membedakan dua macam evolusi yakni Mikro-evolusi dan Makro-evolusi dengan jelas dari sisi definisinya adalah sangat penting. [Teo Ai Ping / Jakarta / Bersambung] Sumber: Epochtimes