Ia belajar dan mengasingkan diri di daerah lebih tinggi dari Kota Baiyuan, tempat kelahirannya, di Gunung Shumen. Beberapa kali diundang ditawari jabatan oleh dua kaisar Dinasti Song namun selalu ditolak dengan halus. Pada usia 38 tahun, ia pindah ke Kota Luoyang, sering berwisata dengan teman karibnya Sima Guang dan lainnya.
Berdasarkan teori otentik yang dibentuk Bagua (delapan diagram atau simbol yang merupakan dasar sistem kosmogoni dan falsafat Tiongkok kuno) dari dalam kitab Yi Jing, ditambah lagi dengan pemikiran Taoisme, Shao telah menciptakan sistem keilmuan dan konsep alam semestanya sendiri, generasi berikut menyebutnya sebagai "Ilmu Bawaan". Teknik meramalnya sangat tepat, banyak buku telah ditulis antara lain Guan Wu Pian (Artikel Tentang Pengamatan Materi), Xian Tian Tu (Peta Apriori), dan lain-lain.
Menurut legenda, Shao Yong ketika usia 7 tahun dan bermain di halaman rumah, ia menemukan di dalam sarang semut terdapat langit, matahari dan awan. Setelah dewasa dan pada suatu tengah malam ketika mengembara, ia berkuda mendaki gunung di Kota Jinzhou, kaki depan kuda terpeleset dan ia terjatuh ke dalam jurang. Para pengawal menuruni jurang itu dan menemukan Shao Yong sedikit pun tidak terluka, hanya topinya terkoyak rusak.
Pada masa remaja, Shao Yong antara lain berkelana ke negara otonom Qi, Lu, Song, Zheng dan lain-lain, benar-benar telah melaksanakan "Berkelana ribuan kilometer, belajar ribuan buku". Setelah pulang, ia dengan penuh rasa sentimentil berkata: "Tao (aliran spiritual Tiongkok kuno yang mengajarkan ilmu sejati) benar-benar eksis." Ia kemudian tidak berkelana lagi.
Ketika itu seorang sakti bernama Li Tingzhi terkesan oleh Shao yang tekun rajin belajar, maka diajarkannya rahasia-rahasia ilmu Yi Jing. Dengan kepandaiannya Shao dapat memahami ilmu tersebut secara keseluruhan dan mendapatkan kesadaran ajaib, pada akhirnya menjadi guru besar ilmu Yi Jing yang tersohor sepanjang masa. Shao telah menciptakan sendiri seperangkat konsepsi alam semesta yang unik dan menguasai penuh hukum Yin-Yang (positif-negatif).
Pada suatu hari di musim semi, Shao Yong menggelar stan peramalan di atas jembatan Sungai Luo. Menjelang siang hari, seorang petani tua datang menanyakan nasibnya. Shao menyuruh petani itu memilih sebuah aksara dan ternyata terpilih sebuah aksara "Kuai, Sumpit". Shao lalu berkata: "Selamat, Anda nanti siang akan mendapat berkah makanan, cepatlah pulang." Sesampai di rumah, seorang keponakan petani tersebut mengatakan: "Saya sudah menunggu 2 jam lebih, hari ini ulang tahun ke-60 ayah saya, ia mengundang Anda makan siang."
Lewat siang hari, Shao sedang berkemas menutup stan, dari kendaraan di selatan melompat turun seseorang yang kemudian mengatakan: "Tuan harap tunggu sebentar, sudah lama saya dengar Anda pandai meramal, tolong Anda ramalkan nasib saya bagaimana." Shao menyuruhnya mengambil satu dari sejumlah gulungan kertas, setelah dibuka juga sebuah aksara "sumpit", Shao mengatakan kepadanya: "Dilihat dari aksara sumpit ini, adalah pertanda buruk, hari ini Anda akan terguyur air. Orang tersebut menatap langit yang terang benderang, maka sama sekali tidak memedulikannya.
