IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 22 Januari 2012

MENGUNGKAP ULANG PEMBANTAIAN NANKING (4)

Kekalahan Tentara Nasional Tiongkok dalam peperangan mempertahankan Nanking, sebab yang paling utama adalah perlengkapan persenjataan, mutu, kekuatan dan berbagai aspek kemiliteran lainnya yang tidak sepadan dengan tentara Jepang, namun dalam situasi tentara Tiongkok saat itu yang sudah siap mati mempertahankan Nanking, mereka hampir tidak melawan sudah mundur, hal ini sungguh ganjil dan mencurigakan.

Panglima utama Tang Shengzhi dan Liu Fei sebelum perang meletus bersikukuh menjaga Nanking sampai mati dan berkali-kali menyatakan secara terbuka bersumpah untuk hidup atau mati bersama Kota Nanking. Terhadap Chiang Kaishek, mereka berjanji tidak akan mundur jika tidak ada perintah. Demi mencegah pasukan mundur menyebrangi sungai tanpa izin, komando Tang Shengzhi mengambil sikap berperang sampai mati dengan membelakangi sungai dan memberikan perintah kepada semua pasukan untuk menyerahkan kapal-kapal angkutan yang mereka kuasai kepada mabes komando, serta mengalihkan dua kapal ferry jalur Xia Guan ke Pu Kou ditarik ke Wu Han, ditambah lagi memerintahkan divisi ke-36 memblokir Yi Jiang Men, jalan mundur satu-satunya dari kota Nanking ke pelabuhan di Xia Guan.

Poin pertama yang mencurigakan itu adalah, tekad yang demikian teguh dan siasat perang yang dipilih ialah membuntu jalan hidup sendiri, akan tetapi, ketika peperangan dimulai, mendadak diadakan rapat darurat dan diputuskan untuk mundur. Ketika mundur pun, tidak ada pemberitahuan kepada segenap jajaran perwira di lapangan untuk serentak mundur, justru para perwira tinggi dengan egois melarikan diri sendiri dan sama sekali tidak memberikan perintah kepada divisi ke-36 untuk memberikan bantuan kepada segenap pasukan untuk persiapan mundur, sehingga divisi ke-36 saling membunuh dengan pasukan yang mundur.

Dari berbagai hal mencurigakan itu mengindikasikan, pengaturan pasukan seperti ini nyata-nyata ingin membiarkan pasukan tentara invasi Jepang membasmi sebagian besar pasukan Tentara Nasional Tiongkok. Bersamaan itu yang mengherankan, ialah pasukan garis depan tentara Jepang bersikukuh tidak melaksanakan perintah tertinggi dari pusat komondo di Tokyo-Jepang dan bersikeras menyerang Nanking, ada artikel yang menengarai ada orang dalam yang bekerjasama dengan tentara invasi Jepang.

Poin kecurigaan kedua, dalam pertempuran langsung di Song Hu sebelumnya, penyebab utama mundurnya Tentara Nasional Tiongkok adalah, pada 5 November, pasukan Jepang mendarat di pantai teluk utara Kota Hang Zhou, di sayap samping Jin Shan Wei, sehingga Tentara Nasional Tiongkok berada dalam kepungan pasukan Jepang, padahal Tentara Nasional Tiongkok sudah pernah menyerap pengalaman dari pendaratan pasukan Jepang di sayap samping pada  1932, mengapa kala itu Tentara Nasional Tiongkok tidak mewaspadai  pendaratan  pasukan  Jepang di sayap samping?

Menurut artikel investigatif tentang pertempuran di Song Hu karya Yang Tianshi beberapa tahun lalu, bahwa pada 20 Agustus 1937, Chiang Kaishek mendapat laporan, di Jin Shan Wei ada tentara AL Jepang yang melakukan pengintaian di sana, perintah "jaga dengan ketat" diberikan. Pada 18 Oktober, informasi dari Komisi Militer Kelompok Perang Bagian I mengemukakan, pasukan Jepang berniat mendarat di Teluk Hang Zhou, tetapi diperkirakan pasukan yang mendarat di sana maksimal hanya 1 divisi dan tidak akan berpengaruh pada situasi pertempuran di Shang Hai. Pada 5 November, komandan pasukan ke-10 tentara Jepang Yanagawa Heisuke ternyata dengan kekuatan pasukan sebanyak tiga setengah divisi dan di bawah perlindungan meriam kapal perang, mereka mendarat di Jin Shan Wei, pantai utara dari Teluk Hang Zhou.

Ketika itu kepala Komisi Militer Kelompok Perang Bagian I lah yang membuat "kesalahan" penilaian informasi yang di kemudian hari terbukti sebagai mata-mata tertinggi PKT yang disusupkan ke dalam Komite Militer Nasional: ia adalah Jendral Liu Fei.

Poin kecurigaan ketiga adalah, Tang Shengzhi dan Liu Fei sama-sama meninggalkan Partai Nasionalis Kuo Min Tang pada 1949 dan setelah PKT berhasil merebut kekuasaan pada tahun itu, dua orang itu sempat menjabat sebagai pejabat tinggi PKT. Ada bukti yang menunjukkan, Liu Fei adalah mata-mata kelas kakap PKT yang sudah sejak lama disusupkan ke dalam tubuh Partai Nasionalis Kuo Min Tang.

Xiong Xianghui, seorang mantan sekretaris utama Hu Zongnan (salah satu jenderal kepercayaan Chiang Kaishek) dan mata-mata PKT yang menyusup mengatakan, Liu Fei sudah bergabung dalam Partai Komunis sejak 1930. Menurut catatan wawancara Luo Youlun, dari salah satu cuplikannya membuktikan: "Liu Fei adalah Komunis, ia bergabung dengan Komunis saat kuliah di Universitas Angkatan Darat Jepang, satu alumni dengan jendral PKT Chen Yi dan Deng Xiaoping." 

Poin kecurigaan keempat, semasa Liu Fei menjabat sebagai Kepala Dinas Ordo Militer (dari kubu Tentara Nasionalis), ia senantiasa terlibat langsung dalam perencanaan peperangan misalnya dalam beberapa pertempuran antara Tentara Nasionalis dengan PKT, termasuk kegagalan Tentara Nasionalis dalam membasmi tentara PKT di Su Yu perbatasan Tiongkok-Uni Soviet, kekuatan inti pasukan elit korps-74 pimpinan Jenderal Zhang Lingfu (pahlawan perang melawan Jepang) yang terkepung dan terbasmi di Meng Liang Gu-Shan Dong, pertempuran di Yu Dong, perang frontal di Xu Bang (Huai Hai) dan 3 Pertempuran Besar antara Tentara Nasionalis dan PKT, pada semua pertempuran tersebut di atas.

Dalam 3 Pertempuran Besar antara Tentara Nasionalis dan PKT, strategi perang Tentara Nasionalis sejak awal sudah diketahui oleh tentara PKT sehingga Tentara Nasionalis berada pada posisi pasif, ini sangat mungkin berkaitan dengan pembocoran rahasia oleh Liu Fei. Sedangkan beberapa kali pernyataan dari Zhou Enlai (PM PKT 1950-1972), bahwa ketika berperang dengan Tentara Nasionalis, Mao sudah sejak awal mengetahui rencana perang Tentara Nasionalis, dari pernyataan inilah bisa dibuktikan secara tidak langsung bahwa Liu Fei yang mengetahui dan ikut merencanakan pertempuran itu adalah mata-mata PKT.

Dalam delapan tahun peperangan melawan tentara Jepang, Tentara Nasionalis yang tewas dalam medan pertempuran berjumlah 3 juta orang, rakyat jelata yang tewas berjumlah 10 juta orang. Sedangkan PKT melalui perang melawan Jepang, bukan hanya menyimpan kekuatan diri sendiri saja, malah bisa bertahan dan berkembang dengan pesat hingga perang melawan Jepang berakhir, Tentara PKT dari jumlah semula yang hanya 20 ribu personil berkembang menjadi 1,2 juta personil.

Dalam perang selama 8 tahun melawan Jepang, PKT memperalat tentara invasi Jepang memperlemah kekuatan militer Tentara Nasionalis Tiongkok dan secara diam-diam merusak suasana perlawanan terhadap Jepang serta mendirikan negara dalam negara, persis seperti yang dikatakan Chiang Kaishek: "Bandit PKT, pengkhianat bangsa terbesar!" 

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA