Sebenarnya ada satu perbedaan yang sangat mencolok, yaitu orang Tiongkok zaman dahulu sangat mengutamakan Taoisme.
Menurut yang dikutip dari Wikipedia, inti pengajaran Taoisme adalah "Dao" (dibaca: Tao, 道) yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De (dibaca: Te, 德). Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan bersifat abadi. Keabadian manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang Dewa.
Sejak dahulu orang Tiongkok mulai dari kaum maha bijak hingga rakyat jelata, pada umumnya mempercayai dan mentaati prinsip langit dan manusia menyatu, manusia menyatu dengan langit dan bumi secara harmonis dan eksis dengan saling berketergantungan.
Hukum langit tidak berubah, senantiasa bersirkulasi secara teratur; bumi mematuhi pengaturan waktu langit, 4 musim terbagi dengan jelas; manusia menghormati langit dan bumi, merasa bersyukur dan menyayangi berkah, semua ini seperti apa yang disebut "Waktu yang tepat, tanah yang pas dan manusia yang benar".
Dalam konsepsi orang Tionghoa, seluruh aspek dalam ilmu Astronomi, geografi, kalender, kedokteran, sastra hingga konstruksi masyarakat, satu sama lain saling berkaitan dengan pemikiran: "Bertindak mengikuti Tao (hukum) langit".
Dari "Tao" berkembang luas, orang kuno Tiongkok selalu memerhatikan masalah-masalah di ruang multi-dimensi yang tidak berbentuk, mengutamakan "internal", "spirit"dan lain-lain, misalnya seperti konsepsi"Meridian", "Qi (Energi) Darah","spirit","Jiwa","2 energi Yin (Negatif) dan Yang (Positif)"dan lainnya, dalam kebudayaan kuno, semua hal tersebut di atas memenuhi atmosfir dan terdapat dimana-mana.
Fu Xi (pertengahan abad 29 SM), kaisar zaman kuno Tiongkok melalui "Mendongak mengamati fenomena langit, menunduk mengamati hukum bumi" telah menciptakan "Ba Gua" (ilmu meramal 8 Trigram) tujuannya adalah "Dengan pikiran yang dapat berhubungan dengan kearifan dewata, untuk mengklasifikasi seluruh masalah duniawi".
Sejarawan Sima Qian (135SM-86SM) dalam buku karangannya "Shiji, Wu Di Ben Ji Di Yi (Catatan Sejarah,Catatan Orisinal 5 Kaisar Nomor 1)" mengambil contoh sebuah prestasi besar Kaisar Kuning (Huang Di, 2696SM-2598SM) adalah sebagai berikut: "Menuruti hukum 4 musim dunia, mengestimasi perubahan Yin dan Yang, menjelaskan prinsip kehidupan, berwacana sebab-musabab kelangsungan hidup dan kematian).
Laozi (dibaca: Lau Ce) di dalam "Daode Jing" (dibaca: Tau Te Cing, Kitab Moral) mengatakan: "Tao besar, langit besar, bumi besar, manusia juga besar. Dalam wilayah ini ada 4 besar, manusia merupakan satu diantaranya. Manusia mentaati hukum bumi, bumi mentaati hukum langit, langit mentaati hukum Tao, Tao mentaati hukum alam."
Laozi juga mengatakan: "Tidak sesuai dengan Tao akan lebih cepat meninggal." Ketika Konghucu berkunjung ke Laozi, Laozi memberi wejangan dengan wanti-wanti: "Langit dan bumi tiada yang mendorong berjalan dengan sendirinya; matahari dan bulan tiada yang menyulut, bersinar dengan sendirinya; bintang-bintang tiada yang menata, teratur dengan sendirinya; hewan tiada yang menciptakan, berkembang-biak dengan sendirinya; semua ini adalah ciptaan alam, kalau begitu bagaimana dengan manusia? Manusia dilahirkan, dapat meninggal, dapat memperoleh kemuliaan dan terhina, semuanya tergaris dalam Tao alam. Melaju mengikuti prinsip alam, bertindak mentaati Tao alam, maka dengan sendirinya negara akan terurus dengan baik, manusia pun dapat membenahi diri dengan baik."
Manusia arif nan agung Konghucu, seumur hidupnya menelusuri "Maha Tao", berdasarkan pemahamannya atas "Tao", ia telah menyusun seperangkat hubungan etika ortodoks yang lengkap yakni: "Kebajikan, solider, kesopanan, kebijaksanaan dan integritas", budaya konfusianisme dimulai dari kaisar Hanwu (156 SM-87 SM) dinasti Han Barat dan telah menjadi budaya ortodoks Tiongkok.
Setelah itu, agama Buddha menyebar masuk ke Tiongkok, menghormati Buddha dan berkultivasi Buddha lantas menjadi tren yang kemudian telah menciptakan para ahli filsafat dan manusia berbudiluhur secara turun temurun, meskipun agama Buddha nyaris lenyap dari tempat asalnya di India, namun telah berakar dan bersinar cemerlang di bumi Tiongkok yang respek terhadap ajaran sang Buddha dan Taoisme. [Teo Ai Ping / Jakarta]
Bersambung ...
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id