Dikatakan bahwa permainan alat musiknya dapat membuat kuda yang sedang merumput berhenti untuk mendengarkan musiknya, dan burung-burung yang menyambar makanan berjatuhan dari paruhnya. Juga, dikatakan Shi Kuang dapat meramalkan nasib baik atau buruk dengan mendengar sebuah lantunan musik.
Shi Kuang yakin bahwa musik dapat memengaruhi timbul atau tenggelamnya sebuah negara. Menurut pendapatnya, musik yang indah sesuai dengan prinsip alam semesta, dimana seorang raja dan rakyatnya dapat terdorong untuk hidup dengan moralitas dan beretika.
Orang-orang harus mengultivasikan De (kebajikan) untuk bisa menyatu dengan musik yang suci. Lalu kedamaian dan kebahagiaan akan tercipta ketika sebuah etika yang baik telah dilaksanakan, sementara musik yang suram dan mengalami dekandensi, akan membuat sebuah negara runtuh.
Raja Jin pernah mendesak Shi Kuang memainkan beberapa lagu suci untuknya, meski telah diperingatkan bahwa musik semacam itu hanya diperuntukkan bagi seorang raja dengan kebajikan besar. Ketika Shi Kuang memainkan lagu pertama dengan rasa enggan, ia menarik perhatian para burung bangau yang cantik. Mereka terbang ke dalam aula tersebut dan menari sesuai iramanya, ini adalah sebuah pertanda baik.
Peristiwa ini membuat kagum semua orang, lalu sang raja memerintahkannya agar memainkan sebuah musik bernada lebih tinggi meski Shi Kuang telah memprotesnya. Tidak lama setelah musik itu dialunkan, awan gelap muncul dan angin topan pun tiba-tiba menerbangkan genteng-genteng di atap.
Sang raja segera menjadi panik. Setelah Shi Kuang selesai memainkan musiknya, cuaca segera menjadi cerah kembali. Sejak itu, orang-orang sering memujinya dan lebih menaruh hormat terhadap musik-musik yang agung.
Sebagai tambahan atas bakat musiknya, Shi Kuang memberikan nasehat bijak dan berani kepada sang raja atas banyak kebijakan yang diambilnya. Pengetahuan mendalam Shi Kuang akan musik, juga tercerminkan dalam pandangan politiknya yang luar biasa.
Ketika sang raja mengekspresikan rasa simpati atas kebutaannya, Shi Kuang menjawab bahwa ada lima macam kebutaan yang lebih buruk daripada penderitaannya.
Yaitu, ketika raja sedang buta akan keadilan, buta akan ketidak-cakapan para pejabatnya, buta terhadap kebenaran, secara membabi buta hanyut dalam peperangan, dan buta akan hal-hal yang baik, maka negaranya akan runtuh atau rakyatnya semakin menderita. Tersentuh oleh katakata Shi Kuang ini, raja pun memutuskan untuk lebih giat dalam urusan negara, dan memerintah negara dengan kebajikan.
Bagaimanapun juga, ketika raja menjadi tua, dia mulai menikmati kembali kehidupannya yang mewah dan menjadi tidak peduli pada penderitaan rakyatnya, dan tidak mau mendengar nasehat yang baik. Shi Kuang pun memutuskan untuk tidak memainkan musik baginya lagi. Shi Kuang bunuh diri dengan alat musiknya sendiri di hadapan raja, dengan harapan bisa membangunkan kesadaran sang raja, tetapi tidak berhasil. Negara itu pun mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh.
Meski buta, pencapaian Shi Huang di bidang musik dan visi politiknya yang jelas diyakinkan mempunyai hubungan dekat dengan kultivasinya akan "menjelajahi hubungan di antara alam semesta dan umat manusia, memahami perubahan di masa lalu dan masa kini."
Menurut legenda, Shi Kuang menjadi Dewa musik dan pelindung bagi para peramal buta. [David Wu / Surabaya]