Dengan cepat ia pulang. Sampai di depan rumah, sekujur tubuhnya tepat terguyur oleh seember air kotor. Ternyata istrinya tidak mengetahui kepulangannya, dan dengan seenaknya membuang air bekas cucian wajan, sehingga suaminya yang bergegas pulang sekujur tubuhnya basah kuyup.
Sore harinya, Shao baru sampai di sebuah jembatan, seseorang telah menunggu di sana dan ingin mengetahui nasibnya hari itu. Shao juga memintanya mengambil sebuah gulungan kertas, setelah dibuka tetap saja muncul aksara "sumpit", lalu ia berkata: "Hari ini Anda akan menjumpai petaka di penjara." Orang itu berpikir, nanti saya tidak keluar rumah, mana mungkin malapetaka datang?
Sampai di rumah, ia langsung tidur di bawah selimut. Tak terduga, ia terbangun dari tidur nyenyaknya gara-gara sumpah serapah seorang perempuan, ternyata babi peliharaannya telah mengacak-acak kebun sayur perempuan itu.
Ia naik pitam dan langsung saja meninju tewas perempuan itu yang sebelumnya memang sudah menderita. Tak sampai 2 jam, petugas pengadilan datang meringkusnya dan menjebloskannya ke dalam penjara.
Musim Panas 1077, Shao Yong mulai merasakan tubuhnya agak tidak sehat, ia dengan tersenyum memberitahu Sima Guang dan teman-teman lainnya: "Saya akan pergi bereinkarnasi dan mengamat-amati segenap makhluk." Chengyi dengan rasa khawatir mengatakan: "Penyakit Anda orang lain ingin membantu pun tak berdaya, Anda sendiri sebaiknya berusaha memperbaikinya."
Shao dengan terus terang mengatakan: "Upaya pemeliharaan ini juga akan sia-sia." Suatu hari di musim dingin, Shao sudah dalam keadaan sekarat. Sebelum meninggal, putranya bernama Bowen dipanggil dan diberitahu: "Saya ada 3 permintaan, kamu harus memenuhinya. Pertama, setelah meninggal makamkanlah di pemakaman leluhur kita di Yichuan, jangan di Luoyang.
Kedua, tulisan pada batu nisan harus ditulis oleh Paman Cheng Hao dan Cheng Bo. Ketiga, benda apapun jangan dimasukkan ke dalam peti, gagang timba (zaman dahulu) sebagai bantalan kepala saya, jenazah mengenakan baju hitam kain kasar dan baju tersebut diolesi minyak. Ketika dimasukkan ke dalam peti, panggikan putri kecil botak dari marga Li untuk menyaksikan." Setelah itu Shao meninggal dunia.
Keluarga Shao menuruti semua permintaannya, putri kecil botak dari marga Li menyaksikan benda apa saja berada di dalam peti, kemudian baru dikebumikan di pemakaman Yichuan. Peti jenazah diangkat oleh 8 pemuda, awalnya mereka merasa sangat berat sehingga pundak mereka kesakitan, namun setelah lewat 5 kilometer kian terasa ringan. Para orang tua mengatakan, Tuan Shao telah moksha.
Sekejap 65 tahun telah berlalu, si putri kecil botak bermarga Li telah menikah, mempunyai seorang anak lelaki kemudian cucu. Setelah cucu lelaki tersebut dewasa menjadi maling kubur. Suatu hari, putri botak bermarga Li mendengar cucunya akan mencuri makam Shao Yong, maka dia mengatakan: "Kalian jangan sekali-kali pergi, saya melihat sendiri dengan jelas makam Shao tidak ada benda apapun, bahkan bajunya telah diolesi minyak."
Sehingga makam Shao Yong terhindar dari penjarahan.
Ternyata Shao sebelum meninggal telah mengetahui, cucu putri botak keluarga Li kelak menjadi maling kubur. 10 puisi Syair Bunga Plum mahakarya Shao Yong dengan sangat tepat meramalkan peristiwa besar yang akan terjadi hampir 1.000 tahun sejarah Tiongkok setelah kematiannya. [Yenni Huang / Solo]