IPTEK | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Jumat, 13 Januari 2012

RAMBUT KUCIR SERABI DAN PAJAK KONDE

Pernah melihat film China di televisi atau bioskop? Suatu pemandangan yang selalu tampak adalah lelaki China dengan bagian depan kepala plontos. Sedangkan, di bagian belakang disisakan rambut yang terurai tetapi biasanya dikuncir panjang.

Jet Lie, aktor silat China dalam film-film aksinya sering terlihat dengan model rambut demikian. Ternyata tradisi lelaki etnis China tersebut juga telah berlangsung di kota Batavia. Rambut dengan model demikian di kota Batavia dulu disebut dengan istilah 'serabi'.

Biasanya bocah lelaki etnis China yang memasuki usia 10 tahun wajib dipotong rambutnya dengan gaya unik tersebut. Karena itu, tidak heran jika semasa Batavia dulu banyak berkeliaran di kawasan pecinan bocah lelaki yang berambut model 'serabi' tersebut.

Para orang tua etnis China yang menetap di daerah pecinan seperti di Glodok memberlakukan model 'serabi' itu, karena perintah langsung dari kaisar di daratan China yang waktu itu masih dikuasai oleh orang Mancu. Tidak ada yang tahu mengapa model rambut panjang di bagian belakang kepala, sedangkan rambut di bagian atas dahi dicukur licin sampai puncak kepala menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi orang-orang China.

Yang pasti begitu etnis China menetap di kota Batavia dari tempat sebelumnya di Banten, tradisi lelaki China dengan model rambut 'serabi' itu telah diberlakukan. Biasanya para orang tua etnis China mencukur anak lelakinya setiap hari minggu. Rambut di bagian belakang kepala dibiarkan tumbuh. Bagian yang ditumbuhi rambut itu bundar dan dinamakan 'serabi'. Bila 'serabi' rambut itu sudah cukup panjang kemudian dikepang dengan sutera kuncir.

Sutera kuncir pun memiliki ciri khas yang tidak boleh dilanggar. Untuk lelaki yang tengah beranjak remaja, sutera kuncirnya diberi warna merah. Sedangkan, bagi pria dewasa yang sudah menikah diberi warna sutera hitam. Khusus bagi mereka yang berkabung karena ada sanak-keluarganya yang meninggal dunia, biasanya sutera kuncirnya berwarna putih dan biru.

Kepang atau kuncir itu dilepas ke belakang seperti kuncir wanita. Di masa Batavia dulu hal itu dinamakan 'tocang'. 'Tocang' ini dipaksakan oleh orang Mancu ketika mereka menduduki daratan China tahun 1644. Jika orang China itu meninggal barulah 'tocang' boleh dipangkas alias dipotong.

Tradisi ini tidak dilarang oleh pemerintah Kumpeni Belanda. Karena dianggap tidak menganggu keberadaan kekuasaan Kumpeni Belanda di kota Batavia. Malah, oleh Kumpeni Belanda tradisi itu dipajaki yang dikenal dengan nama pajak konde. Pajak ini dikenakan bagi pria China dewasa yang sudah menikah dan berpenghasilan.

Belakangan banyak generasi muda etnis China yang keberatan dengan model rambut unik tersebut. Apalagi setelah mereka bergaul dengan para pejabat Kumpeni Belanda yang tampil necis dengan jas serta topi keren. Belum lagi pergaulan dengan kaum pendatang yang singgah di kota Batavia, terutama berasal dari daratan Eropa.

Karena itulah maka kemudian seorang tokoh China di kota Batavia bernama Tiong Hoa Hwee Koan melayangkan telegram kepada pemerintah Ceng (Mancu) di Peking. Dalam telegram itu, Tiong Hoa Hwee Koan menanyakan apakah pemotongan 'toceng' diperbolehkan secara resmi. Lama jawaban itu muncul. Sampai akhirnya datang balasan telegram yang isinya ngambang: resmi dizinkan sebetulnya tidak.

Kontan saja kabar itu tersebar di kalangan penduduk etnis China di kota Batavia. Banyak yang ngotot untuk mempertahankan 'tocang' dengan rambut. Sulit diubah. Sampai akhirnya pada tahun 1911 'tocang' tak umum lagi. Akibatnya, Kumpeni Belanda kehilangan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pajak konde. [Santy Teo / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA