IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 04 Desember 2012

PANDANGAN SEJATI TENTANG PERADABAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA (5): KEAKURATAN PENGETAHUAN BINTANG SIRIUS SUKU DOGON AFRIKA

Pengetahuan Suku Dogon terhadap bintang Sirius sangat terperinci dan tepat, mereka tahu bintang Sirius memiliki sebuah bintang pendamping yang tak terlihat..

Selain Piramida dan reaktor nuklir pada masa prasejarah, masih terdapat banyak bukti menunjukkan bumi Afrika purba pernah mengalami masa peradaban yang cemerlang.

Pada 1930, dua etnologi Prancis, Marcel Griaule dan Germaine Dieterlen, mengunjungi dan mendalami suku primitif Dogon. Di sana mereka telah mengumpulkan banyak sekali mitos (dongeng) dan legenda. Diluar dugaan mereka telah menemukan misteri yang telah diperdebatkan selama seabad oleh para astronom tentang perubahan warna bintang Sirius, jawabannya ternyata ada di dalam mitos dan legenda Suku Dogon.

Meskipun jarak Bintang Sirius dengan bumi sebesar 8,7 tahun cahaya, sekitar 51 triliun mil, namun ia merupakan salah satu bintang yang paling terang dan dapat dilihat oleh mata fisik kita di tengah kegelapan malam. Tidak sedikit karangan astronomi zaman kuno mencatat warna bintang Sirius adalah merah tua, sedangkan dalam penglihatan orang sekarang warna bintang Sirius adalah putih, mengapa dapat terjadi perubahan warna? Misteri tersebut sangat menarik perhatian para ilmuwan.

Suku Dogon memberitahu ilmuwan Prancis, bintang Sirius terbentuk dari sebuah bintang besar dan sebuah bintang kecil, bintang yang kecil berwarna hitam dengan densitas sangat padat, berupa bintang pendamping yang tidak nampak, ia mengintari bintang besar bergerak di atas orbit berbentuk oval. Mereka bahkan mengetahui siklus pergerakan bintang kecil tersebut adalah 50 tahun.

Mereka menyebarkannya turun-temurun, dikatakan bintang pendamping Sirius merupakan bintang yang paling kecil dan paling berat di atas langit, memiliki sejenis logam bercahaya yang tidak dimiliki bumi. Pada suatu kali tragedi, bintang pendamping Sirius mendadak meledak dan mengeluarkan cahaya yang sangat terang, kemudian berangsung-angsur menjadi gelap.

Meski mata fisik manusia tidak dapat menyaksikan lagi bintang pendamping yang gelap tersebut, para tetua Suku Dogon justru dapat menggambarkan jalur peredaran dua bintang tersebut serta berbagai gambaran di atas tanah dengan tongkatnya.

Bintang pendamping Sirius merupakan hipotesa yang disampaikan oleh astronom Jerman Friedrich Wilhelm Bessel pada tahun 1834. Ia berpendapat, dalam pergerakan bintang Sirius terjadi ayunan kecil yang merupakan akibat dari atraksi gravitasi sebuah bintang pendamping.

30 tahun kemudian, Clark, astronom AS baru pertama kali menemukannya. Ia merupakan sebuah bintang cebol putih, siklus saling mengelilingi dengan bintang Sirius adalah 50 tahun. Volumenya kecil, garis tengahnya hampir sama dengan planet bumi, cahaya keterangannya 1/360 terang matahari, sedangkan kualitasnya kurang lebih sama dengan matahari, densitasnya agak lebih besar, materi di sana yang kira-kira sebesar satu gelas teh bisa mencapai bobot 12 ton.

Pengetahuan Suku Dogon terhadap Bintang Sirius sangat terperinci dan akurat, mereka telah mengetahui Bintang Sirius memiliki sebuah bintang pendamping yang tak terlihat. Mungkin dikarenakan sangat kecil hampir tidak terlihat, maka mereka menyebutnya "Bintang Gabah". Menurut penuturan Suku Dogon, "Bintang Gabah" terbentuk dari logam paling berat yang diketahui orang sekarang ini, logam tersebut bahkan lebih berat daripada besi.

Suku Dogon juga telah melukis banyak sekali gambar yang berkaitan dengan Bintang Sirius, menurut legenda Suku Dogon, gambar Bintang Sirius dan gambar orbit dari ayunan "Bintang Gabah" sangat mirip sekali dengan gambar yang dilukis oleh astronom sekarang ini.

Menurut penuturan Suku Dogon, pengetahuan leluhur mereka atas Bintang Sirius adalah diturunkan oleh Dewa Romer. Mereka hingga kini masih menyimpan sebuah lukisan, dengan jelas melukiskan seorang "Dewa" yang mereka percayai, sedang membawa obor turun dari langit, mendarat di tempat suku mereka untuk berdiam. [Teo Ai Ping / Jakarta / Bersambung] Sumber: Epochtimes

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA