Buku serialnya berjudul "Messages from Water" bertahan di papan atas penjualan, penerbit Jepang sudah mencetak ulang sebanyak 5 kali.
Penelitian Doktor Masaru Emoto berawal dari perkenalannya dengan Dr. Lee H. Lorenzen seorang ahli biokimia dari University of California-Berkeley AS. Kala itu Lorenzen menemukan semacam air model baru yang ia namakan "air beresonansi magnetik", dengannya ia berhasil menyembuhkan penyakit istrinya sendiri.
Melalui Lorenzen, Emoto mengetahui mesin pengukur "magnet" yang disebut "penganalis resonansi magnetik". Ia lantas mengubahnya dengan Bahasa Jepang "hado" yang diartikan sebagai "fluktuasi gelombang". Sedangkan dalam bukunya terakhir kali kata hado berarti "semua energi yang sulit dilihat (dunia mikro energi) yang ada di alam semesta yang berhubungan dengan kesadaran manusia".
Atas permintaan Emoto, Lorenzen telah menemukan semacam "air berfluktuasi gelombang" yang dapat memperbaiki kesehatan manusia. Untuk membuktikan efektivitas "air hado", Masaru Emoto bersama timnya pada 1994 mulai melakukan "eksperimen kristal air".
Para pendukung ide Emoto dari seluruh dunia menunjangnya dengan mengiriminya berbagai macam sampel air, ada air suci yang tidak terkontaminasi, ada pula air yang tercemar hebat. Anggota tim Emoto membuat banyak sekali foto-foto terhadap setiap sampel tersebut (air dibiarkan membeku seperti es pada suhu minus 25º C, lalu foto proses pengkristalan air tersebut dengan menggunakan kamera kecepatan tinggi diperbesar 200 - 500 kali).
Mereka menemukan, meskipun kristal air yang terbentuk dari sampel sejenis, mereka berbeda satu sama lain, namun masih memiliki kesamaan cukup banyak. Selain itu, dari sampel air yang tidak pernah tercemar telah terbentuk kristal air berbentuk segi enam (heksagonal) simetri.
Akan tetapi sampel yang telah tercemar, kristalnya nyaris tak mampu membentuk heksagonal, malah muncul susunan yang kacau. Tim Emoto beranggapan: air telah mengalami pencemaran kimiawi dan air telah mengalami gangguan emosional maupun gangguan suara.
Mereka pun membuat eksperimen pembuktian sebagai berikut: pertama-tama mereka memperlihatkan aksara yang berbeda kepada si air dan memperdengarkan suara yang berbeda serta menerima pancaran batin yang berlainan, kemudian dengan teknik pemotretan kecepatan tinggi melihat bentuk kristal air berubah atau tidak.
Mereka menempatkan air pada 2 bejana, salah satunya bertuliskan makian: "betul-betul menjijikkan, benci" dan lainnya, sedangkan pada bejana lainnya ditempel aksara pujian: "cinta dan terima kasih".
Selang beberapa waktu mereka meneliti kristal air tersebut dan air yang bertempelkan kata-kata buruk, bentuk kristalnya kacau dan porak poranda. Namun, air yang bertuliskan kata-kata baik, bentuk kristalnya adalah heksagonal yang indah. Aksara dari bahasa manapun berhasil akhir sama. Jika aksara itu diucapkan, juga berdampak sama.
Dengan menggunakan air yang sama, pada masing-masing bejana itu ditempeli foto Hitler dan foto seorang gadis kecil berusia 5-6 tahun yang lincah dan polos. Akhirnya ditemukan, air yang berlabelkan Adolf Hitler, selain tidak terbentuk kristal, bentuknya pun sangat buruk. Padahal air yang berlabel gadis kecil berbentuk heksagonal dan bentuk kristalnya amat bagus bahkan berkilauan. [Winda Ong / Bengkulu / Tionghoanews]