Dalam bab ini, dari kasus tipikal yang kita ambil sebagai contoh tidak sulit diketahui, yang selalu kita anggap bahwa otak merupakan sumber pemikiran, materi menentukan kesadaran, kematian bagaikan lampu yang padam dan lain sebagainya adalah tidak didukung oleh kenyataan.
Kenyataan justru sebaliknya di luar otak, kesadaran memiliki sebuah pengangkut yang independen, sejumlah ilmuwan menyebutnya sebagai "spirit sadar" yang independen dari otak. Sesungguhnya kesadaran juga dapat langsung secara independen membatasi benda, seperti halnya kesadaran dapat mengendalikan gerakan anggota tubuh kita.
Jika dipikirkan secara sederhana, keberadaan secara "objektif" dunia kita ini sendiri memang bukanlah murni materi, maka kita menggunakan pandangan murni materi untuk memahami dunia ini, dapatkah memahaminya?
Sedangkan hampir seluruh kegiatan kita yang bermakna, semuanya dilakukan setelah mengambil keputusan berinteraksi melalui dunia spirit. Sisi dunia spirit kita ini merupakan sebuah rangkaian yang mutlak tidak dapat kurang di tengah seluruh kegiatan manusia yang bermakna.
Lalu mengapa materi dan spirit, dua bidang yang ada di dunia ini harus di pisahkan dan niscaya "hanya" dipilih satu diantaranya saja? Menyatukan materi dan spirit, dua bidang yang berada di dunia ini untuk memandang dunia, bukankah akan lebih jelas dan sempurna?
Selain itu, kita juga pernah mengambil contoh hasil studi dari kemampuan supra natural tubuh manusia dan meridian tubuh manusia, penemuan-penemuan tersebut tampaknya juga memperingatkan kita, benda yang tidak terlihat dan tidak tersentuh, belum tentu tidak eksis.
Lagi pula, "kemampuan hakiki" tubuh manusia seperti ini yang terpendam dan sangat besar tersebut, apakah juga dari sisi lain memperingatkan kita bahwa sesungguhnya kita mempunyai asal-usul kehidupan yang lebih agung dan supernormal? Hanya saja di dalam masyarakat ini, hampir semua orang telah tertutup rapat kemampuan hakikinya semacam ini, sehingga hanya dapat eksis dengan sebuah bentuk kemampuan yang terpendam.
Manusia setelah mati, "kesadaran" manusia tidak dapat hilang begitu saja tanpa bekas, melainkan di tengah reinkarnasi yang bersirkulasi tak ada hentinya, akan memulai lagi perjalanan kehidupannya dari awal. Bicara sampai di sini, kita mungkin akan menyampaikan sebuah pertanyaan seperti ini, jika "roh" tidak musnah, manusia akan bereinkarnasi, maka di dalam sejarah, apa sebenarnya makna kehidupan manusia di tengah reinkarnasi ini? [Teo Ai Ping / Jakarta]
Bersambung ...
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